Selasa, 03 Januari 2012

Proses Pembuatan Batik


Batik Cirebon merupakan produk turun-temurun keluarga keraton. Proses pembuatannya menggunakan bahan, alat, dan teknik tradisional. Waktu itu, batik berfungsi sebagai barang seni, yang kemudian bergeser menjadi barang sandang.
Gambar 26. Salah satu contoh proses pembuatan Batik Keraton Cirebon

            Dalam proses pembuatan batik dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut :
a. bahan pokok :
1. Kain mori atau kain putih prima/ primisima
2. Lilin batik
Lilin batik dapat diperoleh dari gondorukem, bubur ketan, aci (tepung tapioka yang diberi air) dan lain-lain dan disebut malam. Malam ini dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair. 
3. Cap Warna
b. Bahan pembantu atau bahan tambahan :
1. Gondoruken (gandar)
2. Minyak kacang
3. Soda abu
4. Kaustik soda
5. Minyak tanah
6. Tepung tapioka
7. Tapol/ tripol
8. Kayu bakar
        Dalam proses pembuatan batik, digunakan peralatan yang sebagian besar dapat dibuat sendiri. Peralatan yang digunakan untuk membuat batik di antaranya :
1.          Kenceng (wadah yang terbuat dari tembaga), fungsinya untuk mencuci kain mori dan tempat melilin kain.
2.          Alat pemukul yang terdiri dari kayu kemplongan dan pemukulnya, tempat merapatkan dan meratakan kain mori yang telah dicuci.
3.          Papan, landasan dalam pengemplangan.
4.          Gawangan (terbuat dari bambu atau kayu jati), tempat meletakkan kain yang akan dibatik.
5.          Canting (terbuat dari tembaga atau kayu). Canting mempunyai berbagai bentuk dan fungsi, di antaranya :
·    Canting bermata kecil untuk isén -isén
·    Canting bermata sedang untuk me-réngréng   
·    Canting bermata besar untuk némbok
·    Canting bermata dua untuk membuat garis dobel.
6.          Bak (dari batu atau semen) untuk tempat merendam batik.
7.          Bak (dari kayu) untuk tempat pewarnaan positif dan negatif.
8.          Plorodan atau tong (wadah yang terbuat dari logam), tempat merebus batik agar lilin meleleh.
9.          Gawang penjemuran (terbuat dari bambu) untuk tempat menjemur kain yang telah dikétél atau selesai dibatik.
10.      Solder (terbuat dari besi dan kayu) untuk menghapus bagian yang salah.
11.      Wajan (terbuat dari besi cor) tempat mencairkan lilin.
12.      Kompor sebagai alat pemanas.
13.      Dingklik (bangku dari kayu) untuk tempat duduk para perajin.
14.      Kalender, alat untuk menghaluskan kain yang selesai dibatik.
15.      Press berfungsi sebagai alat untuk melipat kain agar rapi.  

Proses pembuatan batik terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pembuatan, dan penyelesaian.
  1. Tahap Persiapan
Kain yang digunakan pada kain Batik Cirebon biasanya kain putih prima atau primisima, mori, dan sutra. Urutannya meliputi:
a.   Memotong kain mori sesuai ukuran. Untuk membuat kain panjang biasanya dipotong dengan ukuran 2,5 meter. Kemudian ujung kain yang telah dipotong dijahit, agar serat-serat kain tidak lepas.
b.  Meréndang kain mori untuk menghilangkan bahan kanji atau tepung tapioka yang telah diproses, dengan cara diberi air, direbus, dan diberi sedikit tripol. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan zat kimia yang menghambat proses pewarnaan (mengétél). Kemudian kain dibilas dan dijemur sampai kering.
c.   Mengétél atau merendam atau meremas-remas kain mori dalam rendaman adonan bahan pembantu, kemudian dijemur. Proses ini dilakukan berulang-ulang, membutuhkan waktu 4-7 hari agar kanji pada serat kain hilang sama sekali.
d.  Mencuci kain yang telah dikétél dengan soda abu agar kain bebas dari bekas adonan kétélan.
e.   Mengkanji kain mori secara tipis-tipis agar lilin tidak melekat pada benang. Tujuannya agar kain mudah dibalik. Kemudian dijemur di bawah sinar matahari.
f.    Mengeplong atau menghaluskan kain yang telah dikanji dengan cara memukul-mukul kain berkali-kali agar pori-pori terbuka, sehingga warna dapat meresap secara maksimal.

