tag:blogger.com,1999:blog-67490651347618629302024-03-13T18:49:33.032-07:00Caruban NagariSejarah Adalah Cermin Masa Lalu untuk Melihat Masa DepanCaruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.comBlogger31125tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-15894352658539713912013-02-05T07:38:00.001-08:002014-02-06T04:12:59.745-08:00Cirebon Kedatangan Laksamana Cheng Ho <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US">Laksamana Cheng Ho</span><a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US"> atau</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">Wai Ping </span>atau Zheng He
atau Te Ho<span lang="EN-US">
melakukan </span><span lang="EN-US">ekspedisi
pertama tahun 1405-1407 yang dimulai 11 Juli 1405. Laksamana Cheng Ho disertai rekan
sejawatnya Ching-huang melawat ke <i>San Fo
Ji</i> (Sriwijaya/ Palembang) dengan tujuan utama menangkap seorang perompak
dan pemberontak Ch’en Zuyi beserta pengikutnya yang menyingkir dari Provinsi
Fujian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US">Titah Kaisar Ming
pertama itu didasarkan pada laporan dari seorang Tionghoa lain yang tinggal di
Palembang bernama Shi Jinqing. Ch’en Zuyi sangat kaya dan kekayaannya itu
didapat dari pekerjaannya sebagai perompak di lautan yang menyerang kapal-kapal
pembawa harta yang lewat perairan dekat Palembang. Ia menjadi penguasa lokal di
sana dan memerintah dengan sangat kejam, walaupun secara <i>de facto</i>
wilayah Palembang berada di bawah kekuasaan dan pengaruh Majapahit di Jawa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US">Sekembalinya dari ekspedisi
pertamanya, Cheng Ho dan pasukannya berhasil menangkap perompak dan
pemberontakan yang dipimpin oleh Ch’en
Zuyi serta membunuh 5.000 orang serta
merampas 17 kapalnya.Ch’en Zuyi dibawanya kembali ke Tiongkok. Kemudian Ch’en
Zuyi diserahkan pada Kaisar di Nanking. Ia kemudian dihukum mati di hadapan Kaisar.
Karena harus menumpas dan menangkap para perompak dan pemberontak, kembalinya
ke Nanking mengalami keterlambatan tiga bulan. Ia tiba di ibukota Nanking pada
tanggal 2 Oktober 1407 M.</span><br />
<span lang="EN-US">Setelah Ch’en Zuyi
dihukum, sebagai tanda terima kasih, Kaisar menghadiahi Shi Jinqing dengan mengangkatnya
sebagai penguasa Palembang. Khusus untuk Palembang, nama-nama yang berhasil
diungkapkan adalah<i> San Fo Ji</i> (mengacu ke Sriwijaya), <i>Pa Lin Fong, Po
Lin Bang </i>atau<i> Jiu Jiang</i> (secara harfiah berarti “Pelabuhan Lama”
atau “Sungai Lama”). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
Menurut Purwaka Caruban Nagari<span lang="EN-US">,</span> kedatangan armada
Angkatan Laut Cina pada tahun 1415 M dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho <span lang="EN-US">bersama</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">Ma Huan<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a>,
penulis dan penerjemahnya yang </span>beragama
Islam<span lang="EN-US">, </span>membawa
63 perahu dengan jumlah pasukan 27.800 orang, yang terdiri dari perwira, prajurit,
ahli perbintangan, tabib, para penterjemah, akuntan, ahli mekanik, pedagang, perajin,
tukang emas dan permata<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-US">. </span>Mereka melakukan tugas
muhibah atas perintah Kaisar Cina Chen Tu atau Yung Lo, Raja Dinasti Ming III. <span lang="ES-TRAD">Tugas utama misi ini adalah membina
persahabatan yang erat dengan kerajaan-kerajaan di seberang lautan serta
mempropagandakan kejayaan Dinasti Ming<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Misi ini adalah misi persahabatan yang berbeda dengan misi para penjelajah
Eropa. Misi dari perjalanan Laksamana Cheng Ho bukan misi imperialis, di setiap
daerah yang disinggahinya, ia tidak punya keinginan untuk mendudukinya. Di manapun
tidak ada orang Tionghoa yang mendirikan kantor dagang, tidak pula mendirikan kota-kota
militer yang diperkuat<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Dalam masa tujuh kali pelayarannya, ia berhasil memindahkan 25.000 orang Cina
dari Provinsi Yunan dan Swatow di Cina Selatan ke Palembang, Kalimantan, dan
Pulau Jawa. Di Jawa, imigran Cina ditempatkan di Banten, Cirebon, Semarang,
Juwana, Jepara, Gresik, Ampel (Surabaya), dan Bangil. <o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="ES-TRAD">Setibanya
di Pelabuhan Muara Jati, Cirebon, mereka diterima oleh Ki Gedeng Jumajanjati
atau Ki Gedeng Tapa, selama tujuh hari tujuh malam</span><span lang="ES-TRAD"> </span>dan
menghadiahi beberapa cindera mata khas<span lang="ES-TRAD"> Tiongkok</span>. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang
bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon<span lang="ES-TRAD">. Dalam persinggahannya, armada
Cina itu sempat mendirikan mercusuar di atas Bukit Amparan Jati. Sebagai
imbalan atas mercusuar yang didirikan, mereka diberi garam, terasi, beras tumbuk,
rempah-rempah, dan kayu jati oleh Jurulabuhan Dukuh Pesambangan<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="ES-TRAD" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: ES-TRAD; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
Jika kita melihat apa yang tercatat
dalam Negara Kretabumi dan Purwaka Caruban Nagari, maka keberadaan mercusuar
karya bangsa Cina itu ternyata bukan saja sebagai menara pengawas bagi kapal dan perahu, tetapi mercusuar itu
juga merupakan <i>tengara</i>, bahwa akan
datang sebuah perubahan zaman, yakni masuknya agama Islam. <span lang="EN-US">Setelah kedatangan Armada Cheng Ho banyak berdatangan pendatang
beragama Islam.</span></div>
<div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<br />
<div id="ftn1">
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -14.2pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a> <span style="font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-weight: bold;">Cheng Ho</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-weight: bold;">, </span><i><span style="font-size: 10.0pt;">Zhèng Hé</span></i><i><span style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> </span></i><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-style: italic;">dalam
ejaan <i>pinyin</i> bahasa Tiongkok (Mandarin)</span><span style="font-size: 10.0pt;">, </span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">menurut </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wade-Giles" title="Wade-Giles"><span style="font-size: 10.0pt;">Wade-Giles</span></a><span style="font-size: 10.0pt;">: Cheng Ho;
nama asli</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> dalam ejaan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanyu_Pinyin" title="Hanyu Pinyin"><i><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">pinyin</span></i></a><span lang="EN-US"> adalah </span><span style="font-size: 10.0pt;"> Ma Sanbao; nama
Arab: Haji Mahmud Shams) (</span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1371" title="1371"><span style="font-size: 10.0pt;">1371</span></a><span style="font-size: 10.0pt;"> - </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1433" title="1433"><span style="font-size: 10.0pt;">1433</span></a><span lang="EN-US">M</span><span style="font-size: 10.0pt;">), adalah seorang pelaut dan penjelajah </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok" title="Tiongkok"><span style="font-size: 10.0pt;">Tiongkok</span></a><span style="font-size: 10.0pt;">
terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1405" title="1405"><span style="font-size: 10.0pt;">1405</span></a><span style="font-size: 10.0pt;"> M hingga </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1433" title="1433"><span style="font-size: 10.0pt;">1433</span></a><span style="font-size: 10.0pt;"> M.</span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 7.1pt; text-indent: -7.1pt;">
<br /></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> Sumber foto : <a href="http://www.wiklipedia.com/">www.wiklipedia.com</a>.
Maritime Silk Road.</span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 7.1pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -7.1pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a><span style="font-size: 10.0pt;"> Ma Huan </span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">adalah seorang muslim. Ia menemani Laksaman </span><a href="http://www.hist.umn.edu/hist1012/primarysource/zhengbio.htm"><span style="font-size: 10.0pt;">Zheng He</span></a><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> sebanyak tiga kali dalam tujuh kali
pelayarannya. Ia pandai berbahasa Arab, dan bertugas sebagai penerjemah
sekaligus reporter.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Tulisan terakhirnya
mengenai pelayaran Laksamana Zheng He adalah tahun 1433 M. Ma Huan
mencatat semua pengalaman yang
disaksikannya dan menuangkannya dalam buku yang berjudul Perjalanan </span><b><span style="font-size: 10.0pt;">Yingyai sheng-lan </span></b><span style="font-size: 10.0pt;">(<b>The Overall Survey of the
Ocean’s Shores</b></span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> yang berarti Survei Menyeluruh Wilayah-wilayah Pesisir</span><span style="font-size: 10.0pt;">)</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> dipublikasikan pada tahun</span><span style="font-size: 10.0pt;"> 1451</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> M.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt;"> </span><span style="font-size: 10.0pt;">Buku itu merupakan deskripsi yang didasarkan pada
observasi pribadi mengenai wilayah-wilayah yang terbentang mulai dari Asia
Tenggara daratan di Timur</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">, Asia Selatan,</span><span style="font-size: 10.0pt;">
sampai ke Mekah di Barat. Akan tetapi, salah satu kesukaran yang dihadapi dalam
membaca buku yang ditulis Ma Huan itu adalah dalam mencocokkan nama-nama
wilayah dalam ejaan bahasa Tionghoa kuno dengan nama sebenarnya. </span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">Sumber </span><span style="font-size: 10.0pt;">: Ma Huan, <b>Ying-yai sheng-lan</b> : <b>“The Overall
Survey of the Ocean’s Shores</b>, J.V.G. Mills, trans and ed</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;">.</span><span style="font-size: 10.0pt;"> (Cambridge: Cambridge University Press, 1970), </span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> hal</span><span style="font-size: 10.0pt;">.34-37.
</span><span lang="EN-US" style="font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US;"> <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span>Pelita edisi Minggu 7 April 1991<span lang="EN-US">.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="ES-TRAD">(Sudjana, 1996 :181).</span><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-US">Van der Berg, hal 256.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-US"> Atja (1986) hal 31.<o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-28936678089358554152013-02-05T07:34:00.000-08:002013-02-05T07:34:10.302-08:00Cirebon Kedatangan Bangsa Tionghoa<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US">Pada abad ke-5 M, gelombang <i>Budhisme</i> datang dari Cina di bawah
pemerintahan Dinasti Selatan melalui jalur laut, dibawa oleh para pendeta Budha
ke nusantara. Faxian (Fa Hsien) adalah pendeta Cina yang beragama Budha di
India yang melakukan pelayaran ke Srilangka dan terdampar di Jawa (<i>Ye-po-ti</i>, artinya <i>Yawadwi</i>
(<i>pa</i>), pulau Jawa dalam transkrip
Sansekreta). Ia tinggal di Jawa sekitar 5 bulan, yaitu Desember 412 M sampai
Mei 413 M sebelum kembali berlayar kembali ke Cina<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US">Keterangan yang memuat tentang
hubungan antara Jawa dengan Cina juga terdapat pada Berita Tahunan Dinasti-dinasti
Selatan (<i>Songshu</i> dan <i>Liangshu</i>), dan dalam <i>Tangshu</i>, <i>Xin Tangshu</i>, dan<i> Songshi<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[2]</span></b></span><!--[endif]--></span></a></i>. Teks-teks yang berurutan itu juga menyebut <i>She –po</i> untuk abad ke-5, demikian pula <i>He-le-tan</i> yang terletak di <i>She-po</i>, lalu <i>He-ling</i> menggantikan <i>She–po</i>
pada tahun 640-818 M<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
<i>She-po</i> muncul sekali lagi pada tahun
820 M dan bertahan hingga zaman Yuan, yang kemudian diganti dengan <i>Zhao-wa</i>. </span><span style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">Shongshi menyebutkan adanya utusan
Cina pada tahun 993 M dan 1109 M. Pada tahun 1129 M, Sang Maharaja memberikan
gelar raja kepada penguasa </span><i style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">She-po</i><span style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">,
yang menandai adanya maksud politik tertentu dari pihak Kekaisaran Cina untuk
daerah yang bersangkutan</span><a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn4" name="_ftnref4" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[4]</span></span></span></a><span style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US">Cirebon merupakan kota tua yang
memiliki peradaban maju.</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">Hal tersebut, tercermin dari bukti peninggalan sejarah pendahulunya,
yang kini menjadi kekayaan khasanah budaya bangsa. Salah satunya adalah yang
tertuang dalam naskah-naskah kuno yang berisikan tentang berbagai aspek
kehidupan, baik berisi tentang sejarah, pengobatan, perbintangan, perhitungan
tanggal dalam Islam dan Jawa, dan naskah agama. Diantara naskah tersebut yang
berisikan sejarah, yang akan digunakan sebagai rujukan utama dalam penulisan
buku ini di antaranya adalah Naskah Pustaka Negarakretabhumi dan Carita Purwaka Caruban Nagari (CPCN). Beberapa
naskah lainnya digunakan sebagai penunjang, di antaranya Sedjarah Tjirebon, Naskah
Mertasinga, Naskah Sajarah Lampahing
Para Wali Kabeh, dan Serat Catur Kanda. Naskah-naskah tersebut merupakan bukti
sekunder yang ditemukan untuk membantu merekonstruksi sejarah yang pernah
terjadi, karena menemukan naskah primer untuk penulisan sejarah yang terjadi
sebelum abad ke-18 sangatlah sulit. Begitu juga untuk menggali sejarah dari
bukti arkeologis dengan menggali situs kuno di Cirebon merupakan hal mustahil,
karena situs-situs tersebut sangatlah dihormati oleh masyarakat Cirebon. Selain
itu, digali pula ingatan kolektif masyarakat berupa penuturan lisan dari para
sesepuh keraton dan masyarakat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span lang="EN-US"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">Cirebon berperan sebagai jalan lalu</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">-</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">lintas yang dapat
dilayari perahu atau kapal ke arah pedalaman, disaksikan oleh Tome Pires pada
tahun 1513 M. Mungkin sungai yang dimaksud sekarang adalah Sungai Krian
(sekarang yang dapat dilayari sampai ke Cirebon Girang</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">. Dari catatan Tome
Pires dikatakan bahwa Cirebon merupakan pelabuhan yang besar dan ramai, jauh
lebih ramai dari pelabuhan Demak. Hal tersebut diukur berdasarkan kemampuannya untuk dilayari jenis perahu <i>Junk<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-size: 12pt;">[5]</span></b></span><!--[endif]--></span></a></i>. Pelabuhan Cirebon
didukung adanya Sungai Bondet yang dapat dilayari oleh perahu <i>Junk</i> sejauh 9 mil<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></a>.
Pada masa itu <i>Junk</i> yang dimiliki oleh
para saudagar Cina sangat terkenal.<span class="MsoFootnoteReference"><a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt;">[7]</span></span></a></span></span><div>
<!--[if !supportFootnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: -7.1pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-US">Kisah
pengembaraan Faxian tercantum dalm Fo-guo-qi, sudah beberapa kali diterjemahkan
dalam bahasa Inggris oleh Legge bersama teks Cinanya dan oleh H. Giles (<i>The Travel of Faxien 399-414 M</i>)
atau <i>Regard
Budhist Kingdom</i>, dicetak ulang di London pada tahun 1956. Kutipan mengenai
masa tinggalnya di Jawa diterjemahkan dalam karya Groeneveldt, <i>Historical Notes</i>, dicetak ulang di
Jakarta, tahun 1960M. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-US">Bagian-bagian mengenai Pulau Jawa telah dikumpulkan oleh Groeneveldt, <i>Historical Notes</i>, dicetak ulang di
Jakarta, tahun 1960 M hal 6-20.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-US">Dalam sebuah artikel ilmiah yang berjudul “<i>La transcription chinoise Ho-ling comme désignation
de Java</i> (BEFEO L II, cet. Lepas I, Paris, 1964, hal. 93-141), L.-Ch. Damais
telah membuktikan bahwa yang dimaksud dengan <i>He-ling</i> bukanlah Kalingga melainkan Wailing, sebuah daerah lokal
yang terbukti ada dalam epigrafi. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><b><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><b><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[4]</span></b></span><!--[endif]--></span></b></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-US">Denys Lombard, hal 12-13.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 14.2pt; text-indent: -14.2pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-US">Panjang perahu Junk mencapai 100 kaki dan lebar 40 kaki, ada juga yang panjangnya 30 m dengan lebar 8
meter.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn6">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 14.2pt; text-indent: -14.2pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span>Cortes<span lang="EN-US">a</span>o, 1967 :183,186<span lang="EN-US">.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div id="ftn7">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 14.2pt; text-indent: -14.2pt;">
<a href="file:///C:/Users/Public/Documents/Laporan%20Penulisan%20Penelitian/buku%20ong%20tin%20nio%20(Recovered).doc#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-GB; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "MS Mincho"; mso-fareast-language: JA;">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span>Tjiptoatmo<span lang="EN-US">j</span>o<span lang="EN-US">,</span> 1983 : 91<span lang="EN-US">.<o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-31020909189424587552013-01-28T12:17:00.000-08:002013-01-28T12:19:40.313-08:00Berdrinya Caruban Nagari<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Caruban Nagari, atau yang lebih di kenal dengan Grage (Negara Kedhe) diperkirakan jatuh pada tanggal 14
bagian terang bulan Caitra tahun 1367 saka yang bertepatan dengan tanggal 8 April
1445 Masehi, hari Kamis, serombongan penduduk sebanyak 52 orang yang di pimpin
oleh Ki Samadullah mendirikan sebuah desa di kawasan Hutan Pantai yang di sebut Tegal Alangalang yang biasa juga di sebut Kebon Pesisir. Penanggalan Hijriyah pada waktu itu adalah 29 Dzulhijjah
tahun 847, atau mungkin sudah jatuh kepada tanggal 1 Muharrram 848 H.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Penduduk desa baru itu memilih Ki
Danusela yang telah 5 tahun bersama keluarganya bermukim dikawasan itu menjadi
kuwu mereka yang pertama. Karena Ki Danusela kebetulan menantu Ki Gedeng
Kasmaya raja Cirebon Girang, maka desa baru itu dinamai <i>CirebonLarang atau
Cirebon Pasisir. </i>Mungkin semula kerajaan Ki Gedeng Kasmaya di lereng Gunung
Cireme itu bernama Cirebon (saja). Baru setelah ada Cirebon Pasisir kerajaan
itu disebut Cirebon Girang agar tidak tertukar dengan Cirebon yang didirikan
oleh Ki Samadullah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></i>Samadullah adalah nama pemberian gurunya,
Syekh Datuk Kahfi guru agama islam mazhab Syafi’i di Amparan Jati. Nam aslinya
adalah Pangeran Walangsungsang putra sulung Sri Baduga Maharaja dari Suabanglarang.
Telah diutarakan bahwa Subanglarang pernah menjadi murid Syekh Hasanudin di
Pondok Kuro, Karawang. Karena ia beragama islam anak-anaknya di izinkan
menganut agama ibunya sejak kecil. Mereka adalah Walangsungsang, Rara Santang
dan Raja Sangara. Setelah ibunya wafat ketiga anakanya itu merasa tidak betah
lagi tinggal di Pakauan karena selain persaingan antara putera raja cukup
sengit walaupun terselubung. Walangsungsang dan adik-adiknya merasa lebih betah
tinggal pada kakenya di Singapura. Kakeknya,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Ki Gedeng Tapa, adalah penguasa Singapura yang merangkap menjadi
jurulabuhan di Muara Jati. Gedeng Tapa sebagai raja daerah dan sekaligus
syahbandar sangat kaya. Terbukti kemudian dengan harta kekayaan yang
diwarisinya dari Ki Gedeng tersebut Walangsungsang mampu membangun Keraton
Pakungwati lengkap dengan pembentuykan pasukan baru. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Telah dituturkan bahwa <i>Lemah Kawikwan
</i>sekjaligus merupakan <i>Binaya Panti </i>(tempat mencari ilmu) karena pada
silam yang di sebut <i>Guru Utama </i>adalah Maha Pandita. Juga pustaka-pustaka
biasanya tersimpan di Kabuyutan karena ilmu waktu itu termasuk bagian dari
agama sehingga pustaka-pustaka ilmu termasuk barang “keramat”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Seorang <i>Toahaan </i>(keturunan
raja = pangeran) yang ingin bermutu harus rajin membaca pustaka, yang artinya
harus rajin <i>mukim </i>di kediaman pendeta. Sebagai seorang <i>Tohaan </i>Walangsungsangpun
tidak terlepas dari pola pikiran semacam itu. Ia haus akan ilmu dan pustaka
serta mendambakan kehadiran seorang guru. Hal itu tidak dapat dipenuhinya di
Pakuan dan sekitarnya karena ia seorang muslim yang mungkin selama di Istana
hanya dapat belajar agama dari ibuanya. Setelah ibunya wafat, bagi dia dan
adik-adiknya tak ada lagi penenang batin yang memadai. Makin keraslah niat
Walangsungsang untuk meninggalakan Pakuan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Menurut kisah ia lolos malam hari,
tetapi mungkin saja ia pergi baiuk-baik sebab tak ada alasan untuk
menyembunyikan maksudnya untuk pergi ke Timur. Disana ada kakenya, baik dari
piahak ayah maupun darai pihak ibu. Situasi pemeritahan dalam periode tersebut
pada umumnya tidak fahami oleh para penulis babad. Pada saat Walangsungsang
pergi dari Pakuan, penguasa btetinggi di Jawa Barat Wastu Kancana kakek
Siliwangi yang waktu itu tentu belum bergelar “Siliwangi” ia masih <i>Prabu
Anom </i><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tau wakil raja dibawah
pemerintahan mertuannya, Prabu Susuktunggal. Demikian pula halnya dengan pusat
pemerintahan yang waktu itu berkedudukan di Kawali, bukan di Pakuan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Jalan yang di tempuh Walangsungsang
tentu sama dengan jalur yang dilukiskan oleh Bujangga Manik dalam kiasah
perjalannya yang dilakukan beberapa tahun kemudian. Ia sampai ditempat Ki
Danuwarsih seorang pendeta Budha yang menurut <i>Pustaka Kertabhumi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></i>1/4 tinggal di “Parahyangan bang wetan”.
Ayahnya Ki Danausetra, adalah seorang pendeta Budha bertasal dari Gunung Dieng
yang kemudian menjadi pendeta di Keraton Galuh (sebelum kawali).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Hal itu menunjukan bahwa
Walangsungsang memang haus akan ilmu. Di Pakuan tak mungkin berguru kepada
pedeta karena semua orang tahu bahwa dirinya seorang muslim. Di Galuh ia berani
melakukanya karena tidak akan ada orang yang “usil” terhadap dirinya. Dirumah
Ki Danuwarsih itulah ia bertemu dan berjodoh dengan Nyi Indang Geulis putri
sang pedeta. Nama itu nama sunda karena Ki Danuwarsih sendiri dilahirkan di
Galuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ke rumah Ki Danuwarsih inilah
kemudian Rara Santang tiba menyusul kakaknya. Adik mereka yang bungsu Raja
Sangara tetap tinggal dipakuan dan baru kemudian setelah Cirebon berdiri ia pun
berkumpul dengan kedua kakaknya. Hal ini membuktikan pula bahwa kepergian Rara
Santang dari Pakuan dilakukan dengan terang-terangan tidak “lolos diam-diam”
seperti lukisan babad. Logisnya ia akan disertai pengiring untuk keselamatannya.
Rara Santang waktu itu adalah cucu penguasa Sunca-Galuh, Maharaja Niskala Wastu
Kencana, lalu ayahnya menjadi prabu anom di Pakuan dan orang kedua dalam urutan
ahli waris tahta Galuh bila Wastu Kencana telah tiada. Puteri semacam itu tidak
akan dibiarkan “lolos” apalagi terlunta-lunta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kemudian Walangsungsang bersama
isteri dan adiknya pergi berguru kepada Syekh Datuk Kahfi yang membuka Pondok
Kuro di kaki Bukit Amparan Jati. Hal itu tentu atas prakarsa kakeknya,
jurulabuhan Ki Gedeng Tapa raja Singapura. Dahulu putrerinya Subanglarang,
dikimkannya belajar agama islam ke Ponndok Kuro Karawang. Setelah ada pesantren
di Amparan Jati ia memilih pesantren ini untuk kedua cucunya karena terletak
didaerah Cirebon. Seperti Syekh Hasanudin di Karawang, Syekh Datuk Kahfi pun
sahabat Ki Jurulabuhan. Sebagai syah Bandar ia mempunyai pergaulan yang luas
tanpa membedakan agama atau asal-usul kebangsaannya. Tetapi dibalik semua hal
itu dapat terjadi karena keterbukaan sikap penguasa tertinggi Negara yaitu
Wastu Kancana ayahanda Ki Juru Labuhan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dari gurunya, Walangsungsang
mendapat nama Samadullah. Gurunya menyarankan agar ia membuka perkampungan baru
untuk penyiaran agama islam. Ia memilih kawasan hutan di kebon pasisir yang
disebut <i>Tegal Alang-alang atau Lemah Wungkuk. </i>Disitu telah ada Ki
Danusela adik Ki Danuwarsih. Kampong yang sudah ramai didekatnya adalah Dukuh
Pasambangan kampung yang pernah dimukimi oleh Haji Baharudin alias Ki Haji
Purwa. Dibantu oleh sekelompok penduduk dukuh itulah Walangsungsang alias Ki
Samadullah membuka perkampungan baru seperti telah diutarakan dalam awal
paragraph ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Penduduk kampung itu campuran
berbagai bangsa dan agama. Mereka sepakat memilih Ki Danusela menjadi Kuwu
mereka. Nama kampung itu mula-mula Tegal Alang-alang dan Walangsungsang menjadi
<i>Pangraksabumi</i> dengan sebutan Ki Cakrabumi. Tiga tahun kemudian nama
kampung itu di ubah menjadi kampung Cirebon Larang atau Cirebon Passir meniru
nama Cirebon Girang tempat mertua Ki Danusela. Itula awal dari kelahiran
Cirebon yang dibuka oleh Pangeran Walangsungsang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pada tanggal 14 bagian gelap bulan Caitra
tahun 1367 Saka. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Atas peintah gurunya pula
Walangsungsang pergi naik haji ke Mekah. Karena isterinya tengah mengandung, ia
pergi berdua bersama adiknya, Rara Santang. Di pelabuhan Jedah mereka berjumpa
dengan Syarif Abdullah. Naskah babd selalu menyebunya sebagai “sultan Mesir”
tetapi dalam naskah-naskah Wangsakerta ditegaskan bahwa Syarif Abdullah “dumadi
ratwing sawijni ning kitha ing masir nagari” (menjadi salah satu penguasa kota
di negeri Mesir) atau “rajamandala ing masir nagari” (raja daerah di negeri
Mesir). Wangsakerta pun menegaskan bahwa Syarif Abdullah berasal dari “wangsa
hasyim yang dahulu pernah menguasai Palestina tempat tinggal Bani Israil” dan
sultan Mesir waktu itu disebutkan wangsa Ayubi dari Bani Mameluk.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Jadi, ketidakcocokan tokoh Syarif
Abdullah dalam sejarah Cirebon dengan sejarah Mesir hanya terdapatdalam
naskah-naskah yang lebih muda, termasuk naskah <i>Purwaka Caruban Nagari. </i>Dalam<i>
Keratbumi </i>kadang-kadang ada sebutan “sultan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mesir” untuk kepraktisan, tetapi didahului
dengan keterangan di muka. Demikian pula halnya dengan Sulaiman Al-Bagdad yang
hanya seorang raja daerah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Rara Santang kemudian menjadi Isteri
Syarif Abdullah. Sementara menunaikan ibadah haji mereka tinggal dirumah
saudara Syekh Datuk Kahfi. Rara santang mengikuti suaminya ke Mesir dan
mendapat nama Syaripah Mudaim sedangkan Walangsungsang mendapat nama Haji
Abdullah Imam dari gurunya di Mekah, Syekh Abdul Yajid. Setelah tiga bulan ia
kembali ke Pulau Jawa denagan singgah di Bagdad dan Cempaka. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Di Cempaka ia berguru kepada Syekh
Ibrahim Akbar yang di Jawa disebut Sekh Jatiswara. Walangsungsang dijodohkan
dengan puterinya, kemudian ia melanjutkan perjalanan ke Cirebon bersama isterinya
itu. Ia menjadi guru agama di desa Cirebon. Indang Geulis telah melahirkan
seorang puteri yang dinamai Nyai Pakungwati. Kemudian Walangsungsang menikah
dengan Reta Riris puteri Ki Danusela dan diganti namanya menjadi Kancanalarang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Setelah Ki Danusela wafat,
Walangsungsang menjadi kuwu di Cirebon yang kedua. Ketika kakeknya Ki<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jurulabuhan wafat, ia tidak mewarisi
kedudukannya, melainkan memperoleh warisan berupa harta. Kemudian ia mendirikan
istana yang dinamainya Pakungwati seperti puteri sulungnya. Dengan harta
warisan itu pula ia membentuk kesatuan tentara. Pembentukan “kerajaan”
Pakungwati ini direstui oleh ayahnya yang segera mengutus Ki Jagabaya untuk
menyampaikan tanda kekuasaan dan memberi gelar Si Mangana. Bersama dengan Ki
Jagabaya ikut pula Raja Sangara adik Bungsu Walangsungsang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kelak setelah Syarif Hidayat, putera
Rara Santang dan Syarif Abdullah menetap di Cirebon dan menggantikan Syekh
Datuk Kahfi yang telah wafat, Walangsungsang menobatkan suannya ini menjadi
Tumenggung Cirebon. Pada saat itu penyebaran agama islam telah sampai di
Kuningan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>atas jasa Syekh Maulana Akbar
alias Syekh Bayanullah adik Syekh Datuk Kahfi. Ketika Pangeran Walangsungsang
bersama adiknya naik haji, mereka menumpang dirumah Syekh Bayanullah ini. Waktu
Syekh Bantong putra Syekh Kuro dari Karawang naik haji, Syekh Bayanullah
kemudian ikut Ki Bantong pulang ke Pualau Jawa. Syekh Bayanullah kemudian
mendirikan Pondok Kuro didesa Sidapurna, Kuningan. Ia menikah dengan Nyi
Wandansari, Puteri Surayana, lurah Sidapurna. Surayana adalah putera Prabu Dewa
Niskala dari isterinya yang ketiga. Dari perkawinan ini Syekh Bayanullah
berputera Maulana Arifin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Maulana Arifin kelak berjodoh dengan
Ratu Selawati penguasa Kuningan Cucu Prabu Siliwangi. Ia adalah adik Raden
Jayaraksa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>alaias Ki Gedeng Luragung dan
kakak Raden Bratawiyana atau Arya Kemuning. Mereka di islamkan oleh uanya,
Pangeran Walangsusang. Ketika Syarif Hidayat diangkat tumenggung oleh uanya,
agama islam sudah berakar luas sampai di Kuningan dan Luragung.Atas dasar
itulah, Syarif Hidayat dengan dukungan para <i>kamastu</i> (wali) memutuskan
bahwa Cirebon harus menjadi Negara pusat kekuatan agama islam yang merdeka pada
tanggal 12 bagian terang bulan Caitra 1404 Saka (Maret/April 1482 Masehi),
Syarif Hidayat menjadi raja Cirebon dengan gelar Susuhunan Jati. Waktu itu
kakeknya, Sri Baduga Maharaja, baru saja di nobatkan menjadi Maharaja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ketika berita itu sampai di Pakuan,
Sri Baduga mengutus Tumenggung Jagabaya bersama anak buahnya untuk
“menertibkan” Cirebon dan mengatasi keadaan. Akan tetapi Jagabaya di sergap di
dekat Gunung Sembung oleh pasuakan gabungan Cirebon-Demak. Pasukan Demak dibawa
ke Cirebon oleh Raden Patah ketika ia menghadiri penobatan Susuhunan Jati.
Ketika ia pulang, sebahagian pasukannya ditinggalkan di Cirebon untuk menjaga kemungkinan
adanya serangan dari Pakuan. Jagabaya bersama pasukannya kemudian masuk Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Karena Jagabaya lama tidak kembali,
Sri Baduga lalu mempersiapkan pasukan besar untuk menyerang Cirebon. Namun niat
tersebut dapat di cegah oleh <i>purohita</i> (pendeta tertinggi keratin), Ki
Purwagalih.mungkin kedudukan Syarif Hidayat sebagaicucu sang Maharaja dan ia
pun di nobatkan oleh Pangeran Walangsungasang telah meredakan murkanya. Seorang
kakek yang memerangi anak dan cucunya tentu akan di cemoohkan orang. Walaupun
demikian tokoh setinggi purohita Ki Purwagalih ini dalam <i>Babad Padajaran</i>
“ dijadiakan” panakawan Guru Gantangan dengan tingkah laku ala Karang
Tumaritis. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cirebon akhinya menjadi Negara
merdeka. Sebelumnya, Cirebon termasuk kawasan Galuhyang di tempatkan dibawah
pengawasan Arya Kiban, bupati Galuh yang berkedudukan di Palimanan. Karena
pusat pemerintahan dialihkan dari Kawali ke Pakuan, Sri baduga menunjuk Jayaningrat,
salah seorang putera Dewa Niskal, menjadi raja di daerah Galuh.</span></div>
Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-86916530650281062372013-01-28T11:58:00.001-08:002013-01-28T11:58:14.223-08:00Sekilas Tentang Pangeran Carbon<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pangeran Carbon merupakan anak dari
Pangeran Walangsungsang Cakrabuana dengan Ratna Risis. Pangeran Carbon setelah
dewasa dinikah dengan Nyi Cupluk, putri Ki Gedeng Trusmi. Dari pernikahan mereka
berputra anak sulung laki-laki, yaitu Pangeran Trusmi/ Pangeran Mangana Jati.
Isterinya yang kedua yaitu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Nyi Mas
Kencana Sari, puteri Pangeran Panjunan dengan Nay Matang Sari. Dari
pernikahannya, pangeran Carbon dengan Nay Mas Kencana Sari berputera laki-laki,
Ki Gedeng Carbon Girang namanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pangeran Carbon sangat menghormati ayahnya, sehingga
ia tidak berkeberatan jika Syekh Jati yang menggantikan posisi ayahnya menjadi
penguasa Carbon. </span></div>
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">Namun karena berguru kepada Syekh Lemah Abang
yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>beraliran Syiah dan berambisi
menjadi Raja Tanah Jawa, pada saat Susuhunan Jati berkuasa selalu terjadi
perselisihan antara bala tentara Carbon dengan para ki gede yang memusingkan
Kanjeng Sinuhun. Sehingga ketika Rajaa Demak, Raden Patah mengirimkan surat
melakui Sunan Kudus<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6749065134761862930#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a>
untuk meminta bantuan mengatasi masalah pengging (Syekh Siti Jenar/ Syekh Lemah
Abang dan para pengikutnya), Susuhunan bersedia membantu, hingga berakhir pada
ditangkapnya Syekh Siti Jenar dan di jatuhu hukuman mati, yang dilaksanakan
oleh Sunan Kudus.</span>
<div style="mso-element: footnote-list;">
<br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6749065134761862930#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US"> Sunan Kudus merupakan pimpinan angkatan bersenjata kerajaan Demak. </span></div>
</div>
</div>
<a href="http://pesambanganjati.blogspot.com/%20http://tasawufyepeje.blogspot.com/%20http://alhadisyepeje.blogspot.com/%20http://naskahcirebon.blogspot.com/%20http://putrasangrasa.blogspot.com/%20http://carubann.blogspot.com/%20http://cirebonmasalalu.blogspot.com/%20http://sahadatcerbon.blogspot.com/" target="_blank">http://pesambanganjati.blogspot.com/ , http://tasawufyepeje.blogspot.com/ http://alhadisyepeje.blogspot.com/ http://naskahcirebon.blogspot.com/ http://putrasangrasa.blogspot.com/ http://carubann.blogspot.com/ http://cirebonmasalalu.blogspot.com/ http://sahadatcerbon.blogspot.com/</a>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-92218515890029161332013-01-28T11:29:00.003-08:002013-01-28T12:15:29.505-08:00Perjalanan Syekh Syarif Hidayatullah<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
Syarif bertemu dengan pamannya, Pangeran Cakrabuana sangat senang dan
menyampaikan keinginannya agar Syarif Hidayat berkenan menjadi raja. Namun
Syarif Hidayat menolak karena ia<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>masih
ingin berkelana. Syarif Hidayat pun pergi ke negeri Cina dan sebelumnya mampir
ke Jamhur bertemu dengan Raja Lahut. Di Cina Syarif Hidayat </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">menjumpai pe</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ng</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">rajin <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tabsyi</i>
yang sudah masuk Islam, begitu pula dengan orang-orang daerah sekitar hingga
beliau masuk ke </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">n</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">egeri Tar</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">t</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">ar.
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Islam sudah berkembang di daerah itu dan banyak
penganutnya. Islam masuk ke Negeri Tar</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">t</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">ar sejak </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">z</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">aman sahabat Anas </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">b</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">in Malik. Meskipun Islam sudah tersebar di sana, Syarif
Hidayatullah senantiasa berdakwah di daerah tersebut untuk mempertebal keiman</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">. Syarif Hidayatullah berada di </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">n</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">egeri Tar</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">t</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">ar beberapa tahun lamanya, sambil memperluas keislamannya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,
mengajarkan syahadat, shalat, serta melakukan pengobatan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengobatan yang
dilakukan oleh Sunan Gunung Jati yaitu dengan syahadat dan shalat. Di sana pun
Syarif Hidayat sempat belajar membuat keramik. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena
ketenaran Syarif Hidayatullah, Raja Cina memanggilnya untuk menguji Syarif
Hidayat. Pada saat itulah Syarif Hidayat bertemu dengan Putri Ong Tin Nio yang
kelak menyusulnya ke tanah Jawa dan menjadi istrinya.</span><span lang="EN-US"> </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US">Setelah dari negeri Cina, Syarif Hidayat ke tanah Jawa dengan
terlebih dahulu menjemput Raja Lahut. Dengan membawa seratus orang prajurit
mereka kembali ke tanah Jawa.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setibanya
di tanah Jawa, Syarif Hidayat disambut dengan gembira. Mereka berkumpul di Bale
Jajar bersama Babu Dampul dan Ki Gusah. Kabar tentang kedatangan Syarif Hidayat
terdengar oleh para pembesar di Cirebon diantaranya Ki Gedeng Kali Wulu, Ki
Gedeng Kaliwedi, Ki Gedeng Bangulara, Ki Gedeng Bangayalu, Ki Gedeng Maja, Ki Gedeng
Kalideres, Ki Gedeng Konda, Kyai Gedeng Gegesik, Ki Gedeng Waru, Gedeng Dawuhan,
Ki Gedeng Cideng. Mereka kemudian menghadap pada Syarif Hidayat. Kemudian datang
juga menghadap Gedeng Malaka, Gedeng Kalitengah, Gedeng Sembung (Kalisapu),
mereka semua mengunjungi pakuwon, menyampaikan hormatnya kepada Syarif Hidayat/Syekh
Maulana Kabir. Hadir pula para buyut diantaranya Ratu Junti, Ratu Gumulunggu,
Ratu Jepura, serta Dipati Cengal. Semuanya berkumpul menyampaikan keinginan
mereka untuk menobatkan Syekh Maulana menjadi raja di Carbon. Akan tetapi Syekh
Maulana Kabir belum bersedia. Ia bermaksud menjemput ibundanya dulu di Mesir
sehingga dapat menyaksikan penobatannya. Kemudian Syekh Maulana Akbar
menyerahkan urusan rumah tangga pada Babu Dampul dan berangkat menjemput
ibundanya di Bani Israil. Sesampainya di Mesir Syekh Maulana menyampaikan
keinginannya agar ibundanya berkenan tinggal di Sembung bersamanya di wilayah <i>dawil
arham </i>(suci, tercinta milik Allah Ta’ala). </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sementara
di Gunung Jati kehadiran tamu yaitu Pangeran Panjunan. Pangeran Panjunan
beserta rombongan dating beserta pengikut dan prajuritnya. Serdadu yang
dibawahnya sangat menakutkan. Patih keling sangat terkejut <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kemudian ia memeriksanya. Patih keling menyambut
Pangeran Panjunan dan menyampaikan bahwa pemimpin mereka Syekh Maulana sedang
pergi ke Bani Israil.Kemudian Pangeran Panjunan berpesan bahwa ia ingin bertemu
dan ingin membicarakan tentang ilmu. Rombongan tamu itu pun pulang meninggalkan
Gunung Sembung menuju Kebon Syarif, di Panjunan. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Syekh
Maulana pulang dengan ibunya beserta raja Cempa tiba di gunung sembung. Tak
lama kemudian datang dengan gaduhnya meniup terompet dan tambur dan tidak
ketinggalan barisan prajuritnya. Syekh Maulana Jati kemudian menemuinya Pangeran
Panjunan mereka diterima di Mande Patani. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pangeran
Panjunan pun sudah dipersilahkan duduk, duduk di tempat yang sesuai dengan
kedudukannya. Pangeran Panjunan berkeinginan menjadi raja karena merasa datang
terlebih dahulu ke Carbon dan merupakan keturunan raja Mesir yang lebih senior
daripada Syekh Maulana. Sehingga ketika Syekh Maulana datang ia bermaksud
mengadu ilmu guna menentukan siapa yang pantas menjadi raja. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengikut
Pangeran Panjunan, bertanya pada Syekh Maulana maksud kedatangan ke Pulau Jawa,
apakah ilmu yang dimiliki berani mengislamkan tanah Jawa, apakah ilmu yang
dimiliki. Pangeran Panjunan merasa pantas menjadi raja karena sakti dan telah
berguru pada Syekh Junaid.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dengan rendah
hati Syekh Maulana menjawab bahwa modal yang ia bawa hanya dua kalimat
syahadat. Sebagai orang muda ia<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Syekh
Maulana hanya memberanikan diri dan meminta Pangeran Panjunan mengajarinya.
Pangeran Panjunan mengatakan bahwa orang yang telah mencapai derajat makrifat
untuk apa bersyahadat dan shalat. Dijawab oleh Syekh Maulana bahwa <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>seandainya seperti<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>itu, bagaimana kita memandang masalah. Adapun
yang dipandang keadaan kawula gusti, ada ratu/ raja ada rakyat, bila mana
hanya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sekedar berkonsentrasi pada tauhid,
yang mana yang menjadi raja apabila menggunakan kesatuan/ menjadi satu. Siapa
yang menjadi umat, siapa yang menjadi Tuhan.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Sungguh keadaan yang tidak ada ujungnya. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Syekh
Syarif mengatakan bahwa gurunya adalah nyawa Rasulullah dan gurunya adalah
Syekh Jumadil Kkabir, Wali Aretullah, Syekh Datuk Sidiq dari Pasai, Syekh Datuk
Bahrul dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ayahanda Sunan Ampel Denta
yang menyuruhnya menetap di Gunung Amparan Jati.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian
Pangeran Panjunan termenung. Syekh Maulana bertanya apakah tujuan membangun
masjid di Panjunan bila diterlantarkan, apakah hanya sekedar untuk menunjukkan
kekuasaan pada para pengikut saja, dan hanya untuk menunjukkan siapa yang
dipanggil Pangeran dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>apakah Pangeran ingin
menjadi raja tanpa pengikut, tanpa usaha. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pangeran Panjunan merasa kalah berargumentasi.
Ia mengakui bahwa Syekh Maulanalah yang benar dan mengatakanbahwa Syekh
Maulanalah yang lebih pantas untuk menjadi raja. Sehingga akhirnya Pangeran
Panjunan bersama<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keluarga<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ke Wringin Pitu, suatu daerah di kaki bukit
Plangon/ Bukit Kera di Kabupaten Cirebon. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Syekh
Maulana merupakan pribadi yang rendah hati, tidak sombong. Ia sopan dalam
bertindak dan santun dalam berkata, memiliki kecerdasan berpikir dan spiritual,
matang ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu agama. Syekh Maulana merupakan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>perwira yang tangkas yang banyak memiliki
pengikut yang mumpuni baik dari kalangan raja, pembesar, maupun panglima. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Syekh
Maulana memiliki konsep yang visioner dan wawasan berpikir internasional,
dengan telah dikunjunginya berbagai Negara ketika ia belajar dan berkelana. Hal
tersebut jauh berbeda dengan Pangeran Carbon, sepupunya yang hanya menjadi
penguasa dan panglima angkatan perang di wilayah Cirebon.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Syekh
Maulana kemudian diangkat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi raja.
Ia <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengudang kepada<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sunan Kalijaga, Pangeran Drajat, Pangeran
Makdum, Pangeran Luwung, Pangeran Sendang, Pangeran Tayuman, Pangeran Reken di
Losari, Pangeran Pasalaka, Pangeran Magrib, Pangeran Gagak Lumayu, Pangeran Satang
Lumari, Pangeran Kajaksan, Pangeran Plangon, Pangeran Karang Kendal, Pangeran
Bramacari, Pangeran Welang, Pangeran Supekik, Pangeran Carbon Girang, Pangeran
Wanacala, Pangeran Sucimana, dan Pangeran Kedung Soka.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Para
pembesar berkumpul untuk melaksanakan penobatan Syekh Maulana menjadi Susuhunan
di Pakungwati, disaksikan oleh ibundanya Nyi Mudaim serta Uwanya sunan Rangga,
dan kakandanya Pangeran Jakerta, Raja Cempa. Pangeran Panjunan dan pengikutnya
mendukung dengan cara membangun pagar-pagarnya, membuat pintu-pintu kerajaan,
merancang pedaleman serta menyiadakan tukang batunya. Dari Majapahit datang Raden
Sepat, yang mempunyai hubungan keluarga dengan Panjunan. Ki Gedeng Kagok Garenjeng,
Pangeran Reken turut membantu Susuhunan. Tembok kota (kuta) Carbon sudah
bertaut, lawang saketeng juga sudah didirikan.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Syekh
Maulana diangkat oleh uwaknya pada tahun 1479 M menjadi Tumenggung di Nagari
Carbon disaksikan oleh ibunya sebagai legitimasi genealogis dan hukum tak
tertulis, bahwa ini memiliki waris sebagai penerus kerajaan di tanah Sunda. Ia
bergelar dengan </span><span lang="EN-US">gelar <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Aulia
Allah Kutubizaman Kholifatur Rosulullah Shallollahu Alaihi Wassalam<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6749065134761862930#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></b></span></span></span></a>
</i></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dengan didukung oleh semua pembesar di
pesisir Sunda.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sementara itu Wali
Sembilan yang hadir <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menyambut gembira
penobatan Susuhunan Jati. Para wali<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>memberi gelar Penetep Panatagama Rasul, menggantikan Syekh Nurjati.
Gelar klalifah yang diberikan kepada Syek Maulana Jati/ Syekh Jati merupakan
gelar dakwah melaui<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kekuasaan dari jalur
bapak. Dimana ia merupakan penerus pemimpin di luar jazirah Arab.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">lihat juga di </span><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal">
http://cirebonmasalalu.blogspot.com/</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div style="mso-element: footnote-list;">
<br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1" style="mso-element: footnote;">
<div class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 14.2pt; text-indent: -14.2pt;">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6749065134761862930#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pangeran Suleman Sulendraningrat, Babad Tanah
Sunda, Babad Cirebon, hal. 35.<a href="http://cirebonmasalalu.blogspot.com/" target="_blank">http://cirebonmasalalu.blogspot.com/</a></span></div>
</div>
</div>
Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-49242225710847633472012-09-23T06:01:00.002-07:002012-09-23T06:01:19.576-07:00@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-11095768072093143242012-09-23T05:58:00.003-07:002012-09-23T05:58:52.124-07:00@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN PUSAKA CIREBON.@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s640/CIMG2353.JPG" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" width="640" /></a></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s320/DSCF2318.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-82853367935455446592012-09-23T05:57:00.001-07:002012-09-23T05:57:17.742-07:00@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></div>
<br />Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-31991219060429155982012-09-23T05:55:00.003-07:002012-09-23T05:55:44.404-07:00@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-52418734691239238872012-09-23T05:53:00.003-07:002012-09-23T05:53:52.060-07:00@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"></td></tr>
</tbody></table>
<br />Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-19363893333519465832012-09-23T05:33:00.004-07:002012-09-23T05:37:55.306-07:00@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-60915233393916251542012-09-23T05:32:00.000-07:002012-09-23T05:51:40.533-07:00@ LOUNCING TARLING BABAD CIREBON<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs15n6wGYec9AyhGtNq6FvpRY7fZ1KJylE3zLu-q7LKtfHU3M0Jk0wWNpzaqd9oPrSiBOGwsPcfWx-gxKKFLB1-jBhT9yr0E1WoqC4B7lkIW5BfclQyRiJUvDvkkXoKUPKvCG2LlEWrVzB/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEJysNz2GjRoypsdSrQ4rM0fPetJ90AqKiqMGvCyRUk3UrMiRx5XLnmzvw1-CfFzw8cJAg_AQRtMp9bzN2pVW3YqsLX6vaGW056xvCho2NHwsIkJoxn7GzdlpZgVEPmL9amjzndwqLL32_/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span> </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s1600/CIMG2353.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEM0cNO3WYSc3hSIdskEfX8J2RjzEq5uLyekr9CBb6y8ZCOcoUvSHHSMshki_fWVB_CxWrlMdyIX2Po5Gj0x1WohwXK_olZtxweFkzxREzjAkmKEZwgS68Mr8-zDlIy7iIfdNzGHXaaiSh/s400/CIMG2353.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s1600/DSCF2318.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQLyTRTr77kkjL51FEj5uFUe-5Fh3QTBleoPdlHcWp9vbZY0S4RoFdqvPOjhTgZdZZIjk-WngCTwU-Z0jgNrGHmla451Gl7uuhBaqPAQgD1e8Sj4iIgbmEGUXF56-GsHx9zQMoqoHBHlW7/s400/DSCF2318.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span data-ft="{"tn":"K"}" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]"><span class="UFICommentBody" id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[0].[0]">@
LOUNCING TARLING BABAD CIREBON YANG DI SELENGGARAKAN OLEH KOMUNITAS
PUSAKA CIREBON, Kendi Pertula, YANG DIKETAHUI OLEH SAHABATKU Mustaqim
Asteja, TARLING BABAD CIREBON SEBAGAI ME</span></span><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]"><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]."><span id=".reactRoot[40].[1][2][1]{comment386510491417916_386541414748157}..[1]..[1]..[0].[2]..[3]..[0]">DIA
EDUKASI KESEJARAHAN, KESENIAN, DAN KEBUDAYAAN. UNTUK MELESTARIKAN
PUSAKA CIREBON; BAIK PUSAKA ALAM, PUSAKA BUDAYA, DAN PUSAKA SAUAJANA
YANG HARUS DILESTARIKAN DAN DIWARISKAN KEPADA GENERASI MUDA CIREBON,,,</span></span></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-50797099719635084672012-02-23T15:39:00.000-08:002012-02-23T15:39:27.509-08:00Sejarah Sumedang dari masa ke masa<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<strong>Sejarah sumedang dari masa ke masa</strong><br />
<br />
<b>INSUN MEDAL DARI MASA KE MASA</b><br />
<br />
<strong>I. MASA KERAJAAN.</strong><br />
<strong>SUMEDANG LARANG</strong> “Insun Medal Insun Madangan"<br />
Dalam Carita Parahiyangan dan catatan Bujangga Manik bahwa sekitar kaki Gunung Tompo Omas (Tampomas) terdapat sebuah Kerajaan Medang Kahiyangan (252 – 290 M), dan menurut catatan Bujangga Manik juga bahwa posisi Sumedang Larang berada di Cipameungpeuk, dilihat dari posisi Sumedang Larang (998 – 1114 M) bahwa yang memegang kekuasaan waktu itu adalah Prabu Pagulingan. Dilihat dari masa kedua kerajaan tersebut sangat berjauhan dan tidak ada hubungan sama sekali, berdasarkan penyelusuran penyusun bahwa keturunan dari Medang Kahiyangan merupakan keturunan Raja Salakanagara ke 5 dari Prabu Dharma Satya Jaya Waruna Dewawarman menantu Dewawarman IV, sedangkan menurunkan keturunan Sumedang Larang berasal Manikmaya Kerajaan Kendan menantu Suryawarman raja Tarumanagara ke 7 yang kemudian juga menurunkan raja-raja Galuh dan Sunda. <br />
<br />
Cikal bakal berdirinya kerajaan Sumedang Larang berawal dari kerajaan Tembong Agung. Berdirinya kerajaan Tembong Agung sangat erat kaitannya dengan kerajaan Galuh Pakuan yang didirikan oleh Wretikandayun 612 M, sedangkan kerajaan Tembong Agung didirikan oleh Prabu Guru Aji Putih 678 M di Citembong Girang Kecamatan Ganeas Sumedang kemudian pindah ke kampung Muhara Desa Leuwi Hideung Kecamatan Darmaraja. Prabu Guru Aji Putih merupakan putra Ratu Komara keturunan dari Wretikandayun. Prabu Guru Aji Putih hasil pernikahan dengan Dewi Nawang Wulan (Ratna Inten) memiliki empat orang putra; yang sulung bernama Batara Kusuma atau Batara Tuntang Buana yang dikenal juga sebagai Prabu Tajimalela, yang kedua Sakawayana alias Aji Saka, yang ketiga Haris Darma dan yang terakhir Jagat Buana yang dikenal Langlang Buana. Dalam kropak 410 disebutkan pula bahwa Tajimalela itu adalah Panji Romahyang putera Demung Tabela Panji Ronajaya dari Dayeuh Singapura. Tajimalela sejajar dengan tokoh Ragamulya (1340 - 1350) penguasa di Kawali dan S<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
uryadewata ayah Batara Gunung Bitung di Majalengka. Dalam masa pemerintahan Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475), Singapura diperintah oleh putranya yang kedua Surawijaya Sakti yang kemudian digantikan oleh adiknya Ki Gedeng Sindangkasih, putra Wastu Kancana yang ketiga yang disebut Mangkubumi Sumedang Larang karena waktu itu Sumedang Larang menjadi kerajaan bawahan Galuh. Kemunculan Sumedang Larang tentu sejalan dengan kasus kemunculan kerajaan Talaga yang dirintis oleh tokoh Praburesi yang tetap berada di bawah Galuh. <br />
<br />
Ketika Batara Kusuma sedang bertapa , terjadi suatu keajaiban alam di kaki Gunung Cakrabuana, ketika langit menjadi terang-benderang oleh cahaya yang melengkung mirip selendang (malela) selama tiga hari tiga malam sehingga Batara Kusuma berucap “ In(g)sun Medal In(g)sun Madangan” (In(g)sun artinya “saya”, Medal artinya lahir dan Madangan artinya memberi penerangan) maksudnya “Aku lahir untuk memberikan penerangan” dari kata-kata tersebut terangkailah kata Sumedang, kata Sumedang Larang dapat juga diartikan sebagai “tanah luas yang jarang bandingnya” (Su= bagus, Medang = luas dan Larang = jarang bandingannya), sehingga Batara Kusuma dikenal pula sebagai Tajimalela dan kata Sumedang bisa diambil juga dari kata Su yang berarti baik atau indah dan Medang adalah nama sejenis pohon, Litsia Chinensis sekarang dikenal sebagai pohon Huru, dulu pohon medang banyak tumbuh subur di dataran tinggi sampai ketinggi 700 m dari permukaan laut seperti halnya Sumedang merupakan dataran tinggi. Selain itu Tajimalela menciptakan ilmu Kasumedangan terdiri dari 33 pasal “Sideku Sinuku Tunggal Mapat Pancadria” ilmu yang berisikan hubungan manusia dengan Sang Pecipta dan Antara manusia dengan manusia, seperti yang terpancar dalan tembang Sinom berikut :<br />
<b>Sumanget ka Sumedangan</b><br />
<b>Tara</b><b> ngukut kanti risi</b><br />
<b>Tara</b><b> reuwas ku beja</b><br />
<b>Sikepna titih carincing</b><br />
<b>Jauh tina hiri dengki</b><br />
<b>Nyekel tetekon nu luhung</b><br />
<b>Gagah bedas tanpa lawan</b><br />
<b>Handap asor hade budi</b><br />
<div class="MsoNormal"><strong>Kasabaran nyata elmu katunggalan</strong> </div><br />
Prabu Tajimalela merupakan raja pertama Kerajaan Sumedang Larang (721 – 778 M) yang berkedudukan Tembong Agung Darmaraja dibekas kerajaan Prabu Guru Aji Putih. Prabu Tajimalela mempunyai tiga orang putra yaitu ; yang pertama Jayabrata atau Batara Sakti alias Prabu Lembu Agung, yang kedua Atmabrata atau Bagawan Batara Wirayuda yang dikenal sebagai Prabu Gajah Agung, dan yang terakhir Mariana Jaya atau Batara Dikusuma dikenal sebagai Sunan Ulun, yang pertama menjadi raja kedua Sumedang Larang adalah Lembu Agung (778 – 893 M) kemudian digantikan oleh Gajah Agung . Kisah awal Prabu Gajah Agung sangat mirip kisah awal Kerajaan Mataram menurut versi Babad Tanah Jawi tetapi melihat masa pemerintahannya Prabu Gajah Agung pada tahun 839 M sedangkan Ki Ageng Pamanahan tahun 1582 M jelas terlihat waktu yang sangat berbeda. Menurut kisah Babad Tanah Jawi itu Ki Ageng Sela memetik dan menyimpan buah kelapa muda sementara Ki Ageng Sela pergi, datanglah Ki Ageng Pamanahan yang kemudian meminumnya, yang akhirnya Ki Ageng Pamanahan menjadi Raja Mataram sedangkan dalam Babad Darmaraja ketika Prabu Tajimalela menunjuk Lembu Agung untuk menjadi raja Sumedang Larang yang kedua, Lembu Agung menolaknya, Lembu Agung memilih untuk menjadi resi daripada menjadi seorang raja sepertinya adiknya Sunan Ulun menjadi resi demikian pula dengan Gajah Agung menolak, akhirnya Tajimalela memanggil kedua putera kembarnya yaitu Lembu Agung dan Gajah Agung, ketika kedua puteranya datang Prabu Tajimalela menyuruh kedua puteranya untuk menunggui sebuah kelapa muda dan sebilah pedang di tengah lapangan berapa saat kemudian Prabu Tajimalela pergi meninggalkan mereka berdua, setelah menunggu berapa lama kemudian Prabu Lembu Agung pergi sementara tinggallah Prabu Gajah Agung seorang diri akhirnya Prabu Gajah Agung tak kuat menahan haus kemudian meminumnya buah kelapa tersebut, akhirnya Prabu Tajimalela menunjuk Atmabrata yang dikenal sebagai Prabu Gajah Agung (893 – 998 M) sebagai raja Sumedang Larang kedua, periode pemerintahan kedua keturunan Prabu Tajimalela lebih kepada karesian dari pada keprabuan dan mulai dari sini pusat pemerintahan dipindah dari Darmaraja ke Ciguling Pasanggrahan Sumedang Selatan. Prabu Gajah Agung mempunyai putra bernama Wirajaya atau Jagabaya atau dikenal sebagai Prabu Pagulingan (998 – 1114 M) kemudian menjadi raja Sumedang Larang keempat. Setelah wafatnya Prabu Pagulingan digantikan oleh Mertalaya yang<br />
dikenal sebagai Sunan Guling (1114 – 1237 M)mempunyai tiga putra; Tirta Kusuma dikenal sebagai Sunan Tuakan, Jayadinata dan Kusuma Jayadiningrat. Setelah Sunan Guling wafat digantikan oleh puteranya bernama Tirtakusuma atau Sunan Tuakan (1237 – 1462 M) sebagai raja Sumedang Larang yang keenam. Sunan Tuakan memiliki tiga putri; yang sulung Ratu Ratnasih alias Nyi Rajamatri diperistri oleh Sri Baduga Maharaja Jaya Dewata Pakuan Pajajaran, yang kedua Ratu Sintawati alias Nyi Mas Ratu Patuakan dan yang ketiga Sari Kencana diperisteri oleh Prabu Liman Sanjaya keturunan Prabu Jaya Dewata. <br />
<br />
Kemudian Sunan Tuakan digantikan oleh putrinya yang kedua yang bernama Ratu Sintawati alias Nyai Mas Patuakan (1462 – 1530 M) sebagai raja Sumedang Larang ketujuh, Ratu Sintawati menikah dengan Sunan Corenda raja Talaga putera Ratu Simbar Kancana dari Kusumalaya putra Dewa Niskala penguasa Galuh. Dari Ratu Sintawati dan Sunan Corenda mempunyai putri bernama Satyasih atau dikenal sebagai Ratu Inten Dewata setelah menjadi penguasa Sumedang yang kedelapan bergelar Ratu Pucuk Umum (1530 – 1578 M). <br />
<br />
Pada masa Ratu Sintawati agama Islam mulai menyebar di Sumedang pada tahun 1529 M. Agama Islam disebarkan oleh Maulana Muhammad alias Pangeran Palakaran putera Maulana Abdurahman alias Pangeran Panjunan. Pangeran Palakaran menikah dengan Nyi Armilah seorang puteri Sindangkasih Majalengka dan hasil pernikahan tersebut pada tanggal 6 bagian gelap bulan jesta tahun 1427 saka (+ 29 Mei 1505 M) lahirlah seorang putra bernama Rd. Solih atau Ki Gedeng Sumedang alias Pangeran Santri. Kemudian Pangeran Santri menikah dengan Ratu Pucuk Umum, yang akhirnya Pangeran Santri menggantikan Ratu Pucuk Umum sebagai penguasa Sumedang, Pangeran Santri dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Pangeran Kusumadinata I pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 saka (+ 21 Oktober 1530 M), Pangeran Santri merupakan murid Sunan Gunung Jati. <br />
<br />
Pangeran Santri merupakan penguasa Sumedang pertama yang menganut agama Islam dan berkedudukan di Kutamaya Padasuka sebagai Ibukota Sumedang Larang yang baru, sampai sekarang di sekitar situs Kutamaya dapat dilihat batu bekas fondasi tajug keraton Kutamaya. Pada tanggal 3 bagian terang bulan srawana tahun 1480 saka (+ 19 Juli 1558 M) lahirlah Pangeran Angkawijaya yang kelak bergelar Prabu Geusan Ulun putera dari Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umum. Pada masa pemerintahan Pangeran Santri kekuasaan Pajajaran sudah menurun di beberapa daerah termasuk Sumedang dan pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Wesaka 1501 Sakakala atau tanggal 8 Mei 1579 M Pajajaran “Sirna ing bumi” Ibukota Padjajaran jatuh ke tangan pasukan Kesultanan Surasowan Banten . Pada tahun 1578 tepatnya pada hari Jum’at legi tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedang Larang Pangeran Santri menerima empat Kandaga Lante yang dipimpin oleh Sanghiang Hawu atau Jaya Perkosa, Batara Dipati Wiradidjaya (Nganganan), Sangiang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana Terong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas parabon untuk di serahkan kepada penguasa Sumedang Larang dan pada masa itu pula Pangeran Angkawijaya / Pangeran Kusumadinata II dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun (1578 – 1610) sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda dan mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran, sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabhumi I/2 (h. 69) yang berbunyi; “Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala” (Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang) selanjutnya diberitakan “Rakyan Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun” (Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun). “Anyakrawartti” biasanya digunakan kepada pemerintahan seorang raja yang merdeka dan cukup luas kekuasaannya. Dalam hal ini istilah “nyakrawartti” maupun “samanta” sebagai bawahan, cukup layak dikenakan kepada Prabu Geusan Ulun, hal ini terlihat dari luas daerah yang dikuasainya, dengan wilayahnya meliputi seluruh Padjajaran sesudah 1527 masa Prabu Prabu Surawisesa dengan batas meliputi; Sungai Cipamali (daerah Brebes sekarang) di sebelah timur, Sungai Cisadane di sebelah barat, Samudra Hindia sebelah Selatan dan Laut Jawa sebelah utara. Daerah yang tidak termasuk wilayah Sumedang Larang yaitu Kesultanan Banten, Jayakarta dan Kesultanan Cirebon. Dilihat dari luas wilayah kekuasaannya, wilayah Sumedang Larang dulu hampir sama dengan wilayah Jawa Barat sekarang tidak termasuk wilayah Banten dan Jakarta kecuali wilayah Cirebon sekarang menjadi bagian Jawa Barat. <br />
<br />
Pada saat penobatannya Pangeran Angkawijaya berusia 22 tahun lebih 4 bulan., sebenarnya Pangeran Angkawijaya terlalu muda untuk menjadi raja sedangkan tradisi yang berlaku bahwa untuk menjadi raja adalah 23 tahun tetapi Pangeran Angkawijaya mendapat dukungan dari empat orang bersaudara bekas Senapati dan pembesar Pajajaran, keempat bersaudara tersebut merupakan keturunan dari Prabu Bunisora Suradipati. Dalam Pustaka Kertabhumi I/2 menceritakan keempat bersaudara itu “Sira paniwi dening Prabu Ghesan Ulun. Rikung sira rumaksa wadyabala, sinangguhan niti kaprabhun mwang salwirnya” (Mereka mengabdi kepada Prabu Geusan Ulun. Di sana mereka membina bala tentara, ditugasi mengatur pemerintahan dan lain-lainnya), sehingga mendapat restu dari 44 penguaa daerah Parahiyangan yang terdiri dari 26 Kandaga Lante, Kandaga Lante adalah semacam Kepala yang satu tingkat lebih tinggi dari pada Cutak (Camat) dan 18 Umbul dengan cacah sebanyak + 9000 umpi, untuk menjadi nalendra baru pengganti penguasa Pajajaran yang telah sirna. Tidak semuanya bekas kerajaan bawahan Pajajaran mengakui Prabu Geusan Ulun sebagai nalendra , sehingga terpaksa Prabu Geusan Ulun menaklukan kembali kerajaan-kerajaan tersebut seperti Karawang, Ciasem, dan Pamanukan.<br />
<br />
<br />
<strong>HANJUANG DI KUTAMAYA.</strong><br />
Pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun ada suatu peristiwa penting, menurut Pustaka Kertabhumi I/2 (h.70) peristiwa Harisbaya terjadi tahun 1507 saka atau 1585 M. Peristiwa ini dimulai ketika Prabu Geusan Ulun pulang berguru dari Demak dan Pajang, singgah di Keraton Panembahan Ratu penguasa Cirebon ketika Prabu Geusan Ulun sedang bertamu di Cirebon, sang Prabu bertemu dengan Ratu Harisbaya isteri kedua Panembahan Ratu yang masih muda dan cantik. Harisbaya merupakan puteri Pajang berdarah Madura yang di “berikan” oleh Arya Pangiri penguasa Mataram kepada Panembahan Ratu. Pemberian Harisbaya ke Panembahan Ratu oleh Arya Pangiri agar Panembahan Ratu bersikap netral karena setelah Hadiwijaya raja Pajang wafat terjadilah perebutan kekuasaan antara keluarga keraton Pajang yang didukung oleh Panembahan Ratu menghendaki agar yang menggantikan Hadiwijaya adalah Pangeran Banowo putra bungsunya, tetapi pihak keluarga Trenggono di Demak menghendaki Arya Pangiri putra Sunan Prawoto dan menantu Hadiwijaya sebagai penggantinya yang akhirnya Arya Pangirilah yang meneruskan kekuasaan di Pajang. <br />
<br />
Selama berguru di Demak Prabu Geusan Ulun belajar ilmu keagamaan, sedangkan di Pajang berguru kepada Hadiwijaya belajar ilmu kenegaraan dan ilmu perang, selama di Pajang inilah Prabu Geusan Ulun berjumpa dengan Harisbaya dan menjalin hubungan kekasih yang akhirnya hubungan kekasih ini terputus karena Ratu Harisbaya di paksa nikah dengan Panembahan Ratu oleh Arya Pangiri. Ada kemungkinan setelah pulang berguru dari Demak dan Pajang Prabu Geusan Ulun singgah di Cirebon untuk memberikan ucapan selamat kepada Panembahan Ratu atas pernikahannya dengan Harisbaya dan sekalian melihat mantan kekasih. Melihat mantan kekasihnya datang rasa rindu dan cintanya Harisbaya ke Geusan Ulun makin mengebu-gebu, setelah Panembahan Ratu tidur Harisbaya mengedap-edap mendatangi tajug keraton dimana Prabu Geusan Ulun beristirahat dan Harisbaya datang membujuk Geusan Ulun agar membawa dirinya ke Sumedang ketika itu Geusan Ulun bingung karena Harisbaya adalah istri pamanya sendiri sedangkan Harisbaya mengancam akan bunuh diri apabila tidak dibawa pergi ke Sumedang, setelah meminta nasehat kepada empat pengiringnya akhirnya malam itu juga Harisbawa dibawa pergi ke Sumedang. Keesokan paginya keraton Cirebon gempar karena permaisuri hilang beserta tamunya, melihat istrinya hilang Panembahan Ratu memerintahkan prajuritnya untuk mengejar tetapi prajurit bayangkara Cirebon yang mengusul Geusan Ulun rombongan dapat dipukul mundur oleh empat pengiring sang prabu. Akibat peristiwa Harisbaya tersebut terjadilah perang antara Sumedang dan Cirebon, sebelum berangkat perang Jaya Perkosa berkata kepada Prabu Geusan Ulun, ia akan menanam pohon Hanjuang di Ibukota Sumedang Larang (Kutamaya) sebagai tanda apabila ia kalah atau mati pohon hanjuang pun akan mati dan apabila ia menang atau hidup pohon hanjuang pun tetap hidup, sampai sekarang pohon hanjuang masih hidup? Setelah berkata Jaya Perkosa berangkat bertempur karena pasukan Cirebon sangat banyak maka perangpun berlangsung lama dalam perang tersebut dimenangkan oleh Jaya Perkosa, dipihak lain Nangganan, Kondang Hapa dan Terong Peot kembali ke Kutamaya sedangkan Jayaperkosa terus mengejar pasukan Cirebon yang sudah cerai berai. Di Kutamaya Prabu Geusan Ulun menunggu Jaya Perkosa dengan gelisah dan cemas, karena anjuran Nangganan yang mengira Senapati Jaya Perkosa gugur dalam medan perang agar Prabu Geusan Ulun segera mengungsi ke Dayeuh Luhur tanpa melihat dulu pohon hanjuang yang merupakan tanda hidup matinya Jaya Perkosa. Maka sejak itu Ibukota Sumedang Larang pindah dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur. Keputusan Geusan Ulun memindahkan pusat pemerintahan ke Dayeuh Luhur sesungguhnya merupakan langkah logis dan mudah difahami. Pertama, dalam situasi gawat menghadapi kemungkinan tibanya serangan Cirebon, kedua benteng Kutamaya yang mengelilingi Ibukota belum selesai dibangun, ketiga, Dayeuh Luhur di puncak bukit merupakan benteng alam yang baik dan terdapat kabuyutan kerajaan. <br />
<br />
Jayaperkosa kembali ke Kutamaya dengan membawa kemenangan tetapi ia heran karena Ibukota telah kosong sedang pohon hanjuang tetap hidup akhirnya Jaya Perkosa menyusul ke Dayeuh Luhur dan setelah bertemu dengan Prabu Geusan Ulun, ia marah kepada Nangganan bahkan membunuhnya dan meninggalkan rajanya sambil bersumpah tidak akan mau mengabdi lagi kepada siapapun juga.Terdengar kabar dari Cirebon terdengar bahwa Panembahan Ratu akan menceraikan Harisbaya sebagai ganti talaknya daerah Sindangkasih. Akhirnya Prabu Geusan Ulun menikah dengan Harisbaya dan berputra dua, Raden Suriadiwangsa dan Pangeran Kusumahdinata, sedangkan dari istri pertamanya Nyi Gedeng Waru berputra Rangga Gede. Setelah Prabu Geusan Ulun wafat merupakan akhir dari nalendra kerajaan Sunda Sumedang Larang dan Sumedang memasuki masa kebupatian ketika dipimpin oleh Raden Suriadiwangsa / Rangga Gempol dan menjadi bawahan Mataram. <br />
<br />
Peristiwa penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai Cakrawarti atau Nalendra merupakan kebebasan Sumedang untuk mengsejajarkan diri dengan kerajaan Banten dan Cirebon. Arti penting yang terkandung dalam peristiwa itu ialah pernyataan bahwa Sumedang menjadi ahli waris serta penerus yang sah dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran di Bumi Parahiyangan. Pusaka Pajajaran dan beberapa atribut kerajaan yang dibawa oleh Senapati Jaya Perkosa dari Pakuan dengan sendirinya dijadikan bukti dan alat legalisasi keberadaan Sumedang, sama halnya dengan pusaka Majapahit menjadi ciri keabsahan Demak dan Mataram.<br />
<br />
<br />
II. MASA KEBUPATIAN.<br />
<strong>1. RANGGA GEMPOL / PANGERAN SURIADIWANGSA</strong><br />
<br />
Pada tahun 1610 Prabu Geusan Ulun wafat dan digantikan oleh putranya Pangeran Aria Soeriadiwangsa I dari Ratu Harisbaya istri kedua Geusan Ulun. Setelah wafatnya Geusan Ulun negeri-negeri bawahan Sumedang Larang dahulu, seperti Karawang, Ciasem, Pamanukan dan Indramayu dan lain-lain melepaskan diri dari Sumedang Larang sehingga wilayah kekuasaan Pangeran Aria Soeriadiwangsa I menjadi lebih kecil meliputi Parakanmuncang, Bandung dan Sukapura (Tasikmalaya). Setelah menjadi Bupati Pangeran Aria Suriadiwangsa memakai gelar Dipati Kusumadinata III dengan Ibukota pemerintahan dipindahkan dari Dayeuh Luhur ke Tegal Kalong, sedangkan putra Geusan Ulun dari Nyai Mas Gedeng Waru, Pangeran Rangga Gede diangkat menjadi bupati Sumedang dan berkedudukan di Canukur, pada masa itu Sumedang di bagi menjadi dua pemerintahan, setelah wafatnya Pangeran Aria Soeriadiwangsa di Mataram, Sumedang disatukan kembali oleh Rangga Gede dengan Ibukota di Parumasan Kecamatan Conggeang Sumedang. <br />
<br />
Pada masa Pangeran Aria Soeriadiwangsa, Mataram melakukan perluasan wilayah ke segala penjuru tanah air termasuk ke Sumedang. Pada waktu itu Sumedang Larang sudah tidak mempunyai kekuatan untuk melawan yang akhirnya Pangeran Aria Soeriadiwangsa I pergi ke Mataram untuk menyatakan penyerahan Sumedang Larang menjadi bagian wilayah Mataram pada tahun 1620. Wilayah bekas Sumedang Larang diganti nama menjadi Priangan yang berasal dari kata “Prayangan” yang berarti daerah yang berasal dari pemberian dan tugas yang timbul dari hati yang ikhlas dan Pangeran Aria Soeriadiwangsa I diangkat menjadi Bupati Wadana dan diberi gelar Rangga Gempol atau Pangeran Dipati Rangga Gempol Kusumadinata. Penyerahan Sumedang ke Mataram karena Pangeran Aria Soeriadiwangsa I mengganggap Sumedang sudah lemah dari segi kemiliteran, menghindari serangan dari Mataram karena waktu itu Mataram memperluas wilayah kekuasaannya dari segi kekuatan Mataram lebih kuat daripada Sumedang dan menghindari pula serangan dari Cirebon. Sultan Agung kemudian membagi-bagi wilayah Priangan menjadi beberapa Kabupaten yang masing-masing dikepalai seorang Bupati, untuk koordinasikan para bupati diangkat seorang Bupati Wadana. Pangeran Rangga Gempol adalah Bupati Sumedang yang pertama merangkap Bupati Wadana Prayangan (1620 – 1625). Pada tahun 1614 Sultan Agung mengemukakan pengakuan atas seluruh wilayah Jawa Barat kecuali Banten dan Cirebon kepada VOC . Pada tahun 1624 Rangga Gempol diminta Sultan Agung untuk membantu menaklukan Sampang Madura. Jabatan Bupati di Sumedang sementara dipegang oleh Rangga Gede . Penaklukan Sampang oleh Rangga Gempol tidak melalui peperangan tetapi melalui jalan kekeluargaan karena Bupati Sampang masih berkerabat dengan Rangga Gempol dari garis keturunan ibunya Harisbaya, sehingga Bupati Madura menyatakan taat kepada Pangeran Rangga Gempol. Atas keberhasilnya Rangga Gempol tidak diperkenankan kembali ke Sumedang oleh Sultan Agung, sampai sekarang ada kampung bernama Kasumedangan yang dahulunya merupakan tempat menetap para bekas prajurit Rangga Gempol dari Sumedang. Sejak Rangga Gempol menetap di Mataram, pemerintahan di Sumedang dipegang oleh Pangeran Rangga Gede (1625 – 1633). Pangeran Rangga Gempol wafat di Mataram dimakamkan di Lempuyanganwangi. Pangeran Dipati Rangga Gempol Kusumadinata meninggalkan 5 putera – putri, salah satunya anak pertama Raden Kartajiwa / Raden Soeriadiwangsa II menuntut haknya sebagai putra mahkota akan tetapi Rangga Gede menolaknya sehingga Raden Soeriadiwangsa II meminta bantuan kepada Sultan Banten untuk merebut kabupatian Sumedang dari Pangeran Rangga Gede, meskipun Banten memenuhi permintaan Raden Suriadiwangsa tetapi serangan langsung tentara Banten ke Sumedang pada masa Pangeran Panembahan (1656 – 1706). Pada tahun 1641 wilayah Sumedang Larang meliputi Pamanukan, Ciasem, Karawang, Sukapura, Limbangan, Bandung dan Cianjur dibagi menjadi empat Kabupaten yaitu Sumedang, Sukapura, Parakanmuncang dan Bandung dan pada tahun 1645 dibagi lagi menjadi 12 ajeg (setaraf Kabupaten) yaitu Sumedang, Parakanmuncang, Bandung, Sukapura, Karawang, Imbanagara, Wirabaya, Kawasen, Sekace, Banyumas, Ayah dan Banjar. Pada tahun 1656 jabatan Bupati Wadana dihapuskan dan setiap bupati langsung dibawah Mataram. Sejak wafatnya Rangga Gede digantikan oleh puteranya Raden Bagus Weruh /Rangga Gempol II (1633 – 1656) menjadi Bupati Sumedang sedangkan jabatan Bupati Wadana dipegang oleh Dipati Ukur / Raden Wangsanata Bupati Purbalingga dengan tempat pemerintahan di Bandung. Jabatan Bupati Wadana diberikan ke Dipati Ukur dari Rangga Gede karena Rangga Gede dianggap tidak mampu menjaga wilayah Mataram dari tentara Banten memasuki daerah yang dikuasai Mataram yaitu Pamanukan dan Ciasem (peristiwa Raden Suriadiwangsa II).<br />
<strong>2. PANGERAN RANGGA GEDE.</strong><br />
Seperti di cerita diatas, sejak Pangeran Rangga Gempol III pergi ke Mataram, pemerintahan di Sumedang dipegang oleh saudaranya Pangeran Rangga Gede / Kusumahdinata IV (1625 – 1633).<br />
<br />
<strong>3. PANGERAN RANGGA GEMPOL II</strong><br />
Setelah wafatnya Rangga Gede digantikan oleh putranya Raden Bagus Weruh setelah menjadi bupati memakai nama Pangeran Rangga Gempol II / Kusumahdinata V (1633 – 1656), Pangeran Rangga Gempol II tidak diangkat menjadi Bupati Wadana tetapi hanya Dipati Sumedang saja.<br />
Bupati Wadana, sejak Amangkurat I menjadi Sultan Mataram tidak ada lagi, dengan demikian Rangga Gempol II hanya menjadi Bupati Sumedang. Pada tahun 1655 pembagian kabupatian – kabupatian bukanlah pada wilayah kabupatian tetapi cacahnya. Demikian pula batas kekuasaan bukan batas teritorial tetapi batas sosial, tiap kabupaten mendapat + 300 umpi. Sumedang dengan cacah satu perempat dari cacah Sumedang pada masa Rangga Gede. Setelah Rangga Gempol II wafat digantikan oleh putra Pangeran Panembahan.<br />
<br />
<strong>4. PANGERAN PANEMBAHAN / RANGGA GEMPOL III</strong><br />
Pangeran Rangga Gempol III (1656 – 1706) adalah bupati yang cerdas, lincah, loyal, berani dan perkasa. Pada masa pemerintahannya penuh dengan perjuangan dan patriotisme beringinan mengembalikan kejayaan masa Sumedang Larang. Pangeran Rangga Gempol III / Kusumahdinata VI dikenal juga sebagai Pangeran Panembahan, gelar Panembahan diberikan oleh Susuhunan Amangkurat I Mataram karena atas bakti dan kesetiaannya kepada Mataram. Kekuatan dan kekuasaan Pangeran Panembahan adalah paling besar di seluruh daerah yang dikuasai oleh Mataram di Jawa Barat berdasarkan pretensi Mataram tahun 1614. Pada masa Pangeran Panembahan pula di Sumedang dibuka areal persawahan sehingga waktu itu kebutuhan pangan rakyat tercukupi . <br />
<br />
Pada tahun 1614 Mataram mengemukakan pretensi (pengakuan) bawah seluruh Jawa Barat kecuali Banten dan Cirebon dibawah kekuasaan Sultan Agung. Berdasarkan pretensi inilah Mataram menganggap Batavia sebagai perebutan wilayah Mataram. Pangeran Panembahan adalah bupati pertama yang berani menentang dan mampu memperalat kompeni VOC. Pangeran Panembahan berani menentang dan melepaskan diri dari Mataram dan berani dan mampu menghadapi Banten. <br />
<br />
Setelah wafatnya Sultan Agung Mataram (1645) digantikan oleh puteranya Susuhunan Amangkurat I (1645 – 1677). Pada tahun 1652 Mataram mengadakan kontrak dengan VOC secara lisan, VOC diberi hak pakai secara penuh oleh Mataram atas daerah sebelah barat Sungai Citarum dengan demikian Sumedang tidak termasuk daerah yang diserahkan kepada kompeni oleh Mataram yang waktu itu Sumedang dibawah pemerintahan Raden Bagus Weruh / Rangga Gempol II, atas perjanjian tersebut VOC tidak puas maka pada tahun 1677 VOC kembali mengadakan perjanjian secara tertulis, perjanjian tersebut disaksikan oleh Pangeran Panembahan. Salah satu butir dalam perjanjian tersebut bahwa batas sebelah barat antara Cisadane dan Cipunagara harus diserahkan mutlak oleh Mataram kepada VOC dan menjadi milik penuh VOC, kemudian dari hulu Cipunagara ditarik garis tegak lurus sampai pantai selatan dan laut Hindia. Permintaan VOC tersebut oleh Susuhunan Amangkurat I ditolak dan Susuhunan Amangkurat I mengatakan bahwa daerah antara Citarum dan Cipunagara bahwa daerah tersebut merupakan kekuasaan kebupatian Sumedang yang dipimpin oleh Pangeran Panembahan bukan daerah kekuasaan Mataram. Daerah antara Citarum dan Cipunagara merupakan bekas daerah kekuasaan Sumedang Larang ketika dipimpin oleh Prabu Geusan Ulun. Penolakan tersebut diterima dengan baik oleh VOC, sedangkan butir perjanjian lain disetujui oleh Mataram. Dengan demikian VOC menyetujui perjanjian tersebut dengan catatan daerah yang diserahkan pada tahun 1652 menjadi milik VOC . <br />
<br />
Cita – cita Pangeran Panembahan untuk menguasai kembali bekas wilayah kerajaan Sumedang Larang bukan perkara yang mudah karena beberapa daerah sudah merupakan wilayah dari Banten, Cirebon, Mataram dan VOC. Sebagai sasaran penaklukan kembali adalah pantai utara Jawa seperti Karawang, Ciasem, Pamanukan dan Indramayu yang merupakan kekuasaan dari Mataram. Pangeran Panembahan meminta bantuan kepada Banten karena waktu itu Banten sedang konflik dengan Mataram tetapi setelah dipertimbangkan langkah tersebut kurang bijaksana karena masalah Raden Suriadiwangsa II, sedangkan permohonan bantuan Pangeran Panembahan tersebut diterima dengan baik oleh Banten dan mengajak Sumedang untuk berpihak kepada Banten dalam menghadapi VOC dan Mataram. Ajakan dari Banten tersebut ditolak oleh Pangeran Panembahan dan menyadari sepenuhnya Sultan Agung akan menyerang Sumedang, yang akhirnya Banten menyerang Sumedang. Oleh karena itu Pangeran Panembahan mengirim surat kepada VOC pada tanggal 25 Oktober 1677 yang isinya memohon kepada VOC menutup muara sungai Cipamanukan dan pantai utara untuk mencegat pasukan Banten sedangkan penjagaan di darat ditangani oleh Sumedang. Sebagai imbalan VOC diberi daerah antara Batavia dan Indramayu, sebenarnya daerah tersebut sudah diberikan oleh Mataram kepada VOC berdasarkan kontrak tahun 1677 kenyataannya Sumedang tidak memberikan apa-apa kepada VOC . Sebenarnya dalam perjanjian kontrak antara Mataram dengan VOC pada 25 Februari 1677 dan 20 Oktober 1677 yang diuntungkan adalah Sumedang karena secara tidak langsung VOC akan menempatkan pasukan untuk menjaga wilayahnya dan akan menghambat pasukan Banten untuk menyerang Sumedang sehingga Pangeran Panembahan dapat memperkuat kedudukan dan pertahanannya di Sumedang. Meskipun demikian VOC bersedia membantu Sumedang dan Kecerdikan Pangeran Panembahan tidak disadari oleh VOC dan VOC menganggap Sumedang sebagai kerajaan yang berdaulat dan merdeka. Pangeran Panembahan juga mengadakan hubungan dengan Kepala Batulajang (sebelah selatan Cianjur) Rangga Gajah Palembang merupakan cucu Dipati Ukur. <br />
<br />
Serangan pertama Sumedang di pantai utara adalah daerah Ciasem, Pamanukan dan Ciparagi dengan mudah dikuasai oleh Pangeran Panembahan. Di Ciparigi Sumedang menempatkan pasukannya sebagai persiapan menyerang Karawang. Setelah daerah-daerah tersebut dikuasai oleh Pangeran Panembahan, pasukan Sumedang bersiap untuk menaklukan Indramayu tetapi Indramayu tidak diserang karena keburu mengakui Pangeran Panembahan sebagai pimpinannya. Dengan demikian daerah pantai utara Jawa antara Batavia dan Indramayu merupakan kekuasaan mutlak Sumedang. Ketika Pangeran Panembahan sibuk menaklukan pantai utara, Sultan Banten bersiap untuk menyerang Sumedang .<br />
<br />
Pada tahun 10 Maret 1678 pasukan Banten bergerak untuk menyerang Sumedang melalui Muaraberes /Bogor, Tangerang ke Patimun Tanjungpura dan berhasil melalui penjagaan VOC, awal Oktober pasukan Banten telah datang di Sumedang tetapi pasukan Banten tidak bisa masuk ke Ibukota karena Pangeran Panembahan bertahan dengan gigih. Pada serangan pertama ini Banten mengalami kegagalan karena tepat waktu Ibukota Sumedang diserang, di Banten terjadi perselisihan antara Sultan Agung Tirtayasa dan Sultan Haji Surasowan,. Selama sebulan lamanya tentara Banten yang dipimpin oleh Raden Senapati bertempur dan Raden Senapati tewas dalam pertempuran tersebut sehingga pasukan Banten ditarik mundur karena Sultan Agung memerlukan pasukan untuk menghadapi puteranya Sultan Haji. Pangeran Panembahan akhirnya menguasai seluruh daerah pantai utara dan Pangeran Panembahan berkata kepada VOC akan taat dan patuh asalkan terus membantunya terutama pengiriman senjata dan mesiu tetapi Pangeran Panembahan tidak taat bahkan menentang kompeni VOC dan tidak pernah datang ke Batavia dan tidak pernah pula memberi penghormatan atau upeti kepada VOC, yang akhirnya VOC menarik pasukannya dari pantai utara.. Setelah menguasai pantai utara Pangeran Panembahan menguasai daerah kebupatian yang dibentuk oleh Mataram pada tahun 1641 seperti Bandung, Parakan muncang, dan Sukapura . Dengan demikian Pangeran Panembahan menguasai kembali seluruh daerah bekas Sumedang Larang kecuali antara Cisadane dan Cipunagara yang telah diserahkan oleh Mataram kepada VOC tahun 1677. Sehingga Sumedang mencapai puncak kejayaannya kembali setelah pada masa Prabu Geusan Ulun. Penarikan pasukan VOC dari pantai utara membuka peluang bagi Banten dengan mudah untuk masuk wilayah Sumedang. Dalam melakukan penaklukan daerah-daerah di pantai utara dan menghadapi Banten, Pangeran Panembahan dilakukan sendiri berserta pasukan Sumedang tanpa ada bantuan dari VOC sama sekali, bantuan VOC hanya menjaga batas luar wilayah Sumedang dan selama menjaga VOC tidak pernah terlibat perang secara langsung di wilayah kekuasaan Pangeran Panembahan, bantuan lain dari VOC berupa pengiriman beberapa pucuk senjata dan meriam setelah Sumedang pertama kalinya diserang oleh Banten. <br />
<br />
Pada awal oktober 1678 pasukan Banten kedua kalinya kembali menyerang Sumedang, serangan pertama pasukan Banten merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai oleh Sumedang di pantai utara, Ciparigi, Ciasem dan Pamanukan akhirnya jatuh ke tangan pasukan Banten sedangkan pasukan kompeni yang dahulu menjaga daerah tersebut telah ditarik . Akhirnya pasukan Bali dan Bugis bergabung dengan pasukan Banten bersiap untuk menyerang Sumedang. Pada awal bulan puasa pasukan gabungan tersebut telah mengepung Sumedang, pada tanggal 18 Oktober 1678 hari Jumat pasukan Banten di bawah pimpinan Cilikwidara dan Cakrayuda menyerang Sumedang tepat Hari Raya Idul Fitri dimana ketika Pangeran Panembahan beserta rakyat Sumedang sedang melakukan Sholat Ied di Mesjid Tegalkalong, serangan pasukan Banten ini tidak diduga oleh Pangeran Panembahan karena bertepatan dengan Hari Raya dimana ketika Pangeran Panembahan dan rakyat Sumedang sedang beribadah kepada Allah. Akibat serangan ini banyak anggota kerabat Pangeran Panembahan yang tewas termasuk juga rakyat Sumedang. Pangeran Panembahan sendiri berhasil meloloskan diri ke Indramayu dan tiba pada bulan Oktober 1678. Serangan pasukan Banten ini dianggap pengecut oleh rakyat Sumedang karena pada serangan pertama Banten, Sumedang sanggup memukul mundur dan mengalahkan Banten. Oleh Sultan Banten, Cilikwidara diangkat menjadi wali pemerintahan dengan gelar Sacadiparana sedangkan yang menjadi patihnya adalah Tumenggung Wiraangun-angun dengan gelar Aria Sacadiraja. Selama di Indramayu Pangeran Panembahan menggalang kekuatan kembali dengan bantuan dari Galunggung, pasukan Pangeran Panembahan dapat merebut kembali Sumedang setelah enam bulan berada di Sumedang, pada bulan Mei 1679 Cilikwidara menyerang kembali dengan pasukan lebih besar, yang akhirnya Sumedang jatuh kembali ke tangan Cilikwidara, Pangeran Panembahan terpaksa mundur kembali ke Indramayu. Pendudukan Sumedang oleh Cilikwidara tak berlangsung lama pada bulan Agustus 1680 pasukan Cilikwidara ditarik kembali ke Banten karena terjadi konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji yang didukung oleh VOC, dalam konflik tersebut dimenangkan Sultan Haji. Sejak itu kejayaan Sultan Banten berakhir. Sultan Haji berkata kepada VOC bahwa Banten tidak akan mengganggu lagi Cirebon dan Sumedang, yang pada akhirnya berakhirlah kekuasaan Banten di Sumedang. Pada tanggal 27 Januari 1681 Pangeran Panembahan kembali ke Sumedang dan bulan Mei 1681 memindahkan pemerintahan dari Tegalkalong ke Regolwetan (Sumedang sekarang) dan membangun gedung kebupatian yang baru Srimanganti sekarang dipakai sebagai Museum Prabu Geusan Ulun Yayasan Pangeran Sumedang, pembangunan Ibukota Sumedang yang baru tidak dapat disaksikan oleh Pangeran Panembahan, pada tahun 1706 Pangeran Panembahan wafat dan dimakamkan di Gunung Puyuh di samping makam ayahnya Pangeran Rangga Gempol II. Pada tahun 1705 seluruh wilayah Jawa Barat dibawah kekuasaan kompeni VOC Setelah wafatnya Pangeran Panembahan digantikan oleh putranya Raden Tanumaja dengan gelar Adipati, bupati pertama kali yang diangkat oleh VOC. Pangeran Rangga Gempol III Panembahan merupakan bupati paling lama masa pemerintahannya hampir 50 tahun dari tahun 1656 sampai tahun 1705 dibandingkan dengan bupati – bupati Sumedang lainnya. <br />
<br />
Setelah peristiwa penyerbuan pasukan Banten ke Sumedang, Pangeran Panembahan membentuk sistem keamanan lingkungan yang disebut Pamuk terdiri dari 40 orang pilihan, setiap pamuk mendapatkan sawah dari Pangeran Panembahan, sawah tersebut boleh digarap dan diterima hasilnya oleh pamuk yang bersangkutan selama ia masih bekerja sebagai pamuk. Sawah tersebut dinamakan Carik, suatu sistem gaji yang bekerja untuk kebupatian. Carik disebut juga Bengkok di daerah lain yang akhirnya sistem pemberian gaji ini untuk Pamong Desa. <br />
<br />
Pangeran Rangga Gempol III Panembahan menyisihkan sebagaian tanahnya miliknya sebagai sumber penghasilan bupati, agar penghasilan bupati tidak lagi menjadi beban rakyat. Tanah tersebut tidak boleh dibagi waris jika Pangeran Panembahan wafat tetapi diturunkan lagi kepada bupati berikutnya secara utuh dan lengkap.<br />
<br />
<strong>5. TUMENGGUNG TANUMADJA.</strong><br />
Pengganti Pangeran Panembahan adalah putranya Raden Tanumadja (1706 – 1709), Raden Tanumadja adalah bupati pertama yang diangkat oleh kompeni. Pengangkatannya pun disertai syarat, yaitu harus menempuh masa percobaan, kesetiaan dan ketaatan Raden Tanumadja terhadap pemerintah kompeni dan Raden Tanumadja dibawah Pangeran Aria Cirebon sebagai atasannya karena Pangeran Aria Cirebon diangkat menjadi Gubernur di Priangan.<br />
Seperti di ceritakan di atas pada tahun 1681 Ibukota Sumedang dipindahkan dari Tegal Kalong ke Regolwetan oleh Pangeran Panembahan. Dalam membangun Ibukota sumedang yang baru Pangeran Panembahan tidak sempat menyaksikan karena keburu wafat maka pembangunan dilanjutkan oleh Putranya Raden Tanumadja, pada masa Pangeran Panembahan membangun gedung kabupatian baru bernama Srimanganti yang selanjutnya pembangunan gedung Srimanganti diselesaikan oleh Raden Tanumadja.<br />
<br />
<strong>6. PANGERAN KARUHUN.</strong><br />
Setelah Tumenggung Tanumadja wafat, putranya menggantikannya Raden Kusumahdinata VII (1709 – 1744) diangkat menjadi bupati. Raden Kusumadinata memohon memakai gelar Rangga Gempol IV seperti kakeknya. Pangeran Kusumadinata VII juga memusuhi Pangeran Aria Cirebon karena Kusumadinata tidak ingin dibawah perintahnya. Sebelum wafat Pangeran Kusumadinata menginginkan kabupatian-kabupatian di laut Jawa dan Hindia di bawah kekuasaannya tetapi sebelum keinginannya tercapai keburu wafat, setelah wafat dikenal sebagai Pangeran Karuhun. Pangeran Kusumadinata terkenal sebagai bupati yang memajukan persawahan.<br />
<br />
<strong>7. DALEM ISTRI RADJANINGRAT.</strong><br />
Menggantikan Pangeran Karuhun adalah puteri sulungnya Dalem Istri Radjaningrat (1744 – 1759) karena para putera Pangeran Karuhun belum ada yang dewasa. Dalem Istri Radjaningrat menikah dengan Dalem Soerianegara putera Bupati Limbangan. Dalem Istri Radjaningrat mempunyai putera sulung Raden Kusumadinata yang biasa disebut Dalem Anom yang kelak menjadi bupati menggantikan kakeknya . Para putera Pangeran Karuhun oleh kompeni dipandang tidak cukup cakap untuk menjadi bupati.<br />
<br />
<strong>8. ADIPATI KUSUMADINATA / DALEM ANOM</strong> Raden Kusumadinata VIII (1759 – 1761) diangkat menjadi bupati tetapi tidak lama hanya dua tahun karena keburu wafat.<br />
<br />
<strong>9. ADIPATI SURIANAGARA.</strong> Adipati Kusumadinata wafat maka digantikan oleh saudaranya Raden Surianagara setelah menjadi bupati bergelar Adipati Surianagara (1761 – 1765). Adipati Surianagara mempunyai seorang putra bernama Raden Kusumadinata / Djamu setelah menjadi bupati dikenal sebagai Pangeran Kornel.<br />
<br />
<strong>10. ADIPATI SURIALAGA</strong><br />
Setelah Adipati Surianagara wafat tidak digantikan oleh puteranya Raden Djamu karena masih anak-anak maka digantikan oleh saudaranya Raden Surialaga (1765 – 1773) yang bergelar Adipati Kusumadinata. Wafatnya Raden Surialaga meninggalkan 6 orang putera dan puteri,putra sulungnya Raden Ema ketika itu masih berusia 9 tahun. Maka timbullah masalah mengenai penggantian bupati, putera Raden Surianagara yaitu Raden Djamu ketika itu belum dewasa baru berusia 11 tahun. Oleh karena itu kompeni mengangkat Raden Adipati Tanubaya Bupati Parakanmuncang menjadi bupati Sumedang.<br />
Sejak itu Sumedang memasuki masa bupati penyelang selama tiga periode, sampai akhirnya kelak Raden Djamu menjadi bupati. <br />
<br />
<strong>12. ADIPATI TANUBAYA (Bupati Penyelang</strong><br />
Pengangkatan Adipati Tanubaya (1773 – 1775) dari Parakanmuncang menjadi bupati Sumedang karena memungkinkan, memang keadaan tidak mungkin mengangkat bupati dari keturunan Sumedang dikarenakan pengganti dari Sumedang belum menginjak dewasa. <br />
<br />
<br />
<strong>13. TUMENGGUNG PATRAKUSUMA (Bupati Penyelang)</strong><br />
Pengganti Adipati Tanubaya adalah menantunya Tumenggung Patrakusuma (1775 – 1789) yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Parakanmuncang, pengangkatan Tumenggung mendapat dukungan dari 4 umbul terutama di Sumedang dan setelah mendapat dukungan Patrakusuma berhenti menjadi Bupati Parakanmuncang. Mengenai cerita Raden Djamu menikah dengan putri Tumenggung Patrakusuma di cerita di bab Pangeran Kornel selanjutnya. <br />
<br />
Pada masa pemerintahannya Tumenggung Patrakusuma melakukan pelanggaran maka ia diberhentikan oleh kompeni dari kedudukan Bupati Sumedang kemudian diasingkan ke Batavia.<br />
<br />
<strong>14. ARIA SATJAPATI</strong> Sebagai pengganti Patrakusuma maka diangkat Raden Satjapati (1789 – 1791) yang waktu itu menjabat sebagai patih Sumedang, setelah diangkat menjadi bupati memakai gelar Adipati. Posisi Satjapati menjadi bupati tidak berlangsung lama karena oleh kompeni dianggap kurang cakap maka diturunkan pangkatnya menjadi patih kembali. <br />
<br />
Untuk mengisi kekosongan bupati, Satjapati mengirim surat ke Bupati Cianjur Wiratanudatar IV memohon agar Raden Surianagara / Djamu waktu itu menjabat sebagai Wadana Cikalong diusulkan untuk menjadi Bupati Sumedang, yang akhirnya usul tersebut di terima oleh kompeni dan Raden Surianagara / Raden Djamu diangkat menjadi Bupati Sumedang,,<br />
<br />
<strong>15. PANGERAN KORNEL /ADIPATI SURIANAGARA III</strong><br />
<br />
Setelah wafatnya Bupati Sumedang Adipati Surianagara II (1765 – 1773), posisi bupati Sumedang diisi oleh bupati penyelang dari Parakanmuncang Adipati Tanubaya (1773 – 1775) yang diangkat oleh kompeni karena putra Adipati Surianagara II, Raden Jamu masih kecil. Setelah wafatnya Adipati Tanubaya digantikan oleh Tumenggung Patrakusuma putranya Setelah menjadi bupati Tumenggung Patrakusuma (1775 – 1789) memakai gelar Adipati Tanubaya II. Setelah menginjak dewasa Raden Djamu dinikahkan dengan putri Adipati Tanubaya II Nyi Raden Radja Mira mempunyai seorang puteri bernama Nyi Raden Kasomi. Adipati Tanubaya II mendapat hasutan dari Demang Dongkol yang berambisi untuk mempunyai anak atau cucu menjadi bupati. Akhirnya Raden Djamu mengetahui niat buruk mertuanya ingin membunuhnya, segera Raden Djamu meloloskan diri ke Limbangan karena bupati Limbangan merupakan saudaranya, di limbangan posisi Raden Djamu tidak aman terus melanjutkan perjalanan ke Cianjur untuk bertemu dengan kerabat ayahnya Bupati Cianjur Adipati Aria Wiratanudatar IV dan Raden Djamu diangkat sebagai Kepala Cutak (Wedana) Cikalong dengan nama Raden Surianagara III. Setelah Adipati Tanubaya II diasingkan ke Batavia oleh kompeni ditunjuk sebagai pengganti sementara kepala pemerintahan Sumedang dipegang oleh Patih Sumedang Aria Satjapati (1789 – 1791). Aria Satjapati mengirim surat kepada Adipati Aria Wiratanudatar IV memohon agar mengusulkan Raden Djamu atau Surianagara III diangkat menjadi bupati Sumedang kepada kompeni. Usul dari Wiratanudatar IV diterima oleh kompeni dan diangkatlah Raden Djamu / Surianagara III menjadi bupati Sumedang dengan gelar Pangeran Kusumadinata IX (1791 – 1828). <br />
<br />
Pada tahun 1811 masa pemerintahan Gubernur Jenderal William Daendels, merintahkan semua bupati di tanah Jawa untuk membantu pembangunan jalan pos antara Anyer dan Banyuwangi. Di Sumedang jalan pos tersebut harus melalui gunung cadas yang keras. Pangeran Kusumadinata menghadapi pekerjaan yang berat mau tidak mau harus dilaksanakan oleh rakyatnya dan tanggung jawabnya sebagai bupati, setelah mengumpulkan rakyatnya Pangeran Kusumadinata menganjurkan dan mengajak rakyatnya untuk membantu pelaksanaan pembuatan jalan pos tersebut, rakyat Sumedang menyatakan kesanggupannya melaksanakan tugas itu.. Pada tanggal 26 November 1811 mulailah pembobokan gunung cadas, rakyat Sumedang pun menjadi korban “kerja paksa” Belanda, banyak rakyat menjadi korban akibat sulitnya medan jalan yang dibuat, rakyat dipaksa untuk menembus bukit cadas dengan peralatan seadanya. Pembangunan jalan pun tidak selesai pada waktunya. Daendels meminta bupati agar rakyat dikerahkan habis-habisan untuk menyelesaikan, Pangeran Kusumadinata menolak karena tidak tega melihat rakyatnya menderita. <br />
<br />
Ketika Daendels memeriksa pembuatan jalan tersebut, Pangeran Kusumadinata menunggunya. Sewaktu Daendels menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak bersalam, Pangeran Kusumadinta menyambutnya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memegang keris Nagasastra siap menghadapi segala kemungkinan, semula Daendels marah karena sikap bupati dianggap kurang ajar. Akan tetapi setelah mendengar penjelasan dari Pangeran Kusumadinata bahwa ia berani membantah perintahnya (simbolis ditunjukan dengan menyalami memakai tangan kiri) demi membela rakyatnya yang menjadi korban kerja paksa Daendels dan Daendels pun salut atas keberanian Pangeran Kusumadinata. Akhirnya Daendels merintahkan pasukan zeni Belanda untuk membantu menyelesaikan pembuatan jalan dengan mengunakan dinamit membobok gunung cadas, akhirnya 12 Maret 1812 pembangunan jalan pos di Sumedang selesai, sehingga daerah itu disebut <strong>“Cadas Pangeran”</strong>. <br />
<br />
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal G.A. Baron Van Der Capllen (1826 – 1830) Pangeran Kusumadinata mendapat pangkat militer sebagai Kolonel dari pemerintah Belanda atas jasanya mengamankan daerah perbatasan dengan Cirebon dan menumpas para perampok dan pemberontak terutama yang mencoba masuk ke Sumedang dari Cirebon., sebutan kolonel dalam lidah rakyat berubah menjadi “Kornel” sehingga terkenal sebagai Pangeran Kornel . <br />
<br />
Wilayah Sumedang waktu itu hampir sama dengan wilayah pada masa Rangga Gempol III, wilayah Sumedang berbatasan dengan Parakanmuncang, Limbangan, Sukapura, Talaga dan kabupatian – kabupatian Cirebon, kemudian menyusuri kali Cipunagara sampai laut Jawa sepanjang pantai utara sampai Pamanukan. <br />
<br />
Selain keberaniannya menentang perintah Daendels dan pemerintah Kerajaan Belanda / Inggris, Pangeran Kusumadinata adalah bupati yang jujur, berani, cerdas, paling pandai dan paling aktif dari semua para bupati di Priangan. Keadilan, kejujuran, kecerdasan, keberanian, kebijaksanaan dan kegagahan Pangeran Kornel dalam melaksanakan kewajibannya penuh rasa tanggung jawab dan mengabdi kepada rakyat sepenuh jiwa raganya. Ia pun tempat meminta nasehat bupati lainnya. Pangeran Kusumadinata sewaktu mulai menjabat bupati membuka lahan hutan menjadi areal perkebunan kopi yang subur dan berhasil, sehingga keadaan Sumedang lebih baik dibandingkan masa bupati-bupati sebelumnya (penyelang). Residen Priangan Van Motman menyatakan Pangeran Kusumadinata adalah bupati pangkatnya paling tinggi antara para bupati di Priangan. Atas jasa dan kesetiaannya pemerintahan Belanda memberi bintang jasa dari mas.<br />
<br />
<strong>16. ADIPATI KUSUMAYUDA</strong> Pangeran Kornel digantikan oleh puteranya Adipati Kusumayuda (1828 – 1833). Adipati Kusumayuda menuruni watak ayahnya Pangeran Kornel, bupati sering turut bertempur berserta saudaranya Adipati Adiwijaya melawan para pengacau atau perampok di Sumedang . Perawakan Adipati Kusumayuda yang tinggi besar oleh karena itu disebut pula sebagai Dalem Ageung.<br />
<br />
<br />
<strong>17. ADIPATI KUSUMADINATA / DALEM ALIT</strong> Wafatnya Adipati Kusumayuda tidak digantikan oleh puteranya Raden Somanagara karena menunggu dewasa. Maka putera Adipati Adiwijaya, Adipati Kusumadinata X (1833 - 1834) menggantikannya tetapi tidak berlangsung lama karena keburu wafat.<br />
<br />
<strong>18. TUMENGGUNG SURIALAGA.</strong> Sebagai penggantinya sementara diangkat Tumenggung Surialaga (1834 – 1836) ketika itu menjadi Patih Polisi tetapi tidak berlangsung lama juga baru satu tahun menjabat bupati meminta pensiun.<br />
<br />
<strong>19. PANGERAN ARIA SURIA KUSUMAH ADINATA</strong><br />
Pada tangggaraal 20 Januari 1836 Raden Somanagara dilantik menjadi Bupati Sumedang dengan gelar Tumenggung Suria Kusumah Adinata (1836 – 1882).<br />
Kecerdasan, kepemimpinan dan kesetiaannya pengabdian kepada rakyat terlihat dengan jelas. Kebutuhan masyarakat diutamakan seperti pembuat jalan, pengairan, pertanian dan sebagainya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Segala bentuk kewajiban rakyat yang memberatkan di bidang pertanian dihapuskan pada 1885 oleh pemerintah seperti peraturan penanaman nila. <br />
<br />
Pada tanggal 14 Agustus 1841 Surat Keputusan pemerintah Kerajaan Belanda no. 24 Tumenggung Suria Kusumah Adinata mendapat gelar Adipati dan berdasarkan Surat Keputusan tanggal 31 Oktober 1850 mendapat gelar Pangeran. <br />
<br />
Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata wafat pada tanggal 22 September 1882 dimakamkan di Gunung Puyuh, Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata dikenal juga sebagai Pangeran Sugih karena sugih harta, kekayaan dan putera.<br />
<br />
<strong>20. PANGERAN ARIA SURIA ATMADJA</strong><br />
Setelah Pangeran Suria Kusumah Adinata wafat digantikan oleh putranya Raden Sadeli dilahirkan di Sumedang tanggal 11 Januari 1851 . Sebelum menjadi bupati Sumedang Raden Sadeli menjadi Patih Afdeling Sukapura – kolot di Mangunreja. Pada tanggal 31 Januari 1883 diangkat menjadi bupati memakai gelar Pangeran Aria Suria Atmadja (1883 – 1919). Pangeran Aria Suria Atmadja merupakan pemimpin yang adil, bijaksana, saleh dan taqwa kepada Allah. Raut mukanya tenang dan agung, memiliki displin pribadi yang tinggi dan ketat.<br />
Wibawa Pangeran Aria Suria Atmadja sangat besar yang memancar dari 4 macam sumber :<br />
a. Kedudukannya sebagai bupati.<br />
b. Patuh dan taqwa dalam agama.<br />
c. Kepemimpinannya yang tinggi.<br />
d. Displin yang tinggi. <br />
<br />
Pangeran Aria Suria Atmadja memiliki jasa dalam pembangunan Sumedang di beberapa bidang, antara lain : <br />
<br />
<strong>1. BIDANG PERTANIAN</strong><br />
Membangun aliran irigasi di sawah-sawah, penanaman sayuran, melakukan penghijauan di tanah gundul dan membangun lumbung desa. Pangeran Aria Suria Atmadja memberi ide bagaimana meningkatkan daya guna dan hasil guna pengolahan tanah, pembuatan sistem tangga (Terasering) pada bukit-bukit. <br />
<br />
<strong>2. BIDANG PERTERNAKAN</strong><br />
Untuk meningkatkan hasil ternak yang baik di Sumedang, di datangkan sapi dari Madura dan Benggala dan kuda dari Sumba atau Sumbawa untuk memperoleh bibit unggul. <br />
<br />
<strong>3. BIDANG PERIKANAN</strong><br />
Pelestarian ikan di sungai diperhatikan dengan khusus, jenis jala ikan ditentukan ukurannya dan waktu penangkapannya agar ikan di sungai selalu ada. Penangkapan ikan dengan racun atau peledak di larang. <br />
<br />
<strong>4. BIDANG KEHUTANAN.</strong><br />
Daerah-daerah gunung yang gundul ditanami pohon-pohon agar tidak longsor., selain dibuat hutan larangan / tertutup yaitu hutan yang tidak boleh diganggu oleh masyarakat demi kelestarian tanaman dan binatangnya. Binatang dan pohon langka mendapat pelindungan khusus. <br />
<br />
<strong>5. BIDANG KESEHATAN.</strong><br />
Penjagaan dan pemberantasan penyakit menular mendapat perhatian besar. Bayi dan anak-anak diwajibkan mendapatkan suntikan anti cacar diadakan sampai ke desa-desa. Masyarakat dianjurkan menanam tanaman obat-obatan di perkarangan rumahnya. <br />
<br />
<strong>6. BIDANG PENDIDIKAN</strong><br />
Pada tahun 1914 mendirikan Sekolah Pertanian di Tanjungsari dan wajib belajar diterapkan pertama kalinya di Sumedang. Pada tahun 1915 di Kota Sumedang telah ada Hollandsch Inlandsche School , mendirikan sekolah rakyat di berbagai tempat Sumedang dan membangun kantor telepon. <br />
<br />
<strong>7. BIDANG PEREKONOMIAN</strong><br />
Pada tahun 1901 membangun “Bank Prijaji” dan pada tahun 1910 menjadi “Soemedangsche Afdeeling Bank”. Pada tahun 1915 mendirikan Bank Desa untuk menolong rakyat desa. <br />
<br />
<strong>8. BIDANG POLITIK</strong><br />
Pada tahun 1916 mengusulkan kepada pemerintah kolonial agar rakyat diberi pelajaran bela negara / mempergunakan senjata agar dapat membantu pertahanan nasional. Ide ini dituangkan dalam buku ‘Indie Weerbaar” / Ketahanan Indonesia, tapi usul ini ditolak pemerintah Belanda. Pangeran Aria Suria Atmadja tidak mengurangi cita-citanya, disusunlah sebuah buku yang berjudul ‘ Ditiung Memeh Hujan” dalam buku itu dikemukakan lebih jauh lagi agar Belanda kelak perlu mempertimbangkan dan mengusahakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah kerajaan Belanda memberi reaksi hingga dibuat benteng di kota Sumedang, benteng gunung kunci dan Palasari. <br />
<br />
<strong>9. BIDANG KEAGAMAAN</strong><br />
Bidang keagamaan mendapat perhatian yang besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Mesjid dan pesantren mendapat bantuan penuh, peningkatan pendidikan agama mulai dini <br />
<br />
<strong>10. BIDANG KEBUDAYAAN</strong><br />
Bidang kebudayaan dapat perhatian besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja khususnya Tari Tayub dan Degung. Selain ahli dalam sastra sunda, Pangeran Aria Suria Atmadja pun membuat buku dan menciptakan lagu salah satunya Lagu Sonteng. <br />
<br />
<strong>11. BIDANG LAINNYA</strong><br />
Membangun rumah untuk para kepala Onderdistrik, dibangunnya balai pengobatan gratis, dan menjaga keamanan diadakan siskamling.<br />
<br />
Masih banyak jasa lainnya dan atas segala jasanya dalam membangun Sumedang, baik itu pembangunan sarana fisik tetapi juga pembangunan manusianya. Pangeran Aria Suria Atmadja mendapat berbagai penghargaan atau tanda jasa dari pemerintah kolonial Belanda salah satunya tanda jasa Groot Gouden Ster (1891) dan dianugerahi beberapa bintang jasa tahun 1901, 1903, 1918, Payung Song-song Kuning tahun 1905, Gelar Adipati 1898, Gelar Aria 1906 dan Gelar Pangeran 1910. <br />
<br />
Pada masa pemerintahan Pangeran Aria Suria Atmadja mendapatkan warisan pusaka-pusaka peninggalan leluhur dari ayahnya Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata , Pangeran Aria Suria Atmadja mempunyai maksud untuk mengamankan, melestarikan dan menjaga keutuhan pusaka. Selain itu agar pusaka merupakan alat pengikat kekeluargaan, kesatuan dan persatuan wargi Sumedang, maka diambil langkah sesuai agama Islam Pangeran Aria Suria Atmadja mewakafkan pusaka ia namakan sebagai “barang-barang banda”, “kaoela pitoein”, “poesaka ti sepuh”, dan “asal pusaka ti sepuh-sepuh” kepada Tumenggung Kusumadilaga pada tanggal 22 September 1912, barang yang diwakafkannya itu tidak boleh diwariskan, tidak boleh digugat oleh siapa pun juga, tidak boleh dijual, tidak boleh dirobah-robah, tidak boleh ditukar dan diganti. Dengan demikian keutuhan, kebulatan dan kelengkapan barang pusaka terjamin. Wakaf mulai berlaku jika Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang atau wafat.<br />
Pada tahun 1919 Pangeran Aria Suria Atmadja berhenti sebagai bupati Sumedang dengan mendapat pensiun. Pada tanggal 30 Mei 1919 dilakukan penyerahan barang “Asal pusaka ti sepuh-sepuh” dan “Tina usaha kaula pribadi” kepada Tumenggung Kusumadilaga yang menjadi bupati Sumedang menggantikan Pangeran Aria Suria Atmadja .Tumenggung Kusumadilaga baru menerima barang-barang yang diwakafkan kepadanya dengan ikhlas dan bersedia mengurusnya dengan baik seperti dalam suratnya tertanggal 18 Juni 1919.<br />
Pangeran Aria Suria Atmadja wafat pada tanggal 1 Juni 1921 dimakamkan di Ma’la Mekah ketika menunaikan ibadah haji sehingga di kenal sebagai Pangeran Mekah. Untuk menghormati jasa-jasanya pada tanggal 25 April 1922 didirikan sebuah monumen berbentuk Lingga di tengah alun-alun kota Sumedang, yang diresmikan Gubernur Jenderal D. Fock serta dihadiri para bupati, residen se-priangan serta pejabat-pejabat Belanda dan pribumi.<br />
<br />
<strong>21. TUMENGGUNG ADIPATI KUSUMADILAGA</strong> Pangeran Aria Suria Atmadja digantikan oleh Tumenggung Aria Kusumadilaga (1919 – 1937) dikenal juga sebagai Dalem Bintang merupakan saudaranya.. Pada masa pemerintahannya mengalami perkembangan Volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda), partai politik dan pemberontakan komunis di Jawa Barat.<br />
<br />
<strong>22. TUMENGGUNG ARIA SURIA KUSUMAH ADINATA</strong> Tumenggung Adipati Kusumadilaga digantikan oleh Raden Suria Sumantri atau Dalem Aria, setelah menjadi bupati memakai gelar Tumenggung Aria Suria Kusumah Adinata (1937 – 1946) Dalem Aria merupakan bupati tiga jaman, pertama jaman Hindia Belanda, kedua Jepang dan Republik Indonesia.<br />
<br />
<strong>24. RADEN HASAN SURIA SACAKUSUMAH.</strong> Raden Hasan Suria Sacakusumah / “Bung Hasan” (1946 – 1947) diangkat sebagai bupati perjuang oleh Republik indonesia. Masa pemerintahannya ditandai perkembangan gerakan Darul Islam (DI) dan Infansi militer Belanda ke dua ke Indonesia, bupati dan rakyat Sumedang berangkat mengungsi ke pedalaman. Sehingga gedung kabupatian dan Srimanganti ditempati tentara Belanda. Pada masa jabatannya terdapat tiga macam pemerintahan di Sumedang,pemerintahan Belanda, pemerintahan Negara Pasundan dan Republik Indonesia . Berhubung Bung Hasan belum kembali dari pengungsian maka pemerintahan Hindia Belanda mengangkat Tumenggung Muhamad Singer sebagai Bupati Sumedang. Pada masa Muhamad Singer, Raden Hasan Suria Sacakusumah diangkat kembali menjadi bupati pada tahun 1949 menggantikan Muhamad Singer berangkat ke Belanda, masa jabatannya hanya satu tahun kemudian diserahkan kepada Raden Abdulrachman Suriasaputra.<br />
<br />
<strong>25. TUMENGGUNG MUHAMAD SINGER</strong> Tumenggung Muhamad Singer (1947 – 1949) merupakan keponakan dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Sebelum diangkat menjadi Bupati Sumedang tahun 1938 adalah seorang Pamong Praja yang bertugas di Irian Barat, Australia, Sulawesi dan Kalimantan Timur di keresidenna. Pada tanggal 5 Desember 1947 diangkat menjadi Bupati Sumedang. Masa jabatannya Tumenggung Muhamad Singer banyak menghadapi banyak masalah salah satunya pemberontak Darul Islam (DI) dan pertempuran antara RI dan Belanda. Sampai akhirnya terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) dan akhir masa jabatannya diberi tugas belajar ke negeri Belanda untuk mengikuti usaha pembangunan di berbagai negara yang dilanda perang dunia ke-2, sekembalinya dari Belanda ditempatkan di bagian Agraria Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Pada tahun 1950 merupakan akhir rangkaian para bupati Sumedang keturunan leluhur Sumedang dari masa Prabu Tajimalela 721 sampai Tumenggung Muhamad Singer 1950.<br />
<br />
di angkat dari: http://www. kaskus.us /showthread.php?s=3015434ef045f19e5cfd0b24b9d01374&t=7929559&page=1&2<br />
<br />
<br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-36555525423654603652012-01-03T05:41:00.000-08:002012-01-03T05:41:17.655-08:00Catatan Akhir Bab I<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-link:" Char Char2";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.CharChar2
{mso-style-name:" Char Char2";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
font-family:"MS Mincho";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;
mso-bidi-language:AR-SA;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Purwaka Caruban Nagari</span></i><span lang="IN">, pupuh 193.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="ES-TRAD">Daftar nama kecamatan di Kota sesuai dengan peraturan pemerintah No. 35 tahun1986 tanggal 21 Agustus 1986. <i>Selayang Pandang Kotamadya Cirebon 1994</i>, hlm. 7</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">H. Rokhmin Dahuri, Dkk., <i>Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon</i> ( Jakarta: Percetakan Negara RI, 2004), hlm. 23.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 14. Bahkan, pada masa pemerintahan Belanda, kawasan Cirebon pernah menjadi pusat penanaman tebu terbesar keempat di Jawa, lihat William J. O’ Malley, “<i>Perkebunan 1830-1940: Ikhtisar” </i>dalam Anna Booth<i>, Sejarah Ekonomi Indonesia </i>(Jakarta: LP3ES, 1983), hlm. 242. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Eddy Sunarto, dkk., <i>Profil Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Jawa Barat Dalam Khasanah Sejarah dan Budaya</i> (Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat, 2007), hlm. 264.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 271.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Adeng, dkk., <i>Kota Dagang Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutera</i> (Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 74.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Selayang Pandang Keraton Kacirebonan Cirebon</span></i><span lang="IN"> (Dokumentasi Keraton Kacirebonan).<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Perkiraan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa dari dahulu sampai sekarang, Cirebon merupakan penghasil udang dan terasi yang berkualitas baik, dan ada juga yang menyatakan bahwa “grage” berasal dari kata “glagi,” yaitu udang kering untuk membuat terasi.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Atja, Carita <i>Purwaka Caruban Nagari, Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah</i> (Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat, 1986), hlm. 32. lihat juga Nina H. Lubis, dkk., <i>Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat </i>(Bandung: Alqaprint, 2000), hlm. 29.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 30.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Atja<i>, Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 36. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 32.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Kompleks kedaton itu dewasa ini tinggal puing-puingnya saja, yang terletak di sebelah timur Keraton Kasepuhan sekarang. Kedaton Pakungwati itu dikelilingi oleh <i>kuta</i>, terletak di sebelah utara kali (sungai) Krian, dahulu namanya sungai Suba. <i>Kuta</i> itu dinamai Sang Asu, sedangkan <i>dalem agung</i> disebut Siru’llah. Lihat naskah <i>Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 54. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Masjid Agung Sang Ciptarasa ini memiliki nuansa rasa cipta yang mengental. Nuansa yang berasal dari kedalaman rasa yang hakiki, seperti mengentalnya rasa <i>kawula</i> dengan Gusti (<i>manunggaling kawula Gusti</i>). Menyatunya rasa <i>kawula-Gusti</i>, berarti bahwa Sang Pencipta sajalah yang memiliki segala rasa, sementara sang mahluk hanyalah memiliki keikhlasan dan keridhoan dalam segala ketawakalannya. Oleh karena itu, Masjid Agung Sang Ciptarasa menjadi perhatian muslim dunia, yang sekaligus menjadi kebanggaan masyarakat pendukungnya. Lihat T.D. Sudjana, <i>Masjid Agung Sang Ciptarasa dan Muatan Mistiknya</i> (Bandung: Humaniora Utama Press, 2003), hlm. 2<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Seperti atap pada Masjid Demak, Masjid Cirebon pun atap tengahnya ditopang oleh empat tiang kayu raksasa. Hanya tiga buah yang utuh, salah satu di antara tiang itu disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu. Naskah <i>Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 54.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 37.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 40.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Putri Pangeran Gunung Panti Cucu Panembahan Losari. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">P. Hempi Raja Kaprabonan, <i>Sejarah Keraton Kaprabonan</i>, hlm. 3-6.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 12.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Rosad Amidjaja, dkk., <i>Pola Kehidupan Santri Pesantren Buntet Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon</i> (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (JAVANOLOGI), 1985), hlm. 26. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid,.</span></i><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Ahmad Zaeni Hasan<i>, Perlawanan dari Tanah Pengasingan, Kyai Abbas, Pesantren Buntet, dan Bela Negara</i> (Jakarta: Elsas, 2000), hlm. 28. lihat juga pada <i>Selayang Pandang Keraton Kacirebonan Cirebon</i> (Dokumentasi Keraton Kacirebonan).<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Selayang Pandang Keraton Kacirebonan Cirebon</span></i><span lang="IN"> (Dokumentasi Keraton Kacirebonan).<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Muhaimin AG, <i>Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon</i> (Jakarta: Logos, 2002), hlm. 265.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Alih bahasa oleh Aman<span> </span>N. Wahyu, 2007.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Generasi ke-10 yaitu Ki Thalhah, seorang mursyid terkemuka aliran Qadariyah wan Naqsabandiyah di Jawa Barat dan<span> </span>murid Syekh Khatib Sambas, seorang Jawa yang tinggal di Mekah, dan pendiri aliran ini. Mursyid adalah seorang pemimpin yang mempunyai kekuasaan untuk menandakan bagi penganut baru tarekat (ajaran Sufi). Khatib Sambas adalah seorang sarjana Indonesia abad 19 yang terkenal di Mekah, yang lahir di Kalimantan. Ia diakui sebagai orang yang menggabungkan ajaran-ajaran Qadariyah dan Naqsabandiyah menjadi satu ajaran yaitu Qadariyah wan Naqsabandiyah. Aliran ini mungkin telah memiliki benteng yang kuat di Trusmi dan Astana. Lihat,<span> </span>Muhaimin AG, <i>Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon</i>, hlm. 268-269.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 269-272.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Pangeran Insan Kamil bertempat tinggal di jalan Pegajahan menikah dengan Ratu Mayawati. Pangeran Insan Kamil adalah seorang kaum ningrat Cirebon keturunan dari Keraton Kaprabonan. Beliau mempunyai murid tarekat yang berasal dari Desa Trusmi dan sekitarnya antara lain: Madmil, Kibol dan Kadmini. Para murid dan rekan-rekan lainnya membentuk suatu kegiatan bisnis bersama yaitu membuet batik. Motif-motif yang dibuat adalah motif batik keratonan sesuai dengan pesanan dari Pangeran Insan Kamil maupun istrinya, Ratu Mayawati. Selain motif keratonan mereka pun berkreasi menciptakan motif sendiri, karena mayoritas pembuat batik adalah para pengikut tarekat yang kebanyakan laki-laki, maka motif batik yang dibuat lebih bersifat maskulin/ kelaki-lakian (bersifat pria), dimana jarang terdapat unsur batik yang bermotif atau bergambar bunga. Dari nama murid atau tokoh pembuat batik di atas, Mang Kibol adalah paman dari Sanira<span> </span>(wawancara dengan Yuniko).<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Wawancara dengan Elang Sugiarto dan diperkuat kakaknya, Elang Muhammad Hilman, S. Arsiparis, pada tanggal 15 Agustus 2008. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Wawancara dengan H. Supriatna.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Paramita Abdurrachman, <i>“Tradisi Batik Cirebon”</i> (t.t.p: LIPI, tt), hlm. 129.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm.139.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 134.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="IN"> Casta dan Taruna, <i>Batik Cirebon: Sebuah Pengantar Apresiasi, Motif, dan Makna Simboliknya</i> (Cirebon: Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, 2008), hlm. 56.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Paramita Abdurrachman, <i>“Tradisi Batik Cirebon”, </i>hlm. 141.<o:p></o:p></span></b></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-40855126323725690312012-01-03T05:39:00.000-08:002012-01-03T05:39:35.857-08:00Proses Pembuatan Batik<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:223879788;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1175563970 134807567 835356638 134807579 134807567 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1
{mso-list-id:501622428;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1283629494 -67569708 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-start-at:2;
mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.75in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:1.25in;
mso-level-number-position:left;
margin-left:1.25in;
text-indent:-.25in;}
@list l2
{mso-list-id:544100992;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1933566330 1824697758 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-24.0pt;
mso-ansi-font-style:normal;}
@list l2:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:66.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:66.0pt;
text-indent:-.25in;}
@list l3
{mso-list-id:1407148766;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-2046811226 2077547502 377677502 134807579 134807567 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l3:level2
{mso-level-tab-stop:1.0in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l4
{mso-list-id:1723016943;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-364596212 134807553 134807555 134807557 134807553 134807555 134807557 134807553 134807555 134807557;}
@list l4:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:30.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:30.0pt;
text-indent:-.25in;
font-family:Symbol;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Batik Cirebon merupakan produk turun-temurun keluarga keraton. Proses pembuatannya menggunakan bahan, alat, dan teknik tradisional. Waktu itu, batik berfungsi sebagai barang seni, yang kemudian bergeser menjadi barang sandang.<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype
id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t"
path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"/> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/> <v:f eqn="sum @0 1 0"/> <v:f eqn="sum 0 0 @1"/> <v:f eqn="prod @2 1 2"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @0 0 1"/> <v:f eqn="prod @6 1 2"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="sum @8 21600 0"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @10 21600 0"/> </v:formulas> <v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/> <o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style='width:210pt;
height:280.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image001.jpg"
o:title="DSCF3268"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="374" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image002.jpg" v:shapes="_x0000_i1025" width="280" /><!--[endif]--></span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 26. Salah satu contoh proses pembuatan Batik Keraton Cirebon <o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Dalam proses pembuatan batik dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut :<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">a. bahan pokok : <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">1. Kain <i>mori</i> atau kain putih <i>prima/ primisima</i> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">2. Lilin batik <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Lilin batik dapat diperoleh dari <i>gondorukem</i>, bubur ketan, aci (tepung tapioka yang diberi air) dan lain-lain dan disebut <i>malam</i>. <i>Malam</i> ini dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">3. Cap Warna<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">b. Bahan pembantu atau bahan tambahan :<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">1. <i>Gondoruken</i> (gandar)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">2. Minyak kacang<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">3. Soda abu<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">4. Kaustik soda<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">5. Minyak tanah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">6. Tepung tapioka<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">7. Tapol/ tripol<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN">8. Kayu bakar<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;"><b><span lang="IN"><span> </span>Dalam proses pembuatan batik, digunakan peralatan yang sebagian besar dapat dibuat sendiri. Peralatan yang digunakan untuk membuat batik di antaranya : <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Kenceng</span></i><span lang="IN"> (wadah yang terbuat dari tembaga), fungsinya untuk mencuci kain <i>mori</i> dan tempat melilin kain. <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Alat pemukul yang terdiri dari kayu <i>kemplongan </i>dan pemukulnya, tempat merapatkan dan meratakan kain mori yang telah dicuci.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Papan, landasan dalam <i>pengemplangan</i>.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Gawangan</span></i><span lang="IN"> (terbuat dari bambu atau kayu jati), tempat meletakkan kain yang akan dibatik.<i><o:p></o:p></i></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Canting </span></i><span lang="IN">(terbuat dari tembaga atau kayu). Canting mempunyai berbagai bentuk dan fungsi, di antaranya :<i><o:p></o:p></i></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: 30pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Canting</span></i><span lang="IN"> bermata kecil untuk <i>isén -isén<o:p></o:p></i></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: 30pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Canting </span></i><span lang="IN">bermata sedang untuk me-<i>réngréng<span> </span></i><span> </span><i><o:p></o:p></i></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: 30pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Canting</span></i><span lang="IN"> bermata besar untuk <i>némbok<o:p></o:p></i></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: 30pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Canting </span></i><span lang="IN">bermata dua untuk membuat garis dobel.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Bak (dari batu atau semen) untuk tempat merendam batik. <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Bak (dari kayu) untuk tempat pewarnaan positif dan negatif.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Plorodan</span></i><span lang="IN"> atau tong (wadah yang terbuat dari logam), tempat merebus batik agar lilin meleleh.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Gawang penjemuran (terbuat dari bambu) untuk tempat menjemur kain yang telah di<i>kétél</i> atau selesai dibatik.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Solder (terbuat dari besi dan kayu) untuk menghapus bagian yang salah. <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>11.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Wajan (terbuat dari besi cor) tempat mencairkan lilin.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>12.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Kompor sebagai alat pemanas. <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>13.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Dingklik </span></i><span lang="IN">(bangku dari kayu) untuk tempat duduk para perajin. <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>14.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Kalender,</span></i><span lang="IN"> alat untuk menghaluskan kain yang selesai dibatik.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>15.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Press </span></i><span lang="IN">berfungsi sebagai alat untuk melipat kain agar rapi.<span> </span><o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Proses pembuatan batik terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pembuatan, dan penyelesaian.<o:p></o:p></span></b></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Tahap Persiapan<o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Kain yang digunakan pada kain Batik Cirebon biasanya kain putih prima atau <i>primisima</i>, mori, dan sutra. Urutannya meliputi:<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Memotong kain mori sesuai ukuran. Untuk membuat kain panjang biasanya dipotong dengan ukuran 2,5 meter. Kemudian ujung kain yang telah dipotong dijahit, agar serat-serat kain tidak lepas.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Meréndang</span></i><span lang="IN"> kain mori untuk menghilangkan bahan <i>kanji </i>atau tepung tapioka yang telah diproses, dengan cara diberi air, direbus, dan diberi sedikit <i>tripol</i>. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan zat kimia yang menghambat proses pewarnaan (<i>mengétél</i>). Kemudian kain dibilas dan dijemur sampai kering. <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Mengétél atau merendam atau meremas-remas kain mori dalam rendaman adonan bahan pembantu, kemudian dijemur. Proses ini dilakukan berulang-ulang, membutuhkan waktu 4-7 hari agar kanji pada serat kain hilang sama sekali.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;"><!--[if !supportLists]--><b><i><span lang="IN"><span>d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span></i><span lang="IN">Mencuci kain yang telah di<i>kétél</i> dengan soda abu agar kain bebas dari bekas adonan <i>kétélan.<o:p></o:p></i></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Mengkanji</span></i><span lang="IN"> kain mori secara tipis-tipis agar lilin tidak melekat pada benang. Tujuannya agar kain mudah dibalik. Kemudian dijemur di bawah sinar matahari.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><i><span lang="IN">Mengeplong </span></i><span lang="IN">atau menghaluskan kain yang telah dikanji dengan cara memukul-mukul kain berkali-kali agar pori-pori terbuka, sehingga warna dapat meresap secara maksimal.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="2" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Tahap Pembuatan<o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Tahap proses pembuatan batik Cirebon terlebih dahulu membuat pola pada kertas roti yang disebut dengan <i>plak</i> atau <i>tingkes</i>, kemudian diadaptasi menjadi seni melukis di atas kain yaitu batik. Pada bagian lain kita bisa menyelami teknik membatik, yaitu teknik mencetak atau melukis kain dengan cara menutup sebagian kain dengan malam atau perekat yang dibuat dari beras dan bahan yang sudah sangat tua umurnya, seperti juga patung dari batu atau kayu yang mulanya merupakan bagian dari upacara tradisional.<o:p></o:p></span></b></div><ol start="2" style="margin-top: 0in;" type="1"><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="a"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">memindahkan rancangan ragam hias (<i>tingkes</i>) ke atas kain. <i>Me-reng-reng</i> atau membuat pola motif langsung di atas kain menggunakan canting ukuran sedang. Proses menggoreskan malam ke atas kain haruslah sejajar dengan permukaan kain, agar malam tidak tumpah. Kemudian meniup ujung canting agar malam tidak menyumbat ujung canting. Jika ujung canting tersumbat, maka diperlukan lidi kecil untuk mendorong sumbatan.<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Meng-<i>isen-isen</i> atau mengisi bagian tengah motif. Misalnya menggambar bulu pada motif burung dengan canting yang berukuran kecil. <i>Mengisen-isen</i> ada tiga macam, yaitu membuat <i>totol, sawud</i>, dan lingkaran.<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i><span lang="IN">Menembok</span></i><span lang="IN"> atau menutup bagian yang dikosongkan dengan lilin menggunakan <i>canting</i> bermata besar. <o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i><span lang="IN">Mengentus </span></i><span lang="IN">atau menjemur kain tidak sampai kering setelah di<i>tembok</i> dan direndam dengan air.<o:p></o:p></span></b></li>
</ol></ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="3" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Tahap penyelesaian <o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span lang="IN">a.<span> </span>Mewarnai kain mori yang telah di<i>tus</i> dengan mencelupkan ke dalam bak berwarna negatif untuk warna dasar. Kemudian <i>ditus</i> dan dimasukkan ke dalam bak pewarna positif. Pewarna batik dimulai dengan pewarna yang lebih muda lebih dulu. Kemudian ditutup dengan malam untuk menghambat warna pada kain yang sudah diwarnai sebelumnya dengan menggunakan malam yang mencair saat dipanaskan, sehingga pencelupan dilakukan menggunakan pewarna celup dingin. Proses tersebut diteruskan dengan pewarna yang lebih gelap.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pewarna pada batik didapat baik dari pewarna alami maupun pewarna buatan.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pewarna alami yang dapat digunakan pada batik berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti pohon nila untuk pewarnaan biru. Pohon tersebut digunakan juga untuk tarum, nila muda, dan biru muslim.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span lang="IN"><span> </span>Warna merah cerah didapat dari pengolahan kayu sepang (<i>Caesalpina sappan</i>) dan mengkudu (<i>Morinda citrifolia</i>) untuk mendapatkan merah tua, ungu, dan coklat. Warna kuning, jingga, hingga coklat didapat dari <i>kunyit</i> atau <i>kunir (Curcuma domestika)</i> dengan nila.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span lang="IN"><span> </span>Bahan kimia untuk pewarna buatan pabrik dibagi menjadi dua yaitu pewarna langsung (<i>direct</i>) maupun pewarna tidak langsung (<i>indirect</i>). Pewarna langsung seperti rapid, prosion, dan rhemasol. Pewarna tidak langsung di antaranya nafthol dan indigosol.<o:p></o:p></span></b></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr style="height: 122.3pt;"> <td style="height: 122.3pt; padding: 0in 5.4pt; width: 182.25pt;" valign="top" width="243"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" style='width:198.75pt;height:147.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image003.jpg"
o:title="DSCF2977"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="197" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image004.jpg" v:shapes="_x0000_i1027" width="265" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="height: 122.3pt; padding: 0in 5.4pt; width: 214.75pt;" valign="top" width="286"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1028" type="#_x0000_t75" style='width:204pt;height:152.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image005.jpg"
o:title="DSCF2976"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="203" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image006.jpg" v:shapes="_x0000_i1028" width="272" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div></td> </tr>
</tbody></table><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1029" type="#_x0000_t75" style='width:203.25pt;height:152.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image007.jpg"
o:title="DSCF2978"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="203" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image008.jpg" v:shapes="_x0000_i1029" width="271" /><!--[endif]--></span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 27. Sebagian contoh Pewarna Alami Batik Keraton Cirebon. Jambal menghasilkan warna cokelat kayu, Secang menghasilkan warna cokelat kemerahan, Tingi menghasilkan warna cokelat, Tegeran menghasilkan warna cokelat kopi, Bixa menghasilkan warna merah atau cokelat, dan Jalawe menghasilkan warna cokelat. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Menghilangkan lilin atau <i>penyongan</i> atau <i>plorodan.</i> Setelah dicuci dengan air bersih, di<i>lorot</i> atau direbus dengan air mendidih 100</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN">C, kemudian dijemur. <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Proses penjelasan di atas disebut sekali proses. Bila proses tersebut selesai, kain batik akan kembali <i>dilorot</i>, maka disebut dua kali proses. Sekali proses lebih baik dari segi warna, namun kurang baik dari segi seninya.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Secara kualitas, batik tulis lebih baik daripada batik cap dan batik fotokopi, sehingga harganya lebih mahal, karena batik tulis pengerjaannya dilakukan secara tradisional. Selain itu pengerjaan selembar kain batik dapat dikerjakan lebih dari satu orang. Biasanya ada yang khusus membuat pola, me<i>-reng-reng</i> dan meng<i>isen-isen</i>. Jenis <i>isen-isen</i> ada tiga yaitu <i>totol</i> (titik), <i>sawud</i> (garis), dan lingkaran. Teknik cantinglah yang membuat batik Cirebon beridentitas.<o:p></o:p></span></b></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 0in 5.4pt; width: 213.2pt;" valign="top" width="284"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1030" type="#_x0000_t75" style='width:171pt;height:227.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image009.jpg"
o:title="DSCF3178"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="303" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image010.jpg" v:shapes="_x0000_i1030" width="228" /><!--[endif]--></span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 28. Ciri khas teknik menutup dengan malam sehingga terbentuk garis tipis<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="padding: 0in 5.4pt; width: 213.2pt;" valign="top" width="284"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1031" type="#_x0000_t75" style='width:167.25pt;height:222pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image011.jpg"
o:title="DSCF3174"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="296" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image012.jpg" v:shapes="_x0000_i1031" width="223" /><!--[endif]--></span><span lang="IN"><span> </span>Gambar 29. Garis tipis khas Batik Cirebon hasil menutup dengan malam<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div></td> </tr>
</tbody></table><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1032" type="#_x0000_t75" style='width:228.75pt;height:171pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image013.jpg"
o:title="DSCF3175"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="228" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image014.jpg" v:shapes="_x0000_i1032" width="305" /><!--[endif]--></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 30. Contoh kebalikan teknik di atas<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Ciri khas batik tulis yaitu besarnya motif yang satu dengan yang lain tidak sama. Selain itu pewarnaan antara bagian luar dan dalam batik sama baiknya.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Kekhasan Batik Keraton Cirebon, selain menggunakan motif-motif keratonan, seperti bentuk pakem <i>pandan wangi, wadasan, mega mendung,</i> juga teknik cantingnya yang khas. Pada batik Cirebon tidak diharuskan untuk mengisi seluruh ruang yang ada, seperti batik di daerah Solo dan Yogyakarta. Batik Cirebon proses pembuatannya hampir mirip dengan teknik seni lukis kaca yang berkembang. Untuk motif-motif di atas dipergunakan gradasi warna, biasanya dengan jumlah yang ganjil (dapat mencapai 9-11 gradasi warna). <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Warna pada kain batik Cirebon yang khas yaitu kuning gading atau kuning muda yang disebut putih Cirebon atau kuning Cirebon (Yayasan Mitra Budaya Indonesia, 1982).<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" style='width:255pt;height:570.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image015.jpg"
o:title="proses pembuatan batik"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="761" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image016.jpg" v:shapes="_x0000_i1026" width="340" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar<span> </span></span><span lang="IN">31</span><span lang="EN-GB">.<span> </span>Proses pembuatan batik menurut Yuniko</span><span lang="IN">, </span><span lang="IN">dengan maskot pinguin tanpa meninggalkan ciri khas Keraton Cirebon dengan adanya unsur <i>mega mendung</i>. <o:p></o:p></span></b></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-10317531675509731552012-01-03T05:36:00.001-08:002012-01-03T05:36:39.145-08:00Sumber Inspirasi Batik Keraton Cirebon dan Produk Seni Lainnya<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><b><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype></b><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:387999154;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-2107234436 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Bertambah majunya Islam serta perkembangan kerajaan pesisir Islam juga menyebabkan cetusan artistik yang baru. </span><span lang="ES-TRAD">Pusat keagamaan dan kesenian yang baru, muncul di</span><span lang="ES-TRAD"> </span><span lang="ES-TRAD">sekitar Demak dan terutama di Mantingan. Para seniman mengambil alih simbol-simbol yang disalurkan oleh berbagai media, salah satunya adalah <i>pintado</i> yang warna-warni, sebagaimana orang Portugis menamakan bahan-bahan yang dilukis, yang datang dari Pulicat dan Gujarat di India, mungkin saja adalah batik. Kain brokat, permadani</span><span lang="IN">,</span><span lang="ES-TRAD"> dan</span><span lang="IN"> barang</span><span lang="ES-TRAD"> pecah belah dari Timur Tengah mungkin juga menjadi sumber-sumber inspirasi.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><b><span lang="ES-TRAD">Sumber inspirasi batik Cirebon berasal dari :<o:p></o:p></span></b></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="EN-GB">Keramik (terutama keramik Putri Ong Tin) </span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="ES-TRAD">Ornamen ukir pada pintu, makam atau ukir kayu dan ukir batu<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="ES-TRAD">Kereta Singa Barong dan Paksi Naga Liman<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="EN-GB">Wayang Golek Cepak atau wayang kulit <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Cirebon</st1:city></st1:place></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="ES-TRAD">Naskah dan Mushaf </span><span lang="IN">a</span><span lang="ES-TRAD">l Quran<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="ES-TRAD">Bangunan Taman Dalem Agung Pakungwati<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="ES-TRAD">Lukis Kaca<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="ES-TRAD">Kaligrafi, dibuat corak binatang yang disembunyikan dalam huruf-huruf Arab.<o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-40888280496383162892012-01-03T05:35:00.000-08:002012-01-03T05:35:26.423-08:00Ciri Batik Keraton Cirebon<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-link:" Char Char2";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.CharChar2
{mso-style-name:" Char Char2";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
font-family:"MS Mincho";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;
mso-bidi-language:AR-SA;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1114330364;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-875768480 1938866880 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:63.0pt;
text-indent:-.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><b><span lang="IN">Dalam penyajian penulisan, agar runtut dan memudahkan dalam pola pikir, penulis kategorikan pola hias dalam batik menjadi tiga kelompok, yaitu unsur-unsur batik, motif-motif batik, dan gabungan motif batik. Unsur-unsur batik<span> </span>masing-masing, secara sendiri-sendiri, mempunyai karakter dan makna yang spesifik. Unsur-unsur batik yang variatif serta ditambah dengan ragam hias pokok atau ide pokok yang ingin ditampilkan oleh perupa, akan membentuk suatu motif batik pada satu bidang kain. Suatu motif batik yang merupakan himpunan dari unsur-unsur ragam hias serta ragam hias pokok <span> </span>mempunyai karakter serta makna simbolik yang khusus, istimewa, bahkan mungkin tendensius.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><b><span lang="IN">Beberapa motif batik baik dua, tiga, atau lebih dihimpun oleh seniman batik, menjadi gabungan motif batik, yang tentunya mempunyai “pesan” yang sangat kompleks dan rumit, namun tetap nyaman secara estetika untuk dinikmati.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><b><span lang="IN">Menurut Yuniko, dahulu di daerah Cirebon, kesenian melukis, termasuk melukis di atas tekstil, dikerjakan hanya kaum pria. Tradisi ini dapat dilihat di pemukiman ahli kriya seperti di Trusmi dan dilanjutkan hingga jauh ke abad 20. Pada abad ke 19 hingga akhir, peranan wanita dalam bidang ini mulai berkembang karena perubahan dalam pola perekonomian di wilayah Cirebon. Tanah-tanah semasa penjajahan Belanda memerlukan banyak tenaga laki-laki. Lambat laun industri batik yang ada di Cirebon, yang kebanyakan masih merupakan karya di lingkungan rumah (<i>home industry</i>) diambil alih oleh wanita. Sebelumnya, kewajiban mereka semata-mata ditujukan kepada kerja detil, seperti mengisi latar belakang, akan tetapi dengan adanya migrasi lelaki untuk memenuhi kebutuhan kebun-kebun besar tuan tanah, wanita juga memulai mengerjakan penempelan lilin tekstil. Seniman lelaki tetap mengambil bagian dalam proses pembuatan batik, akan tetapi jumlah mereka semakin mengecil dan selama sepuluh tahun terakhir hanya beberapa saja yang tinggal. Kini wanitalah yang mendapatkan peranan lebih aktif dimulai dari merancang sampai ke membatik dan menjual hasil karyanya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><b><span lang="IN">Jenis dan ragam corak batik Cirebon sangat menarik perhatian dan berbeda dengan batik yang ada di Jawa Tengah khususnya Surakarta dan Yogyakarta, serta juga hasil karya bagian lain pantai utara Jawa. Jika dibandingkan dengan batik dari Keraton Jawa Tengah misalnya, maka batik Cirebon tampak berani, tidak menggunakan corak simetris di seluruh bahan, melainkan lebih sebagai suatu corak yang menggambarkan sesuatu yang nyata di atas bahan polos. Corak itu lebih mendekati kenyataan dan kurang distilisasikan dan berketentuan daripada corak Jawa Tengah. Ini mungkin disebabkan penggunaan asli beberapa corak, teristimewa yang melukiskan gambaran yang disembunyikan dalam desain lambang, bentuk binatang, tumbuh-tumbuhan yang mempunyai makna tertentu dalam cerita tradisional, pemandangan, pola geometrik, dan kaligrafi Arab. Dilukiskan di atas bahan teknik batik, bahan itu dipakai sebagai lukisan bersifat keagamaan (<i>wafak</i>), dipakai untuk menghias rumah, juga untuk menolak hal-hal jahat dan melindungi rumah beserta penghuninya (tolak bala). Sedangkan umbul-umbul dan panji-panji adalah bagian dari prosesi keagamaan di hari-hari yang kurang berkesan.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><b><span lang="IN">Hingga sekarang batik Cirebon termasyhur karena mempunyai pola dan corak istimewa yang tidak diketemukan dalam perbendaharaan batik di daerah penghasil batik lainnya di Indonesia.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Peta perbatikan nusantara telah mencatat nama Cirebon sebagai salah satu sentra batik. Cirebon sebagai sebuah lokus yang memiliki karakteristik kebudayaan yang khas, hidup di antara dua budaya besar Sunda dan Jawa, didukung dengan pelabuhannya yang ramai disinggahi pedagang dunia (Sedyawati, 1995), menjadikan sebuah tatanan kebudayaan masyarakat yang khas dan unik. Kekhasan dan keunikan itu tampak pula pada ekspresi keseniannya, termasuk di dalamnya karya kriya batiknya. Kekhasan batik Cirebon itu tidak dapat dipisahkan dengan latar sosial budaya yang melingkupi pertumbuhan dan perkembangan batik<span> </span>Cirebon. Perkembangan batik Cirebon merupakan salah satu titik penting dalam peta batik Indonesia pada umumnya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in;"><b><span lang="IN">Salah satu ciri lain batik Cirebon adalah bahwa batik itu dapat dibedakan karena warna-warna khusus yang dipakai sebagai dasar. Batik Cirebon dan sekitarnya mempunyai warna dasar kuning-gading atau kuning muda yang biasanya disebut putih Cirebon atau kuning Cirebon untuk membedakannya dari kuning tua (kuning oker) yang terdapat pada batik Banyumas, atau putih bersih pada batik Yogyakarta. Juga biasa dipakai warna coklat soga, warna batik tradisional. Tetapi sedikit sekali digunakan variasi warna-warna coklat tua yang biasa terdapat pada batik Jawa Tengah. Karena air lebih asin di Indramayu, warna-warna ini tidak bisa tercapai dan kekhasan batik Indramayu adalah warna biru tarum, nila muda, biru muslim dengan kombinasi biru hitam yang biasa terdapat pada keramik-keramik Timur Tengah dan juga pada porselen Cina; serta penggunaan merah bata, atau yang di daerah Cirebon disebut sebagai merah mengkudu, yang dibuat dari tangkai-tangkai pohon mengkudu. Ciri lain batik daerah ini adalah perasaan lega-luas yang diciptakan oleh corak tersebut yang tampaknya gemar memusatkan garis-garis besar suatu gambar, tanpa harus mengisi kekosongan-kekosongan seperti yang terdapat pada batik Yogyakarta dan Surakarta, yang biasanya semua tempat diisi <i>isen</i>, dengan berbagai macam motif. <i>Isen</i> yang terkenal dan mungkin yang tertua adalah bentuk yang disebut <i>cecek</i> atau titik. Kegemaran untuk mengisi kekosongan dengan <i>isen</i> juga dipakai di Indramayu, tetapi hanya dalam bentuk titik. Sedangkan akhir-akhir ini beberapa perusahaan batik di Cirebon yang biasanya menerima pesanan berdasarkan mode, menggunakan motif-motif <i>isen</i> dari Jawa Tengah dan dengan demikian meninggalkan ciri-ciri tradisional batik Cirebon. Ciri lain yang terdapat baik pada ukir-ukiran maupun batik adalah campuran warna. Warna-warna utama dibagi ke dalam beberapa nada warna, mulai dari warna yang sangat muda sampai ke warna yang tua, misalnya warna merah muda, lalu ke merah mawar sampai ke merah anggur.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm.139.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn2"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 134.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn3"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="IN"> Casta dan Taruna, <i>Batik Cirebon: Sebuah Pengantar Apresiasi, Motif, dan Makna Simboliknya</i> (Cirebon: Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, 2008), hlm. 56.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn4"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Paramita Abdurrachman, <i>“Tradisi Batik Cirebon”, </i>hlm. 141.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><br />
</div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-32666299485761002622012-01-03T05:33:00.001-08:002012-01-03T05:33:39.614-08:00Batik Keraton Cirebon sebagai Seni Tradisional<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-link:" Char Char2";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.CharChar2
{mso-style-name:" Char Char2";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
font-family:"MS Mincho";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;
mso-bidi-language:AR-SA;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Kembalinya popularitas batik Cirebon yang baru muncul kurang lebih lima belas tahun terakhir ini, menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Cirebon pada umumnya. Pada waktu dulu, masyarakat lebih mengenal batik Jawa Tengah terutama batik Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan, baik berupa batik tulis maupun batik cetak. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Proses pembuatan batik di Jawa Barat, khususnya Cirebon ini merupakan tradisi yang sama tuanya dengan di Jawa Tengah. Teknik mencelup yang tahan air sudah diketahui dan digunakan di Jawa Barat, jika dipelajari beberapa sisa peninggalan batik ini.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span> </span><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu tinggi dilihat dari segi kehalusan dan keindahannya. Batik adalah corak atau gambar pada kain yang pembuatannya <span> </span>khusus,<span> </span>dengan menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Cara tradisional adalah sikap, cara berpikir, atau bertindak yang selalu berpegang teguh pada adat dan kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Cirebon yang dimaksud disini adalah wilayah Caruban Nagari yaitu daerah wilayah kekuasaan Pemerintahan Sunan Gunung Jati pada saat memerintah di Pakungwati. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Seni batik tradisional Cirebon merupakan suatu proses dari olah cipta, rasa, dan karsa, juga pemikiran yang panjang. Di dalamnya merupakan penunjuk kepribadian <i>tanzul taraqi</i>.<i> Tanzul </i>berarti keadaan seseorang yang sedang dalam limpahan sifat-sifat keilahian yang layak bagi dirinya, sehingga sifat-sifat ilahi itu diamalkannya dalam tindakan dan pergaulan. <i>Taraqi</i> berarti keadaan seseorang yang sedang melepaskan sifat-sifat jahat dari dirinya untuk naik ke sifat-sifat ilahi yang mulia, sehingga dalam kehidupannya dia tidak lagi selalu berbuat salah.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Batik Keraton Cirebon adalah batik yang ragam hiasnya berasal dari keraton, baik berupa wujud fisik bangunannya,<span> </span>sumber-sumber naskah, serta filosofi yang terkandung di dalamnya, sejak Cirebon menjadi negara yang merdeka pada saat pemerintahan Sunan Gunung Jati. Batik Cirebon terutama batik Keraton Cirebon dari dulu sampai sekarang tetap dilestarikan sebagai seni tradisional di Cirebon, hanya saja sekarang batik Keraton Cirebon sudah tidak ada aktivitas membatik di dalam keraton, melainkan dikembangkan oleh masyarakat Desa Trusmi. Para perajin batik di Desa Trusmi banyak mendapat pesanan motif-motif batik keratonan dari kalangan keluarga Keraton Cirebon, sehingga sekarang di Desa Trusmi berkembang pula batik Keratonan Cirebon, dan menjadi pusat perkembangan batik Cirebon. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Batik Keraton Cirebon yang dihasilkan telah tersebar ke berbagai daerah di Nusantara, bukan hanya di wilayah Indonesia, namun batik ini juga sudah tersebar hingga ke mancanegara dengan nama Batik Cirebon.<o:p></o:p></span></b></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Paramita Abdurrachman, <i>“Tradisi Batik Cirebon”</i> (t.t.p: LIPI, tt), hlm. 129.<o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-81964507227462260962012-01-03T05:31:00.000-08:002012-01-03T05:31:32.274-08:00Sejarah Batik Cirebon<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><b><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype></b><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:375928473;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-217274222 134807567 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579 134807567 134807577 134807579;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:.5in;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1
{mso-list-id:1114330364;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-875768480 1938866880 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:63.0pt;
text-indent:-.25in;}
@list l2
{mso-list-id:2033722284;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-857806954 -1745473696 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579 69271567 69271577 69271579;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:.75in;
text-indent:-.25in;}
ol
{margin-bottom:0in;}
ul
{margin-bottom:0in;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Dalam perjalanan waktu, ternyata Trusmi mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Keraton Cirebon. Sejarah<span> </span>Batik Trusmi pun<span> </span>tidak lepas dari nama<span> </span>Mbah Buyut Trusmi serta Ki Gedeng Trusmi, yang terletak di Desa Trusmi, Kecamatan Weru, 7 km sebelah barat Cirebon dan 1,5 km utara Cirebon-Bandung atau jalur utama Cirebon-Jakarta. Untuk transportasi umum ke Trusmi cukup banyak dari Cirebon, yakni dengan menggunakan angkot jurusan ke Plered, dan ke Situs Trusmi bisa dengan becak atau ojeg.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Situs Trusmi adalah situs yang kedua setelah Situs Astana<span> </span>dalam hal pengunjung dan festivalnya, walaupun ukurannya lebih kecil dari Astana. Tidak seperti Astana, yang langsung di bawah pengawasan keraton, Trusmi sekarang tidak lagi demikian. Dalam kepengurusan makam di Trusmi, harus keturunan dari pengurus yang lalu, tetapi dalam beberapa hal, keputusan terakhir dimusyawarahkan dengan aparat desa, terutama kepala desa dan tidak melibatkan sultan. Dalam hal ini tidak jelas sejak kapan kesepakatan ini dimulai.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Menurut buku yang diterbitkan Badan Kombudpar Kabupaten Cirebon, Mbah Buyut Trusmi adalah Pangeran Cakrabuana yang datang ke daerah tersebut untuk mengajarkan Islam, bercocok tanam dan mengasuh cucunya Bung Cikal (Pangeran Trusmi), setelah menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Sunan Gunung Jati. Bung Cikal dalam buku ini merupakan anak dari Pangeran Arya Carbon dengan Nyi Cupuk, anak Ki Gede Trusmi (Muhaimin, 2001). Pangeran Arya Carbon telah meninggal ketika Bung Cikal masih kecil. Sedangkan Ki Gede Trusmi merupakan orang taklukan Mbah Kuwu Cerbon II.<span> </span>Menurut buku ini, nama Trusmi diambil dari kebiasaan Bung Cikal sewaktu kecil yang senang memangkas tanaman yang baru bersemi. Namun setiap kali dipangkas, tanaman tersebut semakin subur, sehingga dinamakan Pedukuhan Trusmi. Pedukuhan Trusmi berubah menjadi Desa Trusmi diperkirakan pada tahun 1925, bersamaan dengan meletusnya Perang Diponegoro.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Ki Gedeng Trusmi dalam Naskah Mertasinga disebut sebagai Bung Cikal. Bung Cikal asal kata dari rebung (bambu muda). <span> </span>Ketika itu, ibu Bung Cikal, Nyi Rara Konda yang merupakan anak dari Pangeran Cakrabuana, sangat menginginkan makan rebung. Menurut naskah tersebut, Bung Cikal adalah anak Nyi Rara Konda dengan Sunan Gunung Jati, yang kelak menuntut gugat waris kepada para wali pada saat pemerintahan Panembahan Ratu. Namun usahanya menuntut waris gagal, karena pada saat itu hadir Sunan Kalijaga yang mengatakan bahwa Bung Cikal tidak mendapatkan hak <span> </span>waris karena bukan putra.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Dalam hal ini sejarah Ki Gedeng Trusmi merupakan sejarah <i>peteng,</i> yaitu sejarah yang ditutupi duduk perkaranya, mengingat kondisi sosial politik yang berkembang pada saat itu. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Setelah beliau gagal menggugat waris, oleh Sunan Kalijaga Bung Cikal diperintahkan pergi ke daerah gundul untuk ditanami. Lama-kelamaan daerah tersebut tumbuh tunas-tunas yang terus bersemi sehingga menjadi pedukuhan yang kian ramai sehingga diberi nama Trusmi. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Namun menurut sumber lain, Naskah Mertasinga,<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> ketika Sang Anom (Sunan Gunung Jati) tengah duduk tafakur di Jabal Muqamat, di bawah pohon Bambu Gading, dia melihat ada seorang gadis berlalu di kaki bukit, yaitu Nyi Rara Konda, anak Nyi Gedeng Jati dengan Pangeran Cakrabuana. Melihat gadis itu hati Sang Anom tergetar tiada henti, sebagaimana halnya jejaka melihat gadis, hatinya terasa bahagia sekali, sang Anom kemudian meraga sukma. Rara Konda pulang dan menangis tersedu-sedu dihadapan ibundanya, dia merajuk tak bisa dibujuk lagi menginginkan rebung (anak pohon bambu) <i>mangsa katiga</i>. Nyi Gedeng Jati sangat masygul<span> </span>hatinya melihat putrinya resah seperti itu. Dia pun pergi mencari rebung di puncak bukit. Sementara itu Sang Anom telah meninggalkan tempat tersebut.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Sang ibu memperoleh anak pohon bambu (rebung) gading dari puncak bukit yang besarnya hanya sekepal. Kemudian rebung itu diberikan pada putrinya. Nyi Rara Konda sangat gembira dan tidak menunggu dimasak lagi, didorong keinginannya yang demikian besar, dia segera menyantapnya mentah-mentah. Setelah menyantap rebung tersebut, konon Nyi Rara Konda menjadi hamil tanpa bersuami dan melahirkan anak laki-laki. Nyi Gedeng Jati sangat bahagia karena memperoleh seorang cucu laki-laki.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Mengenai rebung tunggal ini semua orang pernah mendengarnya. Anak itulah yang kelak bernama Gedeng Trusmi (dipanggil juga Bung Cikal, ‘Bung’ asal kata dari rebung) dan kelak menggugat waris pusaka dari para Wali. Permintaan itu ditolak dengan jawaban ‘<i>ora oleh sing konone</i>’ (tidak dapat dari sananya), sehingga kemudian dikenal ada peribahasa ‘<i>ora olih sing Konda</i>’. Gedeng trusmi pada kenyataannya bukan anak dari perkawinan, itulah yang disebut ‘<i>yuga</i>’, bukan anak sebenarnya, sehingga dia tidak memperoleh pusaka. Tetapi itu adalah masalah duniawi, karena tidak ada yang menyamai dengan derajat yang diwarisinya, yaitu kewaspadaan dalam hal ilmu pengetahuan.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Sedangkan menurut versi orang Trusmi, Ki Gedeng Jati mempunyai seorang anak gadis. Ketika gadis itu lewat di Kedaleman, kebetulan Pedaleman Sinuhun (Sunan Gunung Jati) di Gunung Jati Kulon sedang duduk-duduk<span> </span>di bawah rindangnya <i>awi</i> gading (bambu gading). Ketika melihat gadis itu, meneteslah titisnya dan jatuh di atas rebung.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Pada suatu hari gadis itu berkata kepada ayahnya bahwa ia ingin sekali makan rebung bambu gading. Ki Gedeng pun pergilah memintanya di Kedaleman. Tak lama kemudian gadis itu hamil. Pada waktunya, lahirlah seorang bayi laki-laki bernama<span> </span>Bung Cikal. Tidak dikisahkan masa kecil anak tersebut, tetapi setelah menginjak dewasa ia datang menghadap ke Kedaleman untuk meminta warisan. Pada sekitar tahun 1568 M itu yang menjadi sultan adalah Panembahan Cerbon I karena Pedaleman Sinuhun di Gunung Jati Kulon sudah meninggal dunia.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Sunan Kalijaga yang pada waktu itu berada di situ menolak permintaan Bung Cikal dengan mengatakan, “<i>He Bung Cikal, sia teu boga waris sabab lain putra</i>”. (He Bung Cikal, kamu tidak punya hak waris sebab bukan anak) dan memerintahkan membersihkan atau membuka <i>leuweung kulon</i> (hutan barat). Bung Cikal menebas semua pepohonan yang ada di hutan itu sehingga berubah menjadi tegalan gundul. Setelah terlihat demikian keadaannya, Bung Cikal diperintahkan lagi untuk mengolahnya. Maka ditanamilah tegalan yang telah gundul itu dengan pohon buah-buahan. Lama kelamaan pelataran itu amat subur dan menjadi pemukiman baru yang diberi nama <i>Dayeuh</i> Trusmi.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Di daerah Trusmi tersebut Ki Gede Trusmi melakukan penyebaran agama Islam sembari membatik. Menurut “Buku Sejarah Nama Desa di Cirebon”, Ki Gedeng Trusmi meninggal pada usia remaja dan dimakamkan dipuncak Gunung Ciremai.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Sedangkan Ki Gede Trusmi, menurut<span> </span>buku Dinas Kombudpar Cirebon, merupakan orang taklukan PangeranWalangsungsang Cakrabuana yang kemudian memeluk agama Islam.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Baik Pangeran Cakrabuana maupun Sunan Gunung Jati memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan sejarah Trusmi. Pangeran Cakrabuana mendirikan Pesantren Curug Landung. Pesantren ini menatar para calon <i>gegede/ ki gede</i> tentang berbagai ilmu agama dan ilmu kemasyarakatan. Di pesantren ini pula Sunan Gunung Jati mengucapkan pepatah-petitih yang menjadi wasiat Sunan Gunung Jati yaitu “<i>Bumi becil ala menungsa, Ingsun titip tajug lan fakir miskin”</i>.Tajug pada zaman dahulu bukan hanya tempat shalat, tetapi merupakan tempat belajar. Miskin di sini bukan saja miskin harta tetapi juga miskin akidah dan nilai-nilai agama.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 42pt;"><b><span lang="IN">Sejalan dengan<span> </span>perkembangan batik di keraton, di daerah Trusmi juga berkembang batik Trusmi. Trusmi pada saat itu termasuk ke dalam wilayah keraton Cirebon, di sana terdapat para penggede Keraton Cirebon. Situs-situsnya pun hingga kini masih dapat ditemui di daerah Trusmi, di antaranya situs petilasan Mbah Buyut Trusmi dan Ki Gede Trusmi. Situs Mbah Buyut Trusmi dan makam Ki Gedeng Trusmi hingga kini masih terawat dengan baik. Bahkan setiap tahun dilakukan upacara yang cukup khidmat, yaitu upacara Ganti Welit (atau rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun sekali.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Versi yang berbeda ditemukan dalam Muhaimin (2001). Dalam disertasinya yang dibukukan itu, dijelaskan bahwa orang yang tinggal pertama di daerah Trusmi adalah Ki Gede Bambangan. Ketika beliau sedang membersihkan<span> </span>tanaman, beliau mendengar ucapan salam misterius, “Asalamualaikum.” Namun tak ada seorangpun di sana. Bersamaan dengan ucapan salam tersebut,<span> </span>tanaman liar yang sedang dibersihkannya tersebut tumbuh bersemi kembali. Tidak lama kemudian, muncullah Pangeran Walangsungsang Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati dengan mengucap salam persis seperti yang ia dengar sebelumnya. Kemudian Ki Gede Bambangan masuk Islam.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Dari ke empat sumber di atas, Naskah Mertasinga dan Naskah Carios Ki Gedeng Trusmi merupakan bukti sekunder dalam sejarah, karena tidak ditulis sezaman dengan isi naskah tersebut. Secara logika, tidaklah mungkin Bung Cikal berasal dari titis Sunan Gunung Jati. Di sini mulai didapat titik terang, yaitu antara Ki Gedeng<span> </span>Trusmi dan Ki Gede Trusmi adalah orang yang berbeda. Keturunan <i>kemit </i>sekarang bukanlah keturunan Bung Cikal melainkan keturunan Ki Gede Trusmi. Kemungkinan Bung Cikal menuntut hak waris Pangeran Cakrabuana, yang sebelum Sunan Gunung Jati bertahta, beliau menjadi penguasa Cirebon. Inilah yang dimaksud dari sejarah <i>peteng</i>. Sejarah sebenarnya dalam Keraton Cirebon yang tidak diceritakan karena hal ini di kemudian hari dapat menjadi percikan yang memyebabkan, perpecahan perebutan warisan dan tahta kepemimpinan. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt;"><b><span lang="IN">Dari narasi-narasi naskah dan bukti yang ada di atas, dapat dilihat bahwa<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Trusmi pada saat itu merupakan bagian dari Keraton Cirebon, dimana para penggedenya masih kerabat keluarga Keraton Cirebon.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Mbah Buyut Trusmi, Ki Gedeng Trusmi, dan Ki Gede Trusmi (Pangeran Trusmi) adalah orang yang berbeda. Pangeran Trusmi meninggal ketika masih remaja, sehingga tidak mungkin pengelola situs Mbah Buyut Trusmi adalah keturunan Ki Gedeng Trusmi (Pangeran Trusmi yang nota bene adalah keturunan Pangeran Walangsungsang Cakrabuana). Yang masih mungkin adalah keturunan Ki Gede Trusmi dari jalur yang lain.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 63pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Batik Keraton Cirebon telah berkembang lebih dahulu dibandingkan Trusmi. Karena Sunan Gunung Jati pada waktu pelantikannya telah memakai batik.<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Situs Trusmi terdiri atas dua areal yang dipisahkan oleh ruang kecil dari pintu masuk bagian barat, menuju pintu masuk bagian timur. Areal pertama berada di sebelah selatan, yang terdiri atas masjid dan paviliunnya, sedangkan areal kedua berada di sebelah utara, yaitu makam Ki Gede Trusmi dan Pangeran Trusmi. Kedua areal tersebut dikelilingi oleh tembok batu-batu kuno setinggi 2 meter yang disusun tanpa semen.<o:p></o:p></span></b></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 0in 5.4pt; width: 213.2pt;" valign="top" width="284"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75"
coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe"
filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"/> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/> <v:f eqn="sum @0 1 0"/> <v:f eqn="sum 0 0 @1"/> <v:f eqn="prod @2 1 2"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @0 0 1"/> <v:f eqn="prod @6 1 2"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="sum @8 21600 0"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @10 21600 0"/> </v:formulas> <v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/> <o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1028" type="#_x0000_t75" style='width:201.75pt;
height:150.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image001.jpg"
o:title="DSCF4003"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="201" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image002.jpg" v:shapes="_x0000_i1028" width="269" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 19.<span> </span>Situs Trusmi<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="padding: 0in 5.4pt; width: 213.2pt;" valign="top" width="284"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1029"
type="#_x0000_t75" style='width:201.75pt;height:151.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image003.jpg"
o:title="witana"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="202" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image004.jpg" v:shapes="_x0000_i1029" width="269" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 20. Witana<o:p></o:p></span></b></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Bangunan tertua yang didirikan oleh Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana) disebut <i>Witana</i>, bandingkan dengan kata Witana dalam bahasa Jawa Kuna, adalah singkatan dari ‘<i>wiwit ana</i>’ yang berarti ‘yang pertama ada (dibangun)’. <i>Witana</i> oleh Walangsungsang dipakai untuk beristirahat dan mengajarkan ajaran Islam. Bangunan tersebut terletak dekat <i>Pekulahan, </i>kolam tempat mandi dan berwudlu yang airnya berasal dari sungai di dekat situ. Di sebelah <i>witana</i> berdiri masjid, salah satu bangunan utama kramat, meskipun sering direnovasi, masih tetap terlihat keantikannya karena struktur bangunan, atap kayu (<i>sirap</i>), tiang-tiang, <i>memolo</i> (kubah), mimbar dan kendi-kendi air (<i>padasan</i>) untuk berwudlu dipertahankan sebagaimana aslinya.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Bagian makam terdiri atas <i>pendopo</i> (ruangan penerimaan tamu), pekuncen (pondok juru kunci), dua <i>jinem, </i>bandingkan dengan kata Jinem dalam bahasa Jawa Kuna, (singkatan dari si-ji kang ne-nem, ‘satu mengandung enam’) di barat dan timur, untuk pemondokan para peziarah yang bermalam, sebuah ruangan penyimpanan 17 macam batu, ruang ganti pakaian juru kunci, paseban (ruangan peziarah), dan gedongan (bangunan batu) tempat makam Ki Buyut Trusmi dan Pangeran Trusmi. Semuanya adalah tanggung jawab 9 kelompok penjaga yang disebut kuncen. Mereka dipimpin oleh seorang sep (kepala juru kunci) yang direkrut dengan cara yang sama seperti pemilihan kepala desa. Sep yang sekarang adalah generasi ke-15 sejak Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana).<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Sep dibantu oleh empat juru kunci dan empat kyai, para pembantu kunci, yang merupakan keturunan kuncen terdahulu. Jumlah sembilan penjaga ini, menurut Ki Turdjani, seorang kunci di Trusmi, bermakna ganda. Makna pertama adalah pekerjaan sembilan wali, penyebar Islam di Jawa, dan yang kedua adalah sembilan penyebar Islam di dunia, yakni Nabi, empat Khalifah pengganti Nabi (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) dan empat imam mazhab syariat (Hanafi, Maliki, Hambali, dan Syafi’i).<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Bangunan fisik dan tradisi di Trusmi membawa pesan-pesan simbolis yang menekankan arti agama Islam sebagai agama yang rukun dan damai. Panjang keseluruhan tembok adalah 60 depa. Jumlah ini adalah perlambang jumlah nabi-nabi, 25 diantaranya adalah para rasul, dengan Nabi Muhammad sebagai rasul yang terakhir. Gagasan 25 pembawa wahyu dan nabi terakhir ditandai pada perayaan tradisional Maulid (muludan) di Trusmi, yang dilaksanakan setiap tanggal 25 bulan Mulud. Penggunaan depa (jangkauan dua tangan yang diluruskan, kira-kira sepanjang 1,75 m.) merefleksikan bahwa setiap nabi memimpin umat manusia menuju jalan yang lurus (sirat al-mustaqim), jalan satu-satunya yang membaawa manusia hidup selamat di dunia dan akhirat. Di seluruh tembok kompleks juga terdapat 60 kubah batu (candi laras), yang melambangkan bahwa risalah yang dibawa 60 nabi adalah guna menuju hidup yang harmonis antar sesama manusia dan alam.<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1025"
type="#_x0000_t75" style='width:175.5pt;height:234.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image005.jpg"
o:title="DSCF4014"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="313" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image006.jpg" v:shapes="_x0000_i1025" width="234" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 21.<span> </span>Pintu makam Mbah Buyut Trusmi<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Pintu masuk makam Mbah Buyut Trusmi, terdapat gapura yang punya arti ampunan, yang bermaksud bahwa tujuan utama dari orang-orang yang mengunjungi tempat tersebut ialah untuk memohon ampunan Tuhan, baik untuk orang lain yang masih hidup dan yang telah meninggal maupun diri sendiri. Pintu masuk sebelah timur yang menuju masjid, terdapat di dalamnya sebuah <i>tabir</i> dalam bentuk tembok yang berukuran tinggi 2 meter dan lebar 2 meter. Hal ini menandakan, jika seseorang ingin melakukan ibadah (shalat berjamaah di masjid), orang tersebut harus memiliki keputusan yang teguh dan rendah hati, yaitu hanya untuk Allah semata, bukan untuk orang lain. Pintu masuk sebelah barat yang menuju ke pendopo juga mempunyai maksud dan arti yang sama seperti penjelasan yang di atas, dengan tujuan untuk menjumpai orang-orang dan pekuncen (tempat juru kunci) untuk berziarah, sedekah atau untuk berhubungan dengan orang banyak, baik yang sudah mati ataupun yang masih hidup.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Menurut Ki Turjani, yang terpenting dari hal-hal yang di atas adalah adanya landasan kuat untuk menarik kesimpulan dari sekian banyak amsal bahwa Islam adalah agama yang damai, seperti yang diperkenalkan oleh para wali dengan cara yang damai dan halus, dengan menggunakan pendekatan berangsur-angsur, persuasi, dan cara-cara yang patut dicontoh. Dalam hal ini, aspek-aspek Islam sebagai agama damai dan selaras sangat ditekankan. Pada akhirnya, penggunaan kiasan dan cerita-cerita dongeng sebagai representasi simbolik sesuai dengan kondisi yang ada dan pandangan tentang dunia dan tradisi, merupakan ciri utama.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="Picture_x0020_1" o:spid="_x0000_i1030" type="#_x0000_t75" alt="C:\Users\YOGA A N\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\DSCF4067.jpg"
style='width:327.75pt;height:202.5pt;visibility:visible'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image007.jpg"
o:title="DSCF4067"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img alt="C:\Users\YOGA A N\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\DSCF4067.jpg" height="270" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image008.jpg" v:shapes="Picture_x0020_1" width="437" /><!--[endif]--></span><span lang="IN"><span> </span><span> </span><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Gambar 22. Denah makam Mbah Buyut Trusmi<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Keterangan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Gerbang barat<span> </span><span> </span>12. Kuta hijab<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Kuta hijab<span> </span><span> </span><span> </span>13. Pekulahan<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Pendopo<span> </span><span> </span><span> </span>14. Witana<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Pakemitan<span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>15. Pewadonan<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Jinem Kulon<span> </span><span> </span><span> </span>16. Ruang istirahat untuk wanita<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Batu-batuan (Watu Pendadaran) <span> </span><span> </span>17. Masjid<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Ruang pakaian<span> </span><span> </span><span> </span>18. Jembatan<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Paseban<span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>19. Sungai<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Makam Mbah Buyut Trusmi<span> </span><span> </span>20. Perkampungan <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Jinem Wetan<span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>21. Jalan <o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><b><span lang="IN"><span>11.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN">Gerbang Timur<span> </span><span> </span><span> </span>22. Kantor Desa<o:p></o:p></span></b><!--[endif]--></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Para perajin batik di Trusmi pada awalnya merupakan sekelompok orang<span> </span>yang mendalami ilmu tarikat dan tergabung dalam sebuah wadah tarikat Naqsabandiah wal Qodiriah yang dipimpin oleh Panembahan Trusmi. Wadah tarikat di sini mungkin saja berasal dari pesantren yang dulu didirikan oleh Pangeran Cakrabuana. Para perajin Trusmi dan Kalitengah pada saat itu didominasi oleh kaum pria, sehingga pekerjaan membatik dilakukan sebagai ibadah. Kemudian mereka berinisiatif melakukan usaha bisnis yang bersifat ekonomis dan bernilai agama sembari berdakwah.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Kegiatan membatik di Trusmi dan di keraton mengalami pasang surut. Terlebih ketika pada abad ke- 18 Cirebon mengalami berbagai macam masalah seperti kelaparan, wabah, kerusuhan sosial, dan emigrasi masal (Siddique,1977). Pada tahun 1943, di Cirebon terjadi kelaparan yang sangat serius karena Cirebon yang tadinya produsen dan pengekspor beras dipaksa menanam kopi, gula, tarum, teh, dan cengkeh oleh Jepang, yang saat itu menjajah Indonesia. Sehingga jangankan untuk membeli bahan sandang, untuk makan pun masyarakat mengalami masa susah.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Pembuatan batik Cirebon dilakukan oleh para perajin pada periode akhir hingga sekarang, dilakukan oleh orang yang sama, yaitu pembatik di desa Trusmi, sebuah desa di wilayah Kabupaten Cirebon, yang berjarak hanya beberapa kilometer saja dari Kota Cirebon. Desa tersebut sebagian besar penduduknya mengerjakan kerajinan batik. Tempat ini sekarang menjadi pusat industri kerajinan batik, baik tulis maupun cap. Seiring berjalanya waktu, para pembatik di keraton mulai memudar. Tetapi kegiatan membatik di daerah Trusmi berkembang kian pesat.<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" style='width:171.75pt;height:204pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image009.jpg"
o:title="sesepuh trusmi"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="272" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image010.jpg" v:shapes="_x0000_i1026" width="229" /><!--[endif]--></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar </span><span lang="IN">23</span><span lang="EN-GB">.<span> </span>Sesepuh Trusmi</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Di sana industri batik berkembang dengan pesat karena sebagian besar pengusaha menganggap usaha batik merupakan usaha bisnis murni. <i>Business is business</i>, sehingga persaingan usaha batik di sana sangatlah keras. Mungkin inilah yang menyebabkan para perajin Trusmi lupa, bahwa mereka, menurut Kartani (2008), sudah tercabut dari akar rumputnya yaitu tarikat. Bahkan banyak perajin dan pengusaha tidak mengerti makna filosofis yang terkandung dalam batik itu sendiri.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Kondisi persaingan batik yang ketatlah yang menjadikan usaha batik berkembang pesat terutama batik pesisiran yang banyak diminati oleh pasar. Usaha baitik menjadi <i>business minded.</i> Sedangkan pemesan Batik Keraton Cirebon hanyalah kalangan keraton, seniman, dan kolektor. Namun demikian motif batik keraton yang berkembang di Cirebon </span><span lang="EN-GB">tetap berakar dari keraton-keraton<span> </span>Cirebon.</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="ES-TRAD">Masa keemasan Batik Trusmi terjadi sekitar tahun 1950-1968. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah sekolah<span> </span>dari tingkat SD hingga SMA dan Koperasi Batik Budi Tresna yang sanggup membangun Gedung Koperasi yang sangat megah. Bangunan koperasi itu kini menjadi Museum Batik di daerah Trusmi. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="EN-GB">Batik yang sekarang berkembang di</span><span lang="EN-GB"> </span><span lang="EN-GB">daerah Trusmi sudah beraneka ragam. Bahkan beberapa galeri tidak hanya membuat batik <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Cirebon</st1:city></st1:place> tetapi batik dari daerah lain. Hal tersebut dipicu oleh faktor pangsa pasar yang ada. Produsen batik membuat batik berdasarkan permintaan konsumen di pasaran. </span><span lang="IN"><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1031" type="#_x0000_t75" style='width:287.25pt;height:215.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image011.jpg"
o:title="pengurus koperasi"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="287" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image012.jpg" v:shapes="_x0000_i1031" width="383" /><!--[endif]--></span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="ES-TRAD">Gambar<span> </span></span><span lang="IN">24</span><span lang="ES-TRAD">.<span> </span>Pengurus Koperasi Batik di Trusmi</span><span lang="IN"> tahun 1927. Baris atas nomor 2 dari kiri Madsimo, nomor 4 dari kiri Bapak Kadimini, dan nomor 5 dari kiri Sad Fis. Baris bawah nomor 2 (tengah-tengah) adalah Madciri Narkadi.<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Menurut penuturan Elang Sugiarto, nenek buyutnya yang bernama Pangeran Parta<span> </span>Kusuma dan istrinya Ratu Dewi Saputri, pada tahun 1899 M telah membeli sebidang tanah dan rumah yang terletak di Jalan Pulasaren, seharga 1500 gulden dari H. Ahmad Sodik dan istrinya Hj. Saodah. Rumah H. Ahmad Sodik dan Hj. Saodah tersebut merupakan salah satu pusat tempat pembatikan di Kota Cirebon yang terletak di Jalan Pulasaren, sebelah barat Keraton Kacirebonan Kota Cirebon. Pada masa-masa tersebut, banyak penduduk sekitar yang menjadi perajin batik di bawah pimpinan <span> </span>H. Ahmad Sodik dan Hj. Saodah.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn6" name="_ednref6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Menurut Drs. Rafan Hasim, mahasiswa S2 Filologi Universitas Padjadjaran Bandung, ada saran dari Keraton Kaprabonan kepadanya untuk <i>nyalar</i> (bertamu) kepada Pangeran H. Adimulya, putra dari Insan Kamil, yang tinggal di Pegajahan dan merupakan sesepuh keturunan Keraton Kaprabonan. Pangeran H. Adimulya menjelaskan bahwa pengertian <i>mega mendung</i> bukan dari Tiongkok, akan tetapi ciptaan Pangeran Walangsungsang Cakrabuana sebelum kedatangan Putri Ong Tin dari Cina. Ketika Pangeran Walangsungsang Cakrabuana yang dikenal dengan Mbah Kuwu Cirebon (pendiri Cirebon) hendak berwudhu di sebuah telaga, beliau melihat bayangan <i>mega mendung</i> di danau tersebut. Bayangan <i>mega mendung</i> tersebut selalu bergerak tanpa henti, namun pada pusat <i>mega mendung</i> itu terdapat pusat pemberhentian yaitu <i>klungsu,</i> yang kalau interpretasi sekarang adalah mirip dengan koma, bukan titik. <i>Klungsu</i> adalah nama dari biji buah asem. Nama lain <i>Klungsu</i> adalah <i>lungsi</i>, <i>Lungse</i> adalah <i>balungane</i> yaitu kerangka atau skeleton, maka arti simbolisnya adalah ibadah harus terus-menerus atau tidak boleh terputus supaya tidak <i>kelungse. </i>Apabila <i>lungse</i> tidak dilanjutkan, maka pewarnaan unsur <i>mega mendung</i> maupun <i>wadasan</i>, baik pada batik maupun lukis kaca, akan gagal. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Menurut para sesepuh Keraton Kanoman dan Kasepuhan, cikal bakal motif <i>mega mendung</i> adalah <i>kelungsu. Kelungsu</i> adalah biji buah asem yang bentuk dasarnya mirip dengan bentuk awan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn7" name="_ednref7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Di Desa Pejambon, Cirebon, pernah ditemukan arca gajah megalitik. Bentuk arca gajah itu digambarkan sangat sederhana dalam posisi duduk, kaki belakang berlipat. Belalai menjulat ke depan, sementara kaki depan tidak nampak. Arca seperti ini merupakan media pemujaan dari masa megalitik yang berlanjut ke masa Hindu.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Menurut E. Moh. Raharja, yang<span> </span>menjabat sebagai pemandu Keraton Kanoman, (ditemui pada tgl 16 Oktober 08) batik Cirebon berasal dari kata <i>jempana (jem-jem ing prana)</i> yang mempunyai arti “setia di hati.” Kereta jempana tersebut mudah ditiru dan diinspirasikan dengan beragam motif dan variasi <i>wadasan</i> dan <i>mega mendung </i>yang mudah diambil sebagai motif batik, pada abad 15 (1428 M / 1350 Syaka) pada zaman keemasan Sunan Gunung Jati Cirebon. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Di samping kereta <i>jempana,</i> <i>paksi naga liman</i> juga sebagai dasar motif pada zaman keemasan Sunan Gunung Jati. Di dalam <i>paksi naga liman</i> termuat motif dasar motif <i>paksi,</i> motif <i>naga,</i> dan motif <i>liman.</i> Motif <i>paksi</i> artinya motif burung garuda melambangkan simbol budaya Islam, di samping sebagai kekuatan udara. Motif naga artinya motif ular naga (naga raja) merupakan simbol budaya Cina, di samping sebagai lambang kekuatan laut. Motif <i>liman</i> artinya motif gajah sebagai simbol budaya Hindu di samping lambang kekuatan darat. Jadi intinya, sumber utama motif batik Cirebon berasal dari <i>jempana </i>dan <i>paksi naga liman.</i> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Selain motif-motif yang telah disebutkan di atas, ada beberapa motif yang sangat khusus dipakai oleh para sultan dan keluarga pada acara-acara tertentu seperti upacara penobatan, pertemuan para raja-raj, <i>upacara panjang jimat</i>, <i>grebeg agung,</i> dan <i>grebeg sawal</i>. Motif-motif itu adalah;<o:p></o:p></span></b></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Beskap Ageng Sultan Kanoman<o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Beskap Ageng ini merupakan baju kebesaran sultan yang dipakai ketika upacara penobatan dan pertemuan raja-raja. <i>Lancar</i> <i>dhodotan,</i> dominasi warna hitam dan emas sebagai lambang keagungan, kemakmuran, lestari dan pengayoman, sementara motif batik yang dipakai adalah <i>delimaan.</i> <o:p></o:p></span></b></div><ol start="2" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Dhodot Sunan Ageng<o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Busana ritus yang dipakai oleh sultan dan <i>pangeran patih</i> ketika memimpin upacara ritual adat, contohnya memimpin upacara <i>panjang jimat,</i> <i>grebeg agung </i>sebagai penutup kepala menggunakan destar Mustaka Sunan dengan jubah warna kuning emas, pelambang keagungan, beskap putih, dan kain <i>lancar </i>motif <i>kangkungan.</i> <o:p></o:p></span></b></div><ol start="3" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Beskap Pangeran<o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><b><span lang="IN">Beskap ini dipakai oleh bangsawan Kesultanan Kanoman ketika mengikuti upacara adat yang dilaksanakan pada siang hari. Motif yang dipakai kain <i>lancar</i> yang digunakan lebih sering menggunakan <i>naga semirang.</i><o:p></o:p></span></b></div><ol start="4" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Batik lain-lainnya, seperti batik <i>pandan</i>, batik <i>kembang</i> <i>wijaya kusuma</i>.<o:p></o:p></span></b></li>
</ol><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" style='width:107.25pt;height:132.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image013.jpg"
o:title="DSCF3442"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="177" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image014.jpg" v:shapes="_x0000_i1027" width="143" /><!--[endif]--></span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 25. Sanira, salah seorang penjual dan penghubung batik Trusmi dengan pihak keraton, yang merupakan gejala Trusmi.<o:p></o:p></span></b></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Muhaimin AG, <i>Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon</i> (Jakarta: Logos, 2002), hlm. 265.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn2"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Alih bahasa oleh Aman<span> </span>N. Wahyu, 2007.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn3"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Generasi ke-10 yaitu Ki Thalhah, seorang mursyid terkemuka aliran Qadariyah wan Naqsabandiyah di Jawa Barat dan<span> </span>murid Syekh Khatib Sambas, seorang Jawa yang tinggal di Mekah, dan pendiri aliran ini. Mursyid adalah seorang pemimpin yang mempunyai kekuasaan untuk menandakan bagi penganut baru tarekat (ajaran Sufi). Khatib Sambas adalah seorang sarjana Indonesia abad 19 yang terkenal di Mekah, yang lahir di Kalimantan. Ia diakui sebagai orang yang menggabungkan ajaran-ajaran Qadariyah dan Naqsabandiyah menjadi satu ajaran yaitu Qadariyah wan Naqsabandiyah. Aliran ini mungkin telah memiliki benteng yang kuat di Trusmi dan Astana. Lihat,<span> </span>Muhaimin AG, <i>Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon</i>, hlm. 268-269.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn4"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 269-272.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn5"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Pangeran Insan Kamil bertempat tinggal di jalan Pegajahan menikah dengan Ratu Mayawati. Pangeran Insan Kamil adalah seorang kaum ningrat Cirebon keturunan dari Keraton Kaprabonan. Beliau mempunyai murid tarekat yang berasal dari Desa Trusmi dan sekitarnya antara lain: Madmil, Kibol dan Kadmini. Para murid dan rekan-rekan lainnya membentuk suatu kegiatan bisnis bersama yaitu membuet batik. Motif-motif yang dibuat adalah motif batik keratonan sesuai dengan pesanan dari Pangeran Insan Kamil maupun istrinya, Ratu Mayawati. Selain motif keratonan mereka pun berkreasi menciptakan motif sendiri, karena mayoritas pembuat batik adalah para pengikut tarekat yang kebanyakan laki-laki, maka motif batik yang dibuat lebih bersifat maskulin/ kelaki-lakian (bersifat pria), dimana jarang terdapat unsur batik yang bermotif atau bergambar bunga. Dari nama murid atau tokoh pembuat batik di atas, Mang Kibol adalah paman dari Sanira<span> </span>(wawancara dengan Yuniko).<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn6"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref6" name="_edn6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Wawancara dengan Elang Sugiarto dan diperkuat kakaknya, Elang Muhammad Hilman, S. Arsiparis, pada tanggal 15 Agustus 2008. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn7"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref7" name="_edn7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Wawancara dengan H. Supriatna.<o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-34941099531384692982012-01-03T05:28:00.000-08:002012-01-03T05:28:42.889-08:00Awal Mula Kerajaan Cirebon<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_editdata.mso" rel="Edit-Time-Data"></link><!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><b><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype></b><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-link:" Char Char2";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.CharChar2
{mso-style-name:" Char Char2";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
font-family:"MS Mincho";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;
mso-bidi-language:AR-SA;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Di Nagari Singapura, tetangga Nagari Surantaka, diadakan sayembara untuk mencari jodoh bagi putri Ki Gedeng Tapa, Mangkubumi Singapura, dan ternyata Raden Pamanah Rasalah yang memenangkan sayembara tersebut, sehingga ia menikahi sang putri yang bernama Nyai Subang Larang. Dari perkawinan ini dilahirkan tiga orang anak, yaitu Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang, dan Raja Sangara. Setelah ibunya meninggal, Raden Walangsungsang keluar dan meninggalkan lingkungan keraton, disusul kemudian oleh adiknya Nyai Lara Santang. Keduanya tinggal di rumah pendeta Budha, Ki Gedeng Danuwarsih, yang memilki seseorang putri yang bernama Nyai Indang Geulis. Raden Walangsungsang kemudian menikahi putri pendeta itu, kemudian mereka pergi berguru agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurul Jati yang berasal dari Mekah. Setelah mereka berguru beberapa tahun lamanya, dan dianggap selesai dalam pelajaran dasar agama Islam, Raden Walangsungsang dianjurkan untuk mendirikan pedukuhan di Kebon Pesisir. Pada waktu itu disebut juga Tegal Alang-alang, tepatnya berlokasi di Lemahwungkuk. Raden Walangsungsang oleh gurunya diberi nama Ki Samadullah, dan kelak sepulang dari tanah suci diganti namanya menjadi Haji Abdullah Iman.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Raden Walangsungsang berhasil menarik para pendatang. Daerah Tegal Alang-alang berkembang dan banyak didatangi oleh orang-orang Sunda, Jawa, Arab, dan Cina, sehingga disebutlah daerah ini “Caruban” artinya campuran. Di tempat ini bukan hanya berbagai etnik bercampur, agama juga bercampur. Raden Walangsungsang kemudian dipilih oleh masyarakat sebagai “pangraksabumi” yaitu pejabat yang mengurus pertanian dan perikanan, sehingga ia diberi gelar Ki Cakrabumi dan Ki Gedeng Danusela yang beragama Budha sebagai “kuwu”. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Raden Walangsungsang pergi ke Tanah Suci bersama adiknya, Nyai Lara Santang (di Tanah Suci berganti nama menjadi Syarifah Mudaim), karena Nyai Indang Geulis sedang hamil tua. Di Tanah Suci ini, Nyai Lara Santang dipersunting oleh Maulana Sultan Muhammad keturunan Bani Hasyim, dan mempunyai keturunan bernama Syarif Hidayatullah dan Nurullah.<span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Setelah pernikahan adiknya, Raden Walangsungsang memutuskan kembali ke Jawa untuk bersyiar dan mengembangkan agama Islam di tanah leluhurnya. Setibanya di tanah air, ia mendirikan Masjid Jalagrahan dan membuat rumah besar yang nantinya menjadi Keraton Pakungwati. Setelah Ki Danusela meninggal, Raden Walangsungsang diangkat menjadi Kuwu Caruban II dengan gelar Pangeran Cakrabuana.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pakuwuan Caruban kemudian menjadi Nagari Caruban Larang, selanjutnya Pangeran Cakrabuana mendapat gelar sebagai Sri Mangana yang diberikan dari ayahnya, Prabu Siliwangi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Menurut <i>oral history,</i> Pangeran Cakrabuana membuat umbul-umbul pertama di Cirebon, berdasarkan ilham dari bendera Majapahit, yaitu “gula kelapa”, bendera merah putih yang menjadi bendera Kerajaan Demak Bintoro, umbul-umbul ini masih terdapat di <i>pedaleman</i> Keraton Kasepuhan, yang kondisinya sudah rapuh. Umbul-umbul ini berwarna hijau, berisikan dua kalimat syahadat dan umbul-umbul ini juga merupakan kebesaran yang pertama dibuat di Cirebon, yang mencerminkan kebangsaan dari Cirebon. Pangeran Cakrabuana juga membuat dan membatik bendera Cirebon, yang di dalamnya terdapat ragam hias tiga Sing Barwang, Golok Cabang, bacaan Basmalah, al-Quran Surat al-Ikhlas dan al-Anam ayat 103 Seta Bintang. Menurut Negara Kretabhumi, bendera ini kemudian diberikan ke Mangkunegaran. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sementara itu, Syarif Hidayatullah, keponakan Pangeran Cakrabuana yang dibesarkan di negara ayahnya dan berusia dua puluh tahun, pergi berguru kepada ulama di Mekah dan Baghdad selama beberapa tahun. Setelah itu ia kembali ke negara ayahnya, dan diminta untuk menggantikan posisi ayahnya yang sudah meninggal. Tetapi ia memilih untuk pergi ke Pulau Jawa untuk menyebarkan Islam bersama uwaknya. <span> </span>Posisi tersebut diganti oleh adiknya, Nurullah.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sebelum tiba di Jawa, Syarif Hidayatullah singgah dulu di beberapa tempat selama beberapa waktu, kemudian setelah sampai di Jawa beliau bertemu dengan Sunan Ampel dan ikut ke Jawa Timur untuk memperdalam syiar Islam dari Sunan Ampel. Dengan persetujuan Sunan Ampel dan para wali lainnya, Syarif Hidayatullah diminta untuk menyebarkan agama Islam di tanah Sunda dan bergabung dengan uwaknya, Pangeran Cakrabuana. Setibanya di Caruban, ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi yang telah meninggal dunia, kemudian ia digelari Syekh Maulana Jati atau Syekh Jati.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Syekh Jati menikah dengan Nyai Babadan, putri Ki Gedeng Babadan, tetapi tidak lama kemudian istrinya meninggal dunia karena sakit. Syekh Jati kemudian menikah lagi dengan putri Pangeran Cakrabuana, Dewi Pakungwati, yang masih sepupu sendiri. Syekh Jati kemudian mengembangkan Islam di Banten dan bertemu dengan Bupati Kawunganten (keturunan Pajajaran). Beliau sangat tertarik pada hal-hal yang diajarkan oleh Syek Jati itu, sehingga ia masuk Islam dan memberikan adiknya untuk diperistri. Dari pernikahan dengan Nyai Kawunganten, lahirlah seorang putra yang bernama Pangeran Sabakingking yang dikenal dengan nama Maulana Hasanuddin yang kelak meneruskan perjalanan ayahnya (Syekh Jati) di Banten. Sementara itu, Pangeran Cakrabuana meminta Syekh Jati untuk kembali ke Caruban untuk menggantikan kedudukannya dan dinobatkan oleh uwaknya sebagai kepala Nagari Caruban dengan diberi gelar Susuhunan Jati, yang kemudian dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Pada tahun 1479 M inilah, Caruban Larang mulai dikembangkan sebagai pusat sebuah kasultanan di Cirebon atau kerajaan Islam di daerah Sunda Pesisir, dan Keraton Pakungwati dijadikan pusat pemerintahannya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pada tahun 1481, Susuhunan Jati menikah dengan Ong Tien seorang putri Cina. Tidak lama kemudian, pada tahun 1485 istrinya meninggal dunia, dan setelah itu beliau menetap di kedaton Pakungwati.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75"
coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe"
filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"/> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/> <v:f eqn="sum @0 1 0"/> <v:f eqn="sum 0 0 @1"/> <v:f eqn="prod @2 1 2"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @0 0 1"/> <v:f eqn="prod @6 1 2"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/> <v:f eqn="sum @8 21600 0"/> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/> <v:f eqn="sum @10 21600 0"/> </v:formulas> <v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/> <o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style='width:311.25pt;
height:233.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image001.jpg"
o:title="DSCF4070"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="311" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image002.jpg" v:shapes="_x0000_i1025" width="415" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 1. Masjid Agung Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Masjid Agung Cirebon, yang sekarang terletak di sebelah utara alun-alun Kasepuhan, bernama Ciptarasa, merupakan hasil kerja orang Demak dan Cirebon. Konon pekerjanya berjumlah 500 orang dipimpin oleh Raden Sepet atau Raden Sepat, yang sebagaimana juga pembangunan masjid Demak, di bawah pengawasan para wali yang diketuai oleh Sunan Kalijaga.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn6" name="_ednref6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Menurut Pangeran Sulaeman Sulendraningrat, tahun pembangunannya memakai Candra Sangkala, yang berbunyi: <i>mungal </i>(1) <i>mangil </i>(1) <i>mungup</i> (4) <i>duwe ning asu</i> (1), yaitu tahun 1141 Saka/ 1489 M.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn7" name="_ednref7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Setelah Sunan Ampel wafat, pusat pensyiaran para Wali Sembilan bersumber di Cirebon. Menurut tradisi, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi <i>wadana </i>para wali dan Cirebon disebut <i>puser bumi</i>, sebagai pusat penyiaran agama Islam untuk wilayah sebelah barat. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Pada tahun 1568, Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah) wafat. ia digantikan oleh cucunya, Panembahan Ratu. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu, perhatian lebih diarahkan kepada penguatan kehidupan keagamaan, seperti yang dijalankan oleh kakeknya (Sunan Gunung Jati). Sultan lebih banyak bertindak sebagai ulama daripada <i>umaro</i>. Bidang agama lebih dipentingkan daripada persoalan politik dan ekonomi. Kedudukannya selaku ulama, merupakan salah satu alasan yang menyebabkan Sultan Mataram segan untuk memasukkan Cirebon sebagai daerah taklukan. VOC mencoba mendekati Panembahan Ratu, tetapi tidak berhasil, tetapi Mataram malah mempererat hubungan dengan Cirebon dengan perkawinan politis antara putra Panembahan Ratu dengan putri Kerajaan Mataram. Perkawinan politis juga dilakukan oleh cucu ke dua belah pihak, yaitu antara Panembahan Girilaya dengan putri Sunan Amangkurat I (cucu Sultan Agung). <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Ketika Panembahan Ratu wafat pada tahun 1649, dalam usia yang sangat tua, yaitu 102 tahun, ia digantikan oleh cucunya, Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II, karena anaknya, Pangeran Seda ing Gayam telah wafat lebih dahulu. Dari pernikahannya dengan putri Sunan Tegalwangi, Panembahan Girilaya memilki tiga orang anak, yaitu Pangeran Martawijaya, Pangeran Kertawijaya, dan Pangeran Wangsakerta. Sementara itu, Sunan Amangkurat I, anak Sultan Agung, berbeda sikap terhadap Kerajaan Cirebon. Semasa Panembahan Ratu I masih hidup, Cirebon sangat disegani dan masih dihormatinya, meskipun pada akhirnya Amangkurat I berubah pikiran. Sikapnya yang berubah itu semakin jelas, ketika Panembahan Girilaya dengan kedua putranya, Martawijaya dan Kertawijaya, diharuskan tinggal di Mataram. Bahkan akhirnya, Panembahan Girilaya meninggal di Mataram pada tahun 1667.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn8" name="_ednref8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Pada masa inilah Kerajaan Cirebon mulai mengalami perpecahan di antara sesama saudara karena memperebutkan kedudukan, yang juga sebagai imbas dari permainan politik Kerajaan Mataram, Banten, dan VOC. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Setelah Panembahan Girilaya wafat, Kasultanan Cirebon terbagi tiga yaitu: pertama, Kasultanan Kasepuhan, yang dirajai oleh Pangeran Martawijaya dengan gelar Sultan Raja Syamsuddin dan dikenal juga sebagai Sultan Sepuh I. Kedua, Kasultanan Kanoman, yang dirajai oleh Pangeran Kertawijaya dengan gelar Sultan Muhammad Badriddin yang dikenal juga sebagai Sultan Anom I, dan yang ketiga, Panembahan Cerbon yang dikepalai oleh Pangeran Wangsakerta atau dikenal dengan Panembahan Cirebon I. <o:p></o:p></span></b></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr style="height: 202pt;"> <td style="height: 202pt; padding: 0in 5.4pt; width: 212.1pt;" valign="top" width="283"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="Picture_x0020_1" o:spid="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" alt="D:\FILE LALA\katura\litetatur\DSCF1430.JPG"
style='width:240.75pt;height:180pt;visibility:visible'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image003.jpg"
o:title="DSCF1430"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img alt="D:\FILE LALA\katura\litetatur\DSCF1430.JPG" height="240" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image004.jpg" v:shapes="Picture_x0020_1" width="321" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar<span> </span></span><span lang="IN">2</span><span lang="EN-GB">.<span> </span>Keraton Kasepuhan<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="height: 202pt; padding: 0in 5.4pt; width: 214.3pt;" valign="top" width="286"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" style='width:243pt;height:181.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image005.jpg"
o:title="DSCF1943"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="242" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image006.jpg" v:shapes="_x0000_i1027" width="324" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar<span> </span></span><span lang="IN">3</span><span lang="EN-GB">.<span> </span>Keraton Kanoman</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Sultan Sepuh I memiliki dua putra, yaitu Pangeran Dipati Anom dan Pangeran Aria Cerbon. Ketika Sultan Sepuh I meninggal dunia pada tahun 1697, Kasultanan Kasepuhan dibagi menjadi dua yaitu Kasepuhan dengan sultannya Pangeran Dipati Anom dan Kacirebonan dengan dipimpin Pangeran Aria Cerbon. Pembagian ini terjadi akibat kedua putra Sultan Sepuh I sama-sama ingin mendapatkan jabatan menjadi sultan di Kasepuhan. Sejak tahun 1699 di Cirebon terdapat empat keraton, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Panembahan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn9" name="_ednref9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ix]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sultan Anom I mempunyai tiga istri. Istri yang pertama (permaisuri) tidak mempunyai keturunan, sedangkan istri yang kedua, Ratu Sultan Panengah mempunyai keturunan yang pertama bernama Pangeran Raja Adipati Kaprabon<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn10" name="_ednref10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[x]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> dan kedua Ratu Raja Kencana. Istri yang ketiga, Nyai Mas Ibu mempunyai putra yang bernama Pangeran Manduraredja. <o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1028"
type="#_x0000_t75" style='width:341.25pt;height:219pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image007.jpg"
o:title="Untitled-TrueColor-05"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="292" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image008.jpg" v:shapes="_x0000_i1028" width="455" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 4. Bangsal luar Keraton Kaprabonan<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pangeran Raja Adipati Kaprabonan (putra pertama Raja Kanoman dari istri kedua) setelah ibundanya wafat, oleh ayahnya diangkat dengan diberi gelar Sultan Pandita Agama Islam, dan diserahi busana pakaian perang kerajaan wali yang dinamakan Kaprabon. Pangeran Raja Adipati, diserahi juga warisan ajaran agama dan ilmu untuk disebarkan kepada seluruh umat khususnya di Cirebon. Kemudian ia ditugaskan untuk bertahta di suatu tempat bekas kediaman Ki Gedeng Pengalang-alang dan Pangeran Cakrabuana (Walangsungsang), yang terletak di lingkungan Lemahwungkuk, sebelah timur alun-alun Keraton Kanoman. Kemudian tempat kediaman Pangeran Raja Adipati ini menjadi terkenal oleh masyarakat sekitar, sehingga tersebar luas dan masyarakat menyebutnya<span> </span>Kaprabonan, sampai sekarang. Pangeran Raja Adipati Kaprabon merasa senang dan cocok di tempat tersebut, lalu ia membangun rumah dan masjid (mesigit/ tajug), dan kemudian menjadi tempat tinggal Pangeran Raja Adipati Kaprabon. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Setelah Sultan Anom I wafat, hak waris pengganti kekuasaannya jatuh pada Pangeran Raja Adipati Kaprabon, tetapi karena Pangeran tersebut hatinya sedang antusias belajar ilmu agama, maka pengangkatan sultan ini diwakilkan untuk sementara waktu kepada adiknya dari istri Sultan Anom I yang ketiga, Pangeran Manduraredja. Pada waktu Sultan Anom I wafat, Pangeran Raja Adipati Kaprabon berada di Keraton Kaprabonan sehingga pemerintahan Keraton Kanoman dipegang oleh Nyi Mas Ibu (istri ketiga, Sultan Anom I) yang banyak pendekatannya dengan pemerintah Belanda, sehingga Pangeran Manduraredja lebih diakui dengan gelar Sultan Carbon Qodirudin di Keraton Kanoman, sedangkan Pangeran Raja Adipati Kaprabon sendiri menjadi tertutup hak warisnya atas kesultanan di Keraton Kanoman. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1029" type="#_x0000_t75" style='width:150pt;height:198.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image009.jpg"
o:title="DSCF4094"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="265" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image010.jpg" v:shapes="_x0000_i1029" width="200" /><!--[endif]--><span> </span></span><span lang="IN" style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: black none repeat scroll 0% 0%; border: 1pt none black; color: black; font-size: 0pt; padding: 0in;"><span> </span></span><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1032" type="#_x0000_t75" style='width:150pt;
height:198.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image011.jpg"
o:title="DSCF4101"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="265" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image012.jpg" v:shapes="_x0000_i1032" width="200" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Gambar 5.<span> </span><span> </span>Gambar 6. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span><span> </span><span> </span>Pangeran Angkawijaya Kaprabon<span> </span><span> </span><span> </span>Pangeran Aruman Raja Kaprabon<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>(1918-1946)<span> </span>(1946-1974)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sultan Kaprabonan VII<span> </span>Sultan Kaprabonan VIII<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span><span> </span><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1035"
type="#_x0000_t75" style='width:150pt;height:199.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image013.jpg"
o:title="DSCF4100"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="266" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image014.jpg" v:shapes="_x0000_i1035" width="200" /><!--[endif]--><span> </span><span> </span><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1036"
type="#_x0000_t75" style='width:150.75pt;height:199.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image015.jpg"
o:title="DSCF4096"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="266" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image016.jpg" v:shapes="_x0000_i1036" width="201" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Gambar 7.<span> </span><span> </span>Gambar 8.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pangeran Herman Raja Kaprabon<span> </span><span> </span>Pangeran Hempi Raja Kaprabon<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>(1974-2001)<span> </span><span> </span><span> </span>(2001 s/d sekarang)<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sultan Kaprabonan IX<span> </span>Sultan Kaprabonan X<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Dari riwayat ini lah Pangeran Raja Adipati Kaprabon menjadi Sultan pertama di Keraton Kaprabonan, yang mempunyai misi mengembangkan ajaran agama Islam seperti perjuangan para waliyullah terdahulu terutama karuhunnya, Sunan Gunung Jati. Di Keraton Kaprabonan, Pangeran Raja Adipati Kaprabon mengajarkan ilmu-ilmu agama dan kebathinan kepada murid-muridnya, dan beberapa tahun kemudian banyak orang yang berdatangan baik dari pribumi maupun luar daerah untuk belajar agama dan menjadi murid di Keraton Kaprabonan. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Setelah Pangeran Raja Adipati Kaprabon wafat pada tahun ± 1734 M, kemudian kedudukannya dan ajaran agamanya secara turun-temurun diteruskan oleh putra-putranya sampai sekarang.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn11" name="_ednref11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[xi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Keraton Kaprabonan mempunyai lambang pusaka yaitu Dalung Damar Wayang, yang berbentuk <i>“manuk beri”</i> yang merupakan lambang dari Nur Muhammad “<i>bibiting roh</i>” induk dari ruh-ruh makhluk yang diciptakan Allah SWT.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn12" name="_ednref12" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[xii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1037"
type="#_x0000_t75" style='width:275.25pt;height:206.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image017.jpg"
o:title="DSCF4107"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="275" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image018.jpg" v:shapes="_x0000_i1037" width="367" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 9. Lambang Keraton Kaprabonan “Dalung Damar Wayang”<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1038"
type="#_x0000_t75" style='width:315.75pt;height:201.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image019.jpg"
o:title="Untitled-TrueColor-03"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="269" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image020.jpg" v:shapes="_x0000_i1038" width="421" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar 10. Pangeran Raja Kaprabon (Sultan Kaprabonan VIII), anggota konstituante RI berserta garwa (istri) dengan memakai kain batik khas Kaprabonan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Di Keraton Kacirebonan Awal, Pangeran Aria Cerbon meninggal, Keraton Kacirebonan oleh Belanda ditiadakan, tidak ada penerus sebagai pimpinan Keraton Kacirebonan. Kemudian pada abad ke-18, Belanda yang semakin sewenang-wenang ikut campur dalam birokrasi di Keraton Cirebon, dan selanjutnya pembagian kekuasaan di Cirebon itu sampai tahun 1768 tidak mengalami perubahan. Pembagian yang dilakukan oleh VOC mengenai simbol kekuasaan, tanah-tanah sesuai ukuran luasnya, dan jumlah daerah dengan cacahnya sampai akhir abad ke-18 tetap menimbulkan perselisihan di kalangan penguasa-penguasa di Cirebon itu, dan banyak para Pangeran dan ulama yang keluar dari lingkungan keraton karena tidak suka dengan sikap Belanda. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1033" type="#_x0000_t75" alt="x"
style='width:348.75pt;height:218.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image021.jpg"
o:title="pangeran patih kanoman"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img alt="x" height="291" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image022.jpg" v:shapes="_x0000_i1033" width="465" /><!--[endif]--></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Gambar<span> </span>11. Pangeran Patih (duduk, keempat dari kiri) dan Famili Kasultanan Kanoman<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1030" type="#_x0000_t75" style='width:353.25pt;height:196.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image023.jpg"
o:title="pengageng sultan kanoman"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="262" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image024.jpg" v:shapes="_x0000_i1030" width="471" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar </span><span lang="IN">12.</span><span lang="EN-GB"> Sultan </span><span lang="IN">Kanoman(duduk di tengah) </span><span lang="EN-GB">bersama Pengageng Sultan </span><span lang="IN">di Keraton </span><span lang="EN-GB">Kanoman<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pada masa Kasultanan Kanoman dipimpin Sultan Khaeruddin Awal, Belanda terang-terangan melibatkan diri dalam urusan pemerintahan, dan menyebarkan budaya-budaya yang dilarang dalam agama, seperti berdansa dan minum-minuman beralkohol. Mufti Kasultanan Kanoman, Kyai Muqoyyim (pendiri Pesantren Buntet) mengundurkan diri dan memilih keluar dari lingkungan keraton. Ia membentuk kekuatan dengan mendirikan podok-pondok di pedalaman sebagai sikap perlawanan terhadap Belanda.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Setelah Sultan Khaeruddin wafat, putranya yang bernama Pangeran Raja Kanoman (Pangeran Mohammad Khaeruddin II), melihat keadaan keraton yang semakin kacau, dan bangsa Belanda semakin merajalela campur tangan dalam berbagai segi, baik menyangkut kasultanan maupun masalah-masalah yang berkaitan dengan agama, sehingga beliau memilih pergi meninggalkan keraton dan bergabung dengan guru ayahnya, Kyai Muqoyyim di Buntet. Pangeran Raja Kanoman tidak dinobatkan menjadi Sultan di Keraton Kanoman oleh Belanda karena Pangeran Raja Kanoman dianggap sangat berbahaya dan membangkang. Belanda memilih <span> </span>menobatkan orang lain yang pro dengannya, walaupun bukan<span> </span>pewaris kedudukan sultan. Semenjak itu rakyat Cirebon memberontak dan terjadi kericuhan-kericuhan, rakyat meminta agar kedudukan sultan diganti oleh Pangeran Raja Kanoman.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Perlawanan tersebut ternyata tidak hanya terjadi di daerah Cirebon saja, melainkan meluas juga ke wilayah Kabupaten Karawang yang pada waktu itu beribukota di Kandanghaur, dan di Sumedang arah timur-laut. Sasaran utama dari gerakan perlawanan rakyat Cirebon ialah orang-orang Cina, karena mereka dianggap bekerjasama dengan Belanda dan secara langsung memeras rakyat, sehingga banyak orang Cina yang dibunuh, seperti di Palimanan, Lohbener, dan Dermayu.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn13" name="_ednref13" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[xiii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1031" type="#_x0000_t75" style='width:288.75pt;height:216.75pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image025.jpg"
o:title="DSCF3578"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="289" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image026.jpg" v:shapes="_x0000_i1031" width="385" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar </span><span lang="IN">13</span><span lang="EN-GB">.<span> </span>Keraton Kacirebonan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>S.H. Rose selaku Residen Cirebon pada waktu itu dengan tegas mengatakan, bahwa orang yang menyebarluaskan desas-desus sehingga rakyat membenci pemerintah Belanda ialah Pangeran Raja Kanoman beserta sebagian dari kaum agama (ulama) yang telah memihak Kanoman. Untuk mengembalikan keamanan di daerah Cirebon harus dilakukan penangkapan terhadap mereka yang dianggap oleh Belanda sebagai kaum rusuh.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn14" name="_ednref14" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[xiv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pada waktu pembuangan Pangeran Raja Kanoman di Ambon, Belanda menganggap permasalahan sudah selesai, karena salah satu tokoh utamanya tidak ada lagi. Tetapi tindakan tersebut malah membuat rakyat semakin berontak, perlawanan semakin besar. Dalam pemberontakan tersebut para ulama mendesak dan menginginkan agar Pangeran Raja Kanoman dipulangkan dari tempat pembuangannya, serta menuntut supaya Pangeran Raja Kanoman diangkat sebagai Sultan Cirebon. Perlawanan tersebut dinamakan Perang Santri yang terjadi pada tahun 1802-1806 M.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Akhirnya Belanda mengembalikan Pangeran Raja Kanoman pada tahun 1808 M ke Cirebon. Setibanya di Cirebon, Pangeran tersebut tidak pulang ke keraton, tetapi singgah di Gua Sunyaragi. Pada tanggal 13 Maret 1808, Pangeran Raja Kanoman diangkat menjadi sultan dengan gelar Sultan Amiril Mukminin Mohammad Chaeruddin II sebagai Sultan Kacirebonan. Selama menjadi Sultan, Pangeran Raja Kanoman tidak mempunyai istana (keraton), karena menurut Belanda ia adalah pemberontak. Sultan Kacirebonan menjadikan tempat di dekat Gua Sunyaragi sebagai pusat kekuasaanya. Selama Sultan Kacirebonan memerintah, ia tidak banyak berhubungan dengan pihak Belanda, dan bahkan selama hidupnya tidak menerima bantuan apapun dari Belanda.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn15" name="_ednref15" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[xv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sementara itu, setelah gerakan perlawanan tidak berdaya lagi menghadapi kekuatan militer kolonial, maka sebagai akibat dari konsolidasi kekuasaan Belanda di bidang politik, nampaklah bahwa posisi dan peranan pemimpin pribumi yang diangkat Belanda hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga antara mereka dengan rakyat terdapat jurang pemisah yang semakin lebar. Tahun 1809 merupakan titik puncak runtuhnya peranan kepemimpinan sultan-sultan di Cirebon, karena daerah Cirebon sejak tahun itu dijadikan hak milik pemerintah kolonial Belanda. Sultan-sultan diangkat sebagai pegawai negeri dengan mendapatkan gaji.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Pada tahun 1814, Sultan Amiril Mukminin Mohammad Chaeruddin II wafat. Untuk melanjutkan peranan beliau kepada keturunannya, istri sultan meminta hak-hak kerja Sultan Kacirebonan selama hidupnya. Berkat kecerdasan istrinya, dengan uang gaji itu ia membangun Keraton Kacirebonan yang diteruskan oleh keturunannya yang bergelar Madenda.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn16" name="_ednref16" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[xvi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr style="height: 4pt;"> <td style="height: 4pt; padding: 0in 5.4pt; width: 214.2pt;" valign="top" width="286"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1039" type="#_x0000_t75" style='width:189pt;height:242.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image027.jpg"
o:title="sultan "/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="323" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image028.jpg" v:shapes="_x0000_i1039" width="252" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="ES-TRAD">Gambar </span><span lang="IN">14.</span><span lang="ES-TRAD"><span> </span>Sultan </span><span lang="IN">Raja Madenda IV<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">(1931-1950)<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Sultan Kacirebonan V<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="height: 4pt; padding: 0in 5.4pt; width: 206.05pt;" valign="top" width="275"> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1040" type="#_x0000_t75" style='width:182.25pt;height:243pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image029.jpg"
o:title="DSCF3575"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="324" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image030.jpg" v:shapes="_x0000_i1040" width="243" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="ES-TRAD">Gambar</span><span lang="IN"> 15.</span><span lang="ES-TRAD"><span> </span></span><span lang="IN">Sultan Moch. Mulyana Amir Natadiningrat<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">(1968-1997)<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Sultan Kacirebonan VIII<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div></td> </tr>
</tbody></table><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1041" type="#_x0000_t75" style='width:189pt;height:252pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image031.jpg"
o:title="DSCF2115"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="336" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image032.jpg" v:shapes="_x0000_i1041" width="252" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar </span><span lang="IN">16.</span><span lang="EN-GB"> Sultan Abdul Gani Natadiningrat</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">(1997 s/d sekarang)<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN">Sultan Kacirebonan IX<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="IN"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1042"
type="#_x0000_t75" style='width:389.25pt;height:291pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image033.jpg"
o:title="DSCF4108"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="388" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image034.jpg" v:shapes="_x0000_i1042" width="519" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="ES-TRAD">Gambar </span><span lang="IN">17.</span><span lang="ES-TRAD"><span> </span>Jumenengan </span><span lang="IN">Sultan Raja Muhammad Zulkarnaen </span><span lang="ES-TRAD">di Gedung Kar</span><span lang="IN">e</span><span lang="ES-TRAD">sidenan Cirebon</span><span lang="IN"> (1873)<o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB"><!--[if gte vml 1]><v:shape
id="_x0000_i1034" type="#_x0000_t75" style='width:377.25pt;height:283.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\User\LOCALS~1\Temp\msohtml1\09\clip_image035.jpg"
o:title="DSCF3566"/> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img height="378" src="file:///C:/DOCUME%7E1/User/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/09/clip_image036.jpg" v:shapes="_x0000_i1034" width="503" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b><span lang="EN-GB">Gambar </span><span lang="IN">18.</span><span lang="EN-GB"><span> </span>Jumenengan Sultan </span><span lang="IN">Raja Muhammad Nurbuat</span><span lang="IN"> </span><span lang="EN-GB">di Gedung Kar</span><span lang="IN">e</span><span lang="EN-GB">sidenan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Cirebon</st1:city></st1:place></span><span lang="IN"> (1938)<o:p></o:p></span></b></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Atja, Carita <i>Purwaka Caruban Nagari, Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah</i> (Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat, 1986), hlm. 32. lihat juga Nina H. Lubis, dkk., <i>Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat </i>(Bandung: Alqaprint, 2000), hlm. 29.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn2"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 30.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn3"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Atja<i>, Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 36. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn4"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 32.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn5"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Kompleks kedaton itu dewasa ini tinggal puing-puingnya saja, yang terletak di sebelah timur Keraton Kasepuhan sekarang. Kedaton Pakungwati itu dikelilingi oleh <i>kuta</i>, terletak di sebelah utara kali (sungai) Krian, dahulu namanya sungai Suba. <i>Kuta</i> itu dinamai Sang Asu, sedangkan <i>dalem agung</i> disebut Siru’llah. Lihat naskah <i>Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 54. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn6"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref6" name="_edn6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Masjid Agung Sang Ciptarasa ini memiliki nuansa rasa cipta yang mengental. Nuansa yang berasal dari kedalaman rasa yang hakiki, seperti mengentalnya rasa <i>kawula</i> dengan Gusti (<i>manunggaling kawula Gusti</i>). Menyatunya rasa <i>kawula-Gusti</i>, berarti bahwa Sang Pencipta sajalah yang memiliki segala rasa, sementara sang mahluk hanyalah memiliki keikhlasan dan keridhoan dalam segala ketawakalannya. Oleh karena itu, Masjid Agung Sang Ciptarasa menjadi perhatian muslim dunia, yang sekaligus menjadi kebanggaan masyarakat pendukungnya. Lihat T.D. Sudjana, <i>Masjid Agung Sang Ciptarasa dan Muatan Mistiknya</i> (Bandung: Humaniora Utama Press, 2003), hlm. 2<span> </span><o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn7"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref7" name="_edn7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Seperti atap pada Masjid Demak, Masjid Cirebon pun atap tengahnya ditopang oleh empat tiang kayu raksasa. Hanya tiga buah yang utuh, salah satu di antara tiang itu disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu. Naskah <i>Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 54.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn8"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref8" name="_edn8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 37.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn9"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref9" name="_edn9" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[ix]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 40.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn10"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref10" name="_edn10" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[x]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Putri Pangeran Gunung Panti Cucu Panembahan Losari. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn11"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref11" name="_edn11" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[xi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">P. Hempi Raja Kaprabonan, <i>Sejarah Keraton Kaprabonan</i>, hlm. 3-6.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn12"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref12" name="_edn12" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[xii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 12.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn13"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref13" name="_edn13" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[xiii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Rosad Amidjaja, dkk., <i>Pola Kehidupan Santri Pesantren Buntet Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon</i> (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (JAVANOLOGI), 1985), hlm. 26. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn14"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref14" name="_edn14" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[xiv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid,.</span></i><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn15"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref15" name="_edn15" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[xv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Ahmad Zaeni Hasan<i>, Perlawanan dari Tanah Pengasingan, Kyai Abbas, Pesantren Buntet, dan Bela Negara</i> (Jakarta: Elsas, 2000), hlm. 28. lihat juga pada <i>Selayang Pandang Keraton Kacirebonan Cirebon</i> (Dokumentasi Keraton Kacirebonan).<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn16"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref16" name="_edn16" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[xvi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Selayang Pandang Keraton Kacirebonan Cirebon</span></i><span lang="IN"> (Dokumentasi Keraton Kacirebonan).<span> </span><o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-61795811965765372992012-01-03T05:22:00.000-08:002012-01-03T05:22:04.054-08:00Sejarah Batik di Kota Cirebon<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--><b><span lang="IN"><span> </span><span> </span>Sebelum kita membahas sejarah batik Cirebon, kita terlebih dahulu membahas tentang sejarah Keraton Cirebon yang mejadi inspirasi motif batik Cirebon. Pada zaman dahulu, sejarah sering dipertukarkan dengan silsilah. Dari silsilah tersebut seseorang dapat memperoleh legitimasi untuk meraih kekuasaannya secara turun-temurun dari pendahulunya. Namun sejarah yang dimaksud di sini adalah sejarah secara umum, yaitu kejadian atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat. <span> </span><o:p></o:p></span></b> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Berbicara tentang sejarah Cirebon, kita seolah masuk ke dalam hutan belantara yang penuh dengan misteri. Seorang wisatawan yang belajar dan mendapat gelar doktornya tentang budaya di Cirebon, Alan Tomas, mengatakan “Cirebon is a big secret”. Belum ada satu orang pun yang dapat merekonstruksikan secara tepat peristiwa yang terjadi ratusan tahun silam. Upaya yang dilakukan untuk mengupas sejarah Cirebon begitu sulit.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang disunting oleh Drs. Atja disebutkan bahwa asal mula kata “Cirebon” adalah “Sarumban”, lalu mengalami proses perubahan pengucapan menjadi “Caruban”. Kata ini mengalami proses perubahan pengucapan menjadi “Carbon”, berubah lagi menjadi kata “Cerbon”, dan akhirnya menjadi kata “Cirebon”. Menurut sumber ini, para wali menyebut Carbon sebagai “pusat jagat”, negeri yang dianggap terletak di tengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat setempat menyebutnya “Negeri Gede”, kata ini kemudian berubah pengucapannya menjadi “Garage”, dan berproses lagi menjadi “Grage”. Menurut P. S. Sulendraningrat, sebagai penanggung jawab sejarah Cirebon dari kalangan keraton, munculnya istilah tersebut dikaitkan dengan pembuatan terasi yang dilakukan oleh Pangeran Cakrabumi (Cakrabuana). Proses pergantian nama dari Caruban sampai Grage, berjalan terus hingga sekarang menjadi “Cirebon” yang berasal dari kata “ci” artinya air dan “rebon” artinya udang kecil sebagai bahan pembuat terasi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Perkiraan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa dari dahulu sampai sekarang, Cirebon merupakan penghasil udang dan terasi yang berkualitas baik, dan ada juga yang menyatakan bahwa “grage” berasal dari kata “glagi,” yaitu udang kering untuk membuat terasi.<o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-29298635798615173072012-01-03T05:20:00.001-08:002012-01-03T05:20:48.907-08:00Deskripsi Cirebon, Keraton, dan Kitarannya<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-link:" Char Char2";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.CharChar2
{mso-style-name:" Char Char2";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
font-family:"MS Mincho";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;
mso-bidi-language:AR-SA;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Cirebon dengan letak geografisnya di daerah pesisir pantai Pulau Jawa, tentu saja termasuk ke dalam mata rantai perdagangan internasional (Jalur Sutera) pada masa itu. Menurut Purwaka Caruban Nagari, pada 1415 M<span> </span>armada Angkatan Laut Cina singgah di Cirebon<span> </span>dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho atau Zheng He atau Te Ho yang beragama Islam. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Selain pelayaran oleh Laksamana Cheng Ho, banyak lagi pelayaran yang dilakukan oleh pedagang Cina dan juga Kekaisaran Cina, termasuk pelayaran Putri Ong Tin yang menikah dengan Sunan Gunung Jati pada tahun 1481.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Bahwa Cirebon berperan sebagai jalan lalu-lintas yang dapat dilayari perahu atau kapal ke arah pedalaman, disaksikan oleh Tomé Pires pada tahun 1513 M. Mungkin sungai yang dimaksud sekarang adalah Sungai Krian (kini dapat dilayari sampai ke Cirebon Girang). Catatan Tomé Pires menunjukkan bahwa Cirebon merupakan pelabuhan yang besar dan ramai, jauh lebih ramai dari pelabuhan<span> </span>Demak. Hal tersebut diukur berdasarkan<span> </span>kemampuannya untuk dilayari jenis perahu <i>junk</i>. Pelabuhan Cirebon didukung dengan adanya Sungai Bondet yang dapat dilayari oleh perahu <i>junk</i> sejauh 9 mil (Corteaso, 1967 :183,186).<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Kota Cirebon adalah salah satu kota di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, yang terletak di bagian ujung timur laut Jawa. Selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial politik, pendidikan, dan kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan daerah ini sebagai daerah tujuan wisata, perdagangan, pelabuhan, dan industri.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Wilayah Cirebon pada masa pemerintahan kolonial terdiri dari Kota Cirebon, dengan empat kabupaten: Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. <span> </span>Kota Cirebon terletak pada lintas 108</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 33, BT 6</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 41 LS dan terbentang pada suatu dataran rendah sepanjang 7 km dari pantai utara ke arah timur laut dari Jawa Barat dengan panjang rata-rata 5 km. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Wilayah kota Cirebon dibatasi oleh:<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah utara / barat laut<span> </span>: Sungai Kedung Pane<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah barat<span> </span>: Sungai Banjir Kanal / Kab. DT. II Cirebon<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah selatan<span> </span>: Sungai Kalijaga<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah timur<span> </span><span> </span>: Laut Jawa<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Luas Kota Cirebon hanya mencapai 37,36 km2. Sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah penduduk 272.263 jiwa dari lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan Harjamukti, dan Kecamatan Pekalipan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Selain dari kalangan pribumi, di Kota Cirebon terdapat sejumlah orang asing atau pendatang yang pernah atau masih menetap sampai sekarang. Mereka terdiri dari orang Eropa, Cina, dan Timur Asia lain. Dalam kelompok orang Eropa yang paling banyak jumlahnya adalah Belanda, sedangkan pada kelompok Timur Asing jumlah pendatang terbanyak berasal dari Cina dan Arab. Selain kelompok etnis Cina, sesudah Indonesia merdeka peran orang-orang Eropa dapat dikatakan tidak lagi berarti. Bahkan, secara berangsur-angsur mereka pulang ke negaranya. Sementara orang Arab dan Cina berhasil mengintegrasikan diri dalam masyarakat Cirebon, dan karena kesamaan keyakinan bagi orang Arab, mereka tidak dipandang sebagai orang asing lagi. Sebagian dari pendatang tersebut tinggal dan berbaur dengan masyarakat pribumi, sedangkan yang lainnya hidup dengan kelompoknya masing-masing dan terkonsentrasi pada suatu daerah. Salah satu perkampungan Arab di wilayah kota adalah daerah Panjunan dan Pecinan di daerah Karanggetas, Pasuketan, dan Pekiringan. Para pendatang tersebut berperan penting dalam menggerakkan sektor perdagangan kota Cirebon.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Dalam perjalanan sejarah Kota Cirebon telah mengalami beberapa kali pergantian status pemerintahan. Mula-mula menjadi pusat kerajaan Cirebon, kemudian berlanjut pada masa pendudukan Belanda sebagai ibu kota Karesidenan, ibu kota kabupaten, dan sekaligus sebagai ibukota distrik. Bahkan pada tahun 1906 daerah Kota Cirebon dijadikan sebagai <i>gemeente</i> (kotapraja). Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota Cirebon juga sekaligus merupakan jalur lalu-lintas perekonomian antara Jawa Barat, DKI Jakarta, serta Jawa Tengah, tidak heran jika Cirebon berkembang sebagai kota pelabuhan, perdagangan, industri, dan budaya di Jawa Barat. Sementara itu berdasarkan pembagian wilayah pemerintahan, Cirebon dibagi menjadi dua yaitu Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Kota Cirebon memiliki empat buah bangunan keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kaprabonan, dan Keraton Kacirebonan. Kompleks bangunan keraton di Cirebon dipisahkan dengan bangunan lainnya. Pemisahan bangunan keraton biasanya dengan tembok keliling, parit atau sungai buatan, dan sungai alamiah. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Keraton Kasepuhan yang dibangun pada zaman Mbah Kuwu Cerbon (Pangeran Cakrabuana) dan Syekh Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), merupakan kelanjutan atau perkembangan dari Keraton Pakungwati yang dibatasi oleh tembok, juga Sungai Sipadu dan Sungai Kriyan. Letak Keraton Kasepuhan memanjang dari utara ke selatan, didirikan pada sebidang tanah seluas kurang lebih 64.000 meter persegi. Secara administratif Keraton Kasepuhan berada di Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, tepatnya pada koordinat 06</span><span lang="IN" style="color: #4a442a; font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 43. 559 Lintang Selatan dan 108</span><span lang="IN" style="color: #4a442a; font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 34. 244 Bujur Timur.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Lokasi Keraton Kanoman terletak di Jalan Lemahwungkuk sebelah timur, Jalan Pulasaren sebelah selatan, yang tepatnya berada di jalan Winaon, kampung Kanoman, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk. Keraton Kanoman ini berada pada dataran pantai tepat pada koordinat 06</span><span lang="IN" style="color: #4a442a; font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 43. 15,8 Lintang Selatan dan 108</span><span lang="IN" style="color: #4a442a; font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 34. 12,4 Bujur Timur. Di sebelah utara keraton terdapat pasar tradisional, dan di sebelah selatan dan timur merupakan pemukiman penduduk.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn6" name="_ednref6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Tata letak Keraton Kanoman memanjang dari utara ke selatan dan menempati tanah seluas kurang lebih 20.000 meter persegi, sedangkan Keraton Kacirebonan yang dibangun pada tahun 1814 M ini memanjang dari utara ke selatan di atas tanah seluas kurang lebih 18.000 meter persegi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn7" name="_ednref7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Keraton Kacirebonan terletak di tengah-tengah kota yang tepatnya di Jalan Pulasaren No. 48. Kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan. Tempat tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan umum angkutan kota (angkot). Untuk memasuki Keraton Kacirebonan pengunjung hanya dapat berjalan kaki melewati alun-alun Keraton Kacirebonan, dan kondisi sekitarnya terdapat toko dan gedung. Jarak Keraton Kacirebonan dari kantor pusat Pemerintahan (Walikota) Cirebon diperkirakan 3 km. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Keraton Kacirebonan merupakan keraton termuda dan terkecil di Cirebon. Tetapi walaupun secara fisik merupakan keraton terkecil di Cirebon, namun di dalamnya terdapat berbagai kekayaan budaya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn8" name="_ednref8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Purwaka Caruban Nagari</span></i><span lang="IN">, pupuh 193.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn2"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="ES-TRAD">Daftar nama kecamatan di Kota sesuai dengan peraturan pemerintah No. 35 tahun1986 tanggal 21 Agustus 1986. <i>Selayang Pandang Kotamadya Cirebon 1994</i>, hlm. 7</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn3"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">H. Rokhmin Dahuri, Dkk., <i>Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon</i> ( Jakarta: Percetakan Negara RI, 2004), hlm. 23.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn4"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 14. Bahkan, pada masa pemerintahan Belanda, kawasan Cirebon pernah menjadi pusat penanaman tebu terbesar keempat di Jawa, lihat William J. O’ Malley, “<i>Perkebunan 1830-1940: Ikhtisar” </i>dalam Anna Booth<i>, Sejarah Ekonomi Indonesia </i>(Jakarta: LP3ES, 1983), hlm. 242. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn5"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Eddy Sunarto, dkk., <i>Profil Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Jawa Barat Dalam Khasanah Sejarah dan Budaya</i> (Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat, 2007), hlm. 264.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn6"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref6" name="_edn6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 271.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn7"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref7" name="_edn7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Adeng, dkk., <i>Kota Dagang Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutera</i> (Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 74.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn8"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref8" name="_edn8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Selayang Pandang Keraton Kacirebonan Cirebon</span></i><span lang="IN"> (Dokumentasi Keraton Kacirebonan).<o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-24995390717969829782012-01-03T05:09:00.000-08:002012-01-03T05:09:26.026-08:00Awal Mula Kerajaan Cirebon<div style="background-color: #0b5394;"><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-link:" Char Char2";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.CharChar2
{mso-style-name:" Char Char2";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
font-family:"MS Mincho";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;
mso-bidi-language:AR-SA;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Di Nagari Singapura, tetangga Nagari Surantaka, diadakan sayembara untuk mencari jodoh bagi putri Ki Gedeng Tapa, Mangkubumi Singapura, dan ternyata Raden Pamanah Rasalah yang memenangkan sayembara tersebut, sehingga ia menikahi sang putri yang bernama Nyai Subang Larang. Dari perkawinan ini dilahirkan tiga orang anak, yaitu Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang, dan Raja Sangara. Setelah ibunya meninggal, Raden Walangsungsang keluar dan meninggalkan lingkungan keraton, disusul kemudian oleh adiknya Nyai Lara Santang. Keduanya tinggal di rumah pendeta Budha, Ki Gedeng Danuwarsih, yang memilki seseorang putri yang bernama Nyai Indang Geulis. Raden Walangsungsang kemudian menikahi putri pendeta itu, kemudian mereka pergi berguru agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurul Jati yang berasal dari Mekah. Setelah mereka berguru beberapa tahun lamanya, dan dianggap selesai dalam pelajaran dasar agama Islam, Raden Walangsungsang dianjurkan untuk mendirikan pedukuhan di Kebon Pesisir. Pada waktu itu disebut juga Tegal Alang-alang, tepatnya berlokasi di Lemahwungkuk. Raden Walangsungsang oleh gurunya diberi nama Ki Samadullah, dan kelak sepulang dari tanah suci diganti namanya menjadi Haji Abdullah Iman.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Raden Walangsungsang berhasil menarik para pendatang. Daerah Tegal Alang-alang berkembang dan banyak didatangi oleh orang-orang Sunda, Jawa, Arab, dan Cina, sehingga disebutlah daerah ini “Caruban” artinya campuran. Di tempat ini bukan hanya berbagai etnik bercampur, agama juga bercampur. Raden Walangsungsang kemudian dipilih oleh masyarakat sebagai “pangraksabumi” yaitu pejabat yang mengurus pertanian dan perikanan, sehingga ia diberi gelar Ki Cakrabumi dan Ki Gedeng Danusela yang beragama Budha sebagai “kuwu”. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Raden Walangsungsang pergi ke Tanah Suci bersama adiknya, Nyai Lara Santang (di Tanah Suci berganti nama menjadi Syarifah Mudaim), karena Nyai Indang Geulis sedang hamil tua. Di Tanah Suci ini, Nyai Lara Santang dipersunting oleh Maulana Sultan Muhammad keturunan Bani Hasyim, dan mempunyai keturunan bernama Syarif Hidayatullah dan Nurullah.<span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Setelah pernikahan adiknya, Raden Walangsungsang memutuskan kembali ke Jawa untuk bersyiar dan mengembangkan agama Islam di tanah leluhurnya. Setibanya di tanah air, ia mendirikan Masjid Jalagrahan dan membuat rumah besar yang nantinya menjadi Keraton Pakungwati. Setelah Ki Danusela meninggal, Raden Walangsungsang diangkat menjadi Kuwu Caruban II dengan gelar Pangeran Cakrabuana.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pakuwuan Caruban kemudian menjadi Nagari Caruban Larang, selanjutnya Pangeran Cakrabuana mendapat gelar sebagai Sri Mangana yang diberikan dari ayahnya, Prabu Siliwangi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Menurut <i>oral history,</i> Pangeran Cakrabuana membuat umbul-umbul pertama di Cirebon, berdasarkan ilham dari bendera Majapahit, yaitu “gula kelapa”, bendera merah putih yang menjadi bendera Kerajaan Demak Bintoro, umbul-umbul ini masih terdapat di <i>pedaleman</i> Keraton Kasepuhan, yang kondisinya sudah rapuh. Umbul-umbul ini berwarna hijau, berisikan dua kalimat syahadat dan umbul-umbul ini juga merupakan kebesaran yang pertama dibuat di Cirebon, yang mencerminkan kebangsaan dari Cirebon. Pangeran Cakrabuana juga membuat dan membatik bendera Cirebon, yang di dalamnya terdapat ragam hias tiga Sing Barwang, Golok Cabang, bacaan Basmalah, al-Quran Surat al-Ikhlas dan al-Anam ayat 103 Seta Bintang. Menurut Negara Kretabhumi, bendera ini kemudian diberikan ke Mangkunegaran. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sementara itu, Syarif Hidayatullah, keponakan Pangeran Cakrabuana yang dibesarkan di negara ayahnya dan berusia dua puluh tahun, pergi berguru kepada ulama di Mekah dan Baghdad selama beberapa tahun. Setelah itu ia kembali ke negara ayahnya, dan diminta untuk menggantikan posisi ayahnya yang sudah meninggal. Tetapi ia memilih untuk pergi ke Pulau Jawa untuk menyebarkan Islam bersama uwaknya. <span> </span>Posisi tersebut diganti oleh adiknya, Nurullah.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Sebelum tiba di Jawa, Syarif Hidayatullah singgah dulu di beberapa tempat selama beberapa waktu, kemudian setelah sampai di Jawa beliau bertemu dengan Sunan Ampel dan ikut ke Jawa Timur untuk memperdalam syiar Islam dari Sunan Ampel. Dengan persetujuan Sunan Ampel dan para wali lainnya, Syarif Hidayatullah diminta untuk menyebarkan agama Islam di tanah Sunda dan bergabung dengan uwaknya, Pangeran Cakrabuana. Setibanya di Caruban, ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi yang telah meninggal dunia, kemudian ia digelari Syekh Maulana Jati atau Syekh Jati.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Syekh Jati menikah dengan Nyai Babadan, putri Ki Gedeng Babadan, tetapi tidak lama kemudian istrinya meninggal dunia karena sakit. Syekh Jati kemudian menikah lagi dengan putri Pangeran Cakrabuana, Dewi Pakungwati, yang masih sepupu sendiri. Syekh Jati kemudian mengembangkan Islam di Banten dan bertemu dengan Bupati Kawunganten (keturunan Pajajaran). Beliau sangat tertarik pada hal-hal yang diajarkan oleh Syek Jati itu, sehingga ia masuk Islam dan memberikan adiknya untuk diperistri. Dari pernikahan dengan Nyai Kawunganten, lahirlah seorang putra yang bernama Pangeran Sabakingking yang dikenal dengan nama Maulana Hasanuddin yang kelak meneruskan perjalanan ayahnya (Syekh Jati) di Banten. Sementara itu, Pangeran Cakrabuana meminta Syekh Jati untuk kembali ke Caruban untuk menggantikan kedudukannya dan dinobatkan oleh uwaknya sebagai kepala Nagari Caruban dengan diberi gelar Susuhunan Jati, yang kemudian dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Pada tahun 1479 M inilah, Caruban Larang mulai dikembangkan sebagai pusat sebuah kasultanan di Cirebon atau kerajaan Islam di daerah Sunda Pesisir, dan Keraton Pakungwati dijadikan pusat pemerintahannya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Pada tahun 1481, Susuhunan Jati menikah dengan Ong Tien seorang putri Cina. Tidak lama kemudian, pada tahun 1485 istrinya meninggal dunia, dan setelah itu beliau menetap di kedaton Pakungwati.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Atja, Carita <i>Purwaka Caruban Nagari, Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah</i> (Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat, 1986), hlm. 32. lihat juga Nina H. Lubis, dkk., <i>Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat </i>(Bandung: Alqaprint, 2000), hlm. 29.<span> </span><o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn2"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 30.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn3"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Atja<i>, Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 36. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn4"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Nina H. Lubis, dkk., hlm. 32.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn5"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Kompleks kedaton itu dewasa ini tinggal puing-puingnya saja, yang terletak di sebelah timur Keraton Kasepuhan sekarang. Kedaton Pakungwati itu dikelilingi oleh <i>kuta</i>, terletak di sebelah utara kali (sungai) Krian, dahulu namanya sungai Suba. <i>Kuta</i> itu dinamai Sang Asu, sedangkan <i>dalem agung</i> disebut Siru’llah. Lihat naskah <i>Carita Purwaka Caruban Nagari</i>, hlm. 54. <o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-72367081902800283852012-01-03T05:06:00.000-08:002012-01-03T05:06:39.367-08:00Sejarah Batik di Kota Cirebon<div style="background-color: #d5a6bd; color: #660000;"><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span><span> </span>Sebelum kita membahas sejarah batik Cirebon, kita terlebih dahulu membahas tentang sejarah Keraton Cirebon yang mejadi inspirasi motif batik Cirebon. Pada zaman dahulu, sejarah sering dipertukarkan dengan silsilah. Dari silsilah tersebut seseorang dapat memperoleh legitimasi untuk meraih kekuasaannya secara turun-temurun dari pendahulunya. Namun sejarah yang dimaksud di sini adalah sejarah secara umum, yaitu kejadian atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat. <span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Berbicara tentang sejarah Cirebon, kita seolah masuk ke dalam hutan belantara yang penuh dengan misteri. Seorang wisatawan yang belajar dan mendapat gelar doktornya tentang budaya di Cirebon, Alan Tomas, mengatakan “Cirebon is a big secret”. Belum ada satu orang pun yang dapat merekonstruksikan secara tepat peristiwa yang terjadi ratusan tahun silam. Upaya yang dilakukan untuk mengupas sejarah Cirebon begitu sulit.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang disunting oleh Drs. Atja disebutkan bahwa asal mula kata “Cirebon” adalah “Sarumban”, lalu mengalami proses perubahan pengucapan menjadi “Caruban”. Kata ini mengalami proses perubahan pengucapan menjadi “Carbon”, berubah lagi menjadi kata “Cerbon”, dan akhirnya menjadi kata “Cirebon”. Menurut sumber ini, para wali menyebut Carbon sebagai “pusat jagat”, negeri yang dianggap terletak di tengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat setempat menyebutnya “Negeri Gede”, kata ini kemudian berubah pengucapannya menjadi “Garage”, dan berproses lagi menjadi “Grage”. Menurut P. S. Sulendraningrat, sebagai penanggung jawab sejarah Cirebon dari kalangan keraton, munculnya istilah tersebut dikaitkan dengan pembuatan terasi yang dilakukan oleh Pangeran Cakrabumi (Cakrabuana). Proses pergantian nama dari Caruban sampai Grage, berjalan terus hingga sekarang menjadi “Cirebon” yang berasal dari kata “ci” artinya air dan “rebon” artinya udang kecil sebagai bahan pembuat terasi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Perkiraan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa dari dahulu sampai sekarang, Cirebon merupakan penghasil udang dan terasi yang berkualitas baik, dan ada juga yang menyatakan bahwa “grage” berasal dari kata “glagi,” yaitu udang kering untuk membuat terasi.<o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6749065134761862930.post-38090512202422461282012-01-03T05:03:00.000-08:002012-01-03T05:03:51.294-08:00Cirebon (Kang Baridin)<div style="background-color: #fce5cd; color: lime;"><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C09%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:1 134676480 16 0 131072 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText
{mso-style-noshow:yes;
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.MsoEndnoteReference
{vertical-align:super;}
p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText
{mso-style-link:" Char Char2";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;}
span.CharChar2
{mso-style-name:" Char Char2";
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Endnote Text";
font-family:"MS Mincho";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:JA;
mso-bidi-language:AR-SA;}
/* Page Definitions */
@page
{mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fs;
mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") fcs;
mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") es;
mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/User/LOCALS~1/Temp/msohtml1/09/clip_header.htm") ecs;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Cirebon dengan letak geografisnya di daerah pesisir pantai Pulau Jawa, tentu saja termasuk ke dalam mata rantai perdagangan internasional (Jalur Sutera) pada masa itu. Menurut Purwaka Caruban Nagari, pada 1415 M<span> </span>armada Angkatan Laut Cina singgah di Cirebon<span> </span>dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho atau Zheng He atau Te Ho yang beragama Islam. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Selain pelayaran oleh Laksamana Cheng Ho, banyak lagi pelayaran yang dilakukan oleh pedagang Cina dan juga Kekaisaran Cina, termasuk pelayaran Putri Ong Tin yang menikah dengan Sunan Gunung Jati pada tahun 1481.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn1" name="_ednref1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Bahwa Cirebon berperan sebagai jalan lalu-lintas yang dapat dilayari perahu atau kapal ke arah pedalaman, disaksikan oleh Tomé Pires pada tahun 1513 M. Mungkin sungai yang dimaksud sekarang adalah Sungai Krian (kini dapat dilayari sampai ke Cirebon Girang). Catatan Tomé Pires menunjukkan bahwa Cirebon merupakan pelabuhan yang besar dan ramai, jauh lebih ramai dari pelabuhan<span> </span>Demak. Hal tersebut diukur berdasarkan<span> </span>kemampuannya untuk dilayari jenis perahu <i>junk</i>. Pelabuhan Cirebon didukung dengan adanya Sungai Bondet yang dapat dilayari oleh perahu <i>junk</i> sejauh 9 mil (Corteaso, 1967 :183,186).<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Kota Cirebon adalah salah satu kota di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, yang terletak di bagian ujung timur laut Jawa. Selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial politik, pendidikan, dan kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan daerah ini sebagai daerah tujuan wisata, perdagangan, pelabuhan, dan industri.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Wilayah Cirebon pada masa pemerintahan kolonial terdiri dari Kota Cirebon, dengan empat kabupaten: Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. <span> </span>Kota Cirebon terletak pada lintas 108</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 33, BT 6</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 41 LS dan terbentang pada suatu dataran rendah sepanjang 7 km dari pantai utara ke arah timur laut dari Jawa Barat dengan panjang rata-rata 5 km. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Wilayah kota Cirebon dibatasi oleh:<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah utara / barat laut<span> </span>: Sungai Kedung Pane<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah barat<span> </span>: Sungai Banjir Kanal / Kab. DT. II Cirebon<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah selatan<span> </span>: Sungai Kalijaga<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>- sebelah timur<span> </span><span> </span>: Laut Jawa<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Luas Kota Cirebon hanya mencapai 37,36 km2. Sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah penduduk 272.263 jiwa dari lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan Harjamukti, dan Kecamatan Pekalipan.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn2" name="_ednref2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Selain dari kalangan pribumi, di Kota Cirebon terdapat sejumlah orang asing atau pendatang yang pernah atau masih menetap sampai sekarang. Mereka terdiri dari orang Eropa, Cina, dan Timur Asia lain. Dalam kelompok orang Eropa yang paling banyak jumlahnya adalah Belanda, sedangkan pada kelompok Timur Asing jumlah pendatang terbanyak berasal dari Cina dan Arab. Selain kelompok etnis Cina, sesudah Indonesia merdeka peran orang-orang Eropa dapat dikatakan tidak lagi berarti. Bahkan, secara berangsur-angsur mereka pulang ke negaranya. Sementara orang Arab dan Cina berhasil mengintegrasikan diri dalam masyarakat Cirebon, dan karena kesamaan keyakinan bagi orang Arab, mereka tidak dipandang sebagai orang asing lagi. Sebagian dari pendatang tersebut tinggal dan berbaur dengan masyarakat pribumi, sedangkan yang lainnya hidup dengan kelompoknya masing-masing dan terkonsentrasi pada suatu daerah. Salah satu perkampungan Arab di wilayah kota adalah daerah Panjunan dan Pecinan di daerah Karanggetas, Pasuketan, dan Pekiringan. Para pendatang tersebut berperan penting dalam menggerakkan sektor perdagangan kota Cirebon.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn3" name="_ednref3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><span> </span><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Dalam perjalanan sejarah Kota Cirebon telah mengalami beberapa kali pergantian status pemerintahan. Mula-mula menjadi pusat kerajaan Cirebon, kemudian berlanjut pada masa pendudukan Belanda sebagai ibu kota Karesidenan, ibu kota kabupaten, dan sekaligus sebagai ibukota distrik. Bahkan pada tahun 1906 daerah Kota Cirebon dijadikan sebagai <i>gemeente</i> (kotapraja). Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota Cirebon juga sekaligus merupakan jalur lalu-lintas perekonomian antara Jawa Barat, DKI Jakarta, serta Jawa Tengah, tidak heran jika Cirebon berkembang sebagai kota pelabuhan, perdagangan, industri, dan budaya di Jawa Barat. Sementara itu berdasarkan pembagian wilayah pemerintahan, Cirebon dibagi menjadi dua yaitu Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn4" name="_ednref4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Kota Cirebon memiliki empat buah bangunan keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kaprabonan, dan Keraton Kacirebonan. Kompleks bangunan keraton di Cirebon dipisahkan dengan bangunan lainnya. Pemisahan bangunan keraton biasanya dengan tembok keliling, parit atau sungai buatan, dan sungai alamiah. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Keraton Kasepuhan yang dibangun pada zaman Mbah Kuwu Cerbon (Pangeran Cakrabuana) dan Syekh Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), merupakan kelanjutan atau perkembangan dari Keraton Pakungwati yang dibatasi oleh tembok, juga Sungai Sipadu dan Sungai Kriyan. Letak Keraton Kasepuhan memanjang dari utara ke selatan, didirikan pada sebidang tanah seluas kurang lebih 64.000 meter persegi. Secara administratif Keraton Kasepuhan berada di Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, tepatnya pada koordinat 06</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 43. 559 Lintang Selatan dan 108</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 34. 244 Bujur Timur.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn5" name="_ednref5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Lokasi Keraton Kanoman terletak di Jalan Lemahwungkuk sebelah timur, Jalan Pulasaren sebelah selatan, yang tepatnya berada di jalan Winaon, kampung Kanoman, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk. Keraton Kanoman ini berada pada dataran pantai tepat pada koordinat 06</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 43. 15,8 Lintang Selatan dan 108</span><span lang="IN" style="font-family: Symbol;"><span>°</span></span><span lang="IN"> 34. 12,4 Bujur Timur. Di sebelah utara keraton terdapat pasar tradisional, dan di sebelah selatan dan timur merupakan pemukiman penduduk.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn6" name="_ednref6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Tata letak Keraton Kanoman memanjang dari utara ke selatan dan menempati tanah seluas kurang lebih 20.000 meter persegi, sedangkan Keraton Kacirebonan yang dibangun pada tahun 1814 M ini memanjang dari utara ke selatan di atas tanah seluas kurang lebih 18.000 meter persegi.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn7" name="_ednref7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><span lang="IN">Keraton Kacirebonan terletak di tengah-tengah kota yang tepatnya di Jalan Pulasaren No. 48. Kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan. Tempat tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan umum angkutan kota (angkot). Untuk memasuki Keraton Kacirebonan pengunjung hanya dapat berjalan kaki melewati alun-alun Keraton Kacirebonan, dan kondisi sekitarnya terdapat toko dan gedung. Jarak Keraton Kacirebonan dari kantor pusat Pemerintahan (Walikota) Cirebon diperkirakan 3 km. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN"><span> </span>Keraton Kacirebonan merupakan keraton termuda dan terkecil di Cirebon. Tetapi walaupun secara fisik merupakan keraton terkecil di Cirebon, namun di dalamnya terdapat berbagai kekayaan budaya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_edn8" name="_ednref8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></a><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div><!--[if !supportEndnotes]--><b><br clear="all" /></b> <hr align="left" size="1" width="33%" /> <!--[endif]--> <div id="edn1"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref1" name="_edn1" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[i]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Purwaka Caruban Nagari</span></i><span lang="IN">, pupuh 193.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn2"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref2" name="_edn2" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[ii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="ES-TRAD">Daftar nama kecamatan di Kota sesuai dengan peraturan pemerintah No. 35 tahun1986 tanggal 21 Agustus 1986. <i>Selayang Pandang Kotamadya Cirebon 1994</i>, hlm. 7</span><span lang="IN"><o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn3"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref3" name="_edn3" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">H. Rokhmin Dahuri, Dkk., <i>Budaya Bahari Sebuah Apresiasi di Cirebon</i> ( Jakarta: Percetakan Negara RI, 2004), hlm. 23.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn4"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref4" name="_edn4" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[iv]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 14. Bahkan, pada masa pemerintahan Belanda, kawasan Cirebon pernah menjadi pusat penanaman tebu terbesar keempat di Jawa, lihat William J. O’ Malley, “<i>Perkebunan 1830-1940: Ikhtisar” </i>dalam Anna Booth<i>, Sejarah Ekonomi Indonesia </i>(Jakarta: LP3ES, 1983), hlm. 242. <o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn5"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref5" name="_edn5" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[v]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Eddy Sunarto, dkk., <i>Profil Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Jawa Barat Dalam Khasanah Sejarah dan Budaya</i> (Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat, 2007), hlm. 264.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn6"> <div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref6" name="_edn6" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vi]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Ibid</span></i><span lang="IN">., hlm. 271.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn7"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref7" name="_edn7" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[vii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><span lang="IN">Adeng, dkk., <i>Kota Dagang Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutera</i> (Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 74.<o:p></o:p></span></b></div></div><div id="edn8"> <div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><b><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=6749065134761862930#_ednref8" name="_edn8" title=""><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB"><span><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[viii]</span></span><!--[endif]--></span></span></span></a><span lang="EN-GB"> </span><i><span lang="IN">Selayang Pandang Keraton Kacirebonan Cirebon</span></i><span lang="IN"> (Dokumentasi Keraton Kacirebonan).<o:p></o:p></span></b></div></div></div>Caruban Nagarihttp://www.blogger.com/profile/08206013624646087833noreply@blogger.com0