  1. Tahap Pembuatan
Tahap proses pembuatan batik Cirebon terlebih dahulu membuat pola pada kertas roti yang disebut dengan plak atau tingkes, kemudian diadaptasi menjadi seni melukis di atas kain yaitu batik. Pada bagian lain kita bisa menyelami teknik membatik, yaitu teknik mencetak atau melukis kain dengan cara menutup sebagian kain dengan malam atau perekat yang dibuat dari beras dan bahan yang sudah sangat tua umurnya, seperti juga patung dari batu atau kayu yang mulanya merupakan bagian dari upacara tradisional.
    1. memindahkan rancangan ragam hias (tingkes) ke atas kain. Me-reng-reng atau membuat pola motif langsung di atas kain menggunakan canting ukuran sedang. Proses menggoreskan malam ke atas kain haruslah sejajar dengan permukaan kain, agar malam tidak tumpah. Kemudian meniup ujung canting agar malam tidak menyumbat ujung canting. Jika ujung canting tersumbat, maka diperlukan lidi kecil untuk mendorong sumbatan.
    2. Meng-isen-isen atau mengisi bagian tengah motif. Misalnya menggambar bulu pada motif burung dengan canting yang berukuran kecil. Mengisen-isen ada tiga macam, yaitu membuat totol, sawud, dan lingkaran.
    3. Menembok atau menutup bagian yang dikosongkan dengan lilin menggunakan canting bermata besar.
    4. Mengentus atau menjemur kain tidak sampai kering setelah ditembok dan direndam dengan air.

  1. Tahap penyelesaian
a.  Mewarnai kain mori yang telah ditus dengan mencelupkan ke dalam bak berwarna negatif untuk warna dasar. Kemudian ditus dan dimasukkan ke dalam bak pewarna positif. Pewarna batik dimulai dengan pewarna yang lebih muda lebih dulu. Kemudian ditutup dengan malam untuk menghambat warna pada kain yang sudah diwarnai sebelumnya dengan menggunakan malam yang mencair saat dipanaskan, sehingga pencelupan dilakukan menggunakan pewarna celup dingin. Proses tersebut diteruskan dengan pewarna yang lebih gelap.
      Pewarna pada batik didapat baik dari pewarna alami maupun pewarna buatan.
      Pewarna alami yang dapat digunakan pada batik berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti pohon nila untuk pewarnaan biru. Pohon tersebut digunakan juga untuk tarum, nila muda, dan biru muslim.
      Warna merah cerah didapat dari pengolahan kayu sepang (Caesalpina sappan) dan mengkudu (Morinda citrifolia) untuk mendapatkan merah tua, ungu, dan coklat. Warna kuning, jingga, hingga coklat didapat dari kunyit atau kunir (Curcuma domestika) dengan nila.
      Bahan kimia untuk pewarna buatan pabrik dibagi menjadi dua yaitu pewarna langsung (direct) maupun pewarna tidak langsung (indirect). Pewarna langsung seperti rapid, prosion, dan rhemasol. Pewarna tidak langsung di antaranya nafthol dan indigosol.

Gambar 27. Sebagian contoh Pewarna Alami Batik Keraton Cirebon. Jambal menghasilkan warna cokelat kayu, Secang menghasilkan warna cokelat kemerahan, Tingi menghasilkan warna cokelat, Tegeran menghasilkan warna cokelat kopi, Bixa menghasilkan warna merah atau cokelat, dan Jalawe menghasilkan warna cokelat.

b.      Menghilangkan lilin atau penyongan atau plorodan. Setelah dicuci dengan air bersih, dilorot atau direbus dengan air mendidih 100°C, kemudian dijemur.
                                               
Proses penjelasan di atas disebut sekali proses. Bila proses tersebut selesai, kain batik akan kembali dilorot, maka disebut dua kali proses. Sekali proses lebih baik dari segi warna, namun kurang baik dari segi seninya.
Secara kualitas, batik tulis lebih baik daripada batik cap dan batik fotokopi, sehingga harganya lebih mahal, karena batik tulis pengerjaannya dilakukan secara tradisional. Selain itu pengerjaan selembar kain batik dapat dikerjakan lebih dari satu orang. Biasanya ada yang khusus membuat pola, me-reng-reng dan mengisen-isen. Jenis isen-isen ada tiga yaitu totol (titik), sawud (garis), dan lingkaran. Teknik cantinglah yang membuat batik Cirebon beridentitas.
Gambar 28. Ciri khas teknik menutup dengan malam sehingga terbentuk garis tipis
 Gambar 29. Garis tipis khas Batik Cirebon hasil menutup dengan malam



Gambar 30. Contoh kebalikan teknik di atas

Ciri khas batik tulis yaitu besarnya motif yang satu dengan yang lain tidak sama. Selain itu pewarnaan antara bagian luar dan dalam batik sama baiknya.
Kekhasan Batik Keraton Cirebon, selain menggunakan motif-motif keratonan, seperti bentuk pakem pandan wangi, wadasan, mega mendung, juga teknik cantingnya yang khas. Pada batik Cirebon tidak diharuskan untuk mengisi seluruh ruang yang ada, seperti batik di daerah Solo dan Yogyakarta. Batik Cirebon proses pembuatannya hampir mirip dengan teknik seni lukis kaca yang berkembang. Untuk motif-motif di atas dipergunakan gradasi warna, biasanya dengan jumlah yang ganjil (dapat mencapai 9-11 gradasi warna).
Warna pada kain batik Cirebon yang khas yaitu kuning gading atau kuning muda yang disebut putih Cirebon atau kuning Cirebon (Yayasan Mitra Budaya Indonesia, 1982).
Gambar   31.  Proses pembuatan batik menurut Yuniko, dengan maskot pinguin tanpa meninggalkan ciri khas Keraton Cirebon dengan adanya unsur mega mendung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